Peraturan-peraturan yang dikeluarkan oleh Lembaga Pemasyarakatan

Fungsi dan tugas pembinaan Lembaga Pemasyarakatan terhadap warga binaan pemasyarakatan dilaksanakan secara terpadu dengan tujuan agar mereka setelah selesai menjalani pidananya, pembinaannya dan bimbingannya dapat menjadi warga masyarakat yang baik.

B. Peraturan-peraturan yang dikeluarkan oleh Lembaga Pemasyarakatan

dalam Rangka Pembinaan Narapidana Dalam upaya pelaksanaan sistem pembinaan terhadap narapidana perlu ada keseragaman dalam pelaksanaannya yang dilaksanakan berdasarkan sistem pemasyarakatan yang bertujuan untuk mempersiapkan narapidana agar dapat berintegrasi secara sehat dengan masyarakat sehingga berperan kembali sebagai anggota masyarakat yang bebas dan bertanggungjawab dan untuk mewujudkan tujuan pembinaan tersebut salah satu upaya yang dapat ditempuh adalah dengan melalui pelaksanaan Asiminasi, Pembebasan Bersyarat, Cuti Menjelang Bebas dan Cuti Bersyarat. Dan sebagai dasar hukum dalam pelaksanaannya terdiri dari : 1. UU No. 1 tahun 1946 tentang peraturan hukum pidana. 2. UU No. 12 tahun 1995 tentang pemasyarakatan Lembaran Negara RI tahun 1995 No. 77, tambahan Lembaran Negara RI No. 3614. 3. Peraturan pemerintah No. 31 tahun 1999 tentang pembinaan dan pembimbingan hak warga binaan pemasyarakatan Lembaran Negara RI tahun 1999 No. 68 tambahan Lembaran Negara RI No. 3846. Rita Uli Situmeang: Fungsi Dan Peranan Lembaga Pemasyarakatan Dalam Pembinaan Narapidana Wanita Di Lembaga Pemasyarakatan Klas II A Tanjung Gusta Medan, 2008. USU e-Repository © 2008 4. Peraturan pemerintah No. 32 tahun 1999 tentang syarat dan tata cara pelaksanaan hak Warga Binana Pemasyarakatan Lembaran Negara RI tahun 1999 No. 69, tambahan Lembaran Negara RI No. 3846. 5. Keputusan Presiden RI No. 174 tahun 1999 tentang Remisi Lembaran Negara RI tahun 1999 No. 223. 6. Peraturan Presiden RI No. 62 tahun 2005 tentang perubahan atas peraturan Presiden No. 9 tahun 2005 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Susunan Organisasi, dan Tata Kerja Kementerian Negara RI. 7. Keputusan Menteri Hukum dan HAM RI No.: M.03-PR.07.10 tahun 2005 tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Hukum dan HAM RI. Dengan demikian tanpa landasan hukum pembaharuan pelaksanaan pembinaan dengan sistem pemasyarakatan itu tidak lebih sebagai usaha kewajiban moral saja, sekalipun dicanangkan secara nasional. Perlakuan yang bertentangan dengan hak azasi manusia terhadap narapidana tidak memperoleh jaminan hukum, karena terdesak alasan demi ketertiban. Untuk memenuhi kewajiban sebagai warga negara dan warga masyarakat, bangsa Indonesia menggunakan Pancasila sebagai pedoman secara bulat dan utuh dihayati dan diamalkan, sehingga kebahagiaan hidup akan tercapai apabila didasarkan atas keselarasan dan keseimbangan, baik dalam hidup manusia sebagai pribadi, dalam hubungan manusia dengan masyarakat, maupun dalam mengejar kemajuan lahiriah dan kebahagiaan rohaniah. Rita Uli Situmeang: Fungsi Dan Peranan Lembaga Pemasyarakatan Dalam Pembinaan Narapidana Wanita Di Lembaga Pemasyarakatan Klas II A Tanjung Gusta Medan, 2008. USU e-Repository © 2008 Sehubungan dengan dasar idiologis dan fisiologis tersebut maka dalam pembentukan hukum dan penerapan hukum di Lembaga Pemasyarakatan harus selalu berpedoman pada Pancasila yang merupakan ide yang diwujudkan dalam kenyataan, juga sebagai norma dasar yang menjadi pengukur tata hukum di Indonesia. Usaha pemerintah yang rasional tentang pelaksanaan pembinaan dengan sistem pemasyarakatan termasuk pembaharuan politik kriminal di Indonesia. Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Wanita Medan, yang terletak di Jl. Pemasyarakatan T. Gusta Medan Tel. 061 - 8450995 merupakan Lembaga Pemasyarakatan Wanita satu-satunya di Sumatera, dan NAD. Saat ini lembaga Pemasyarakatan wanita tersebut dihuni oleh tidak kurang dari 398 orang, terdiri atas 183 orang narapidana dan sisanya sebanyak 276 orang Warga Binaan Pemasyarakatan WBP titipan dari kepolisian, kejaksaan dan pengadilan. Narapidana yang menghuni Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Medan di Medan, pada umumnya mereka yang dijatuhi hukuman penjara 1 satu tahun atau lebih. Terhadap narapidana yang dijatuhi hukuman penjara kurang dari 1 Satu tahun, mereka ditempatkan pada Lembaga Pemasyarakatan-Lembaga Pemasyarakatan yang ada di masing-masing wilayah daerah kotakabupaten setempat. Di dalam proses pembinaan narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A wanita di Kota Medan, tampak bahwa di antara para petugas Lembaga Pemasyarakatan, narapidana dan masyarakat mempunyai peranan yang sama pentingnya. Ketiganya itu merupakan satu kesatuan, saling mendukung dalam upaya menyukseskan pembinaan terhadap narapidana. Pelaksanaan pembinaan narapidana Rita Uli Situmeang: Fungsi Dan Peranan Lembaga Pemasyarakatan Dalam Pembinaan Narapidana Wanita Di Lembaga Pemasyarakatan Klas II A Tanjung Gusta Medan, 2008. USU e-Repository © 2008 jika dikaitkan dengan tahap-tahap pembinaan narapidana, maka sistem pembinaan di Lembaga Pemasyarakatan Wanita Medan, masih belum mengikuti apa yang menjadi tujuan dari pada sistem pembinaan narapidana yang baru. Mengingat isi daripada Undang-undang No.12 Tahun 1995 tentang pemasyarakatan belum ada pasal yang mengatur tentang pembinaan terhadap narapidana wanita, sehingga dalam pemberian pembinaan masih menggunakan pola yang sama dengan pembinaan narapidana laki-laki. Selain dari pada itu bahwa rangkaian atau bahan landasan kegiatan proses pembinaan yang dilakukan di Lembaga Pemasyarakatan Wanita tidak dapat berjalan lancar, sebab kodrat wanita yang harus mendapat perlindungan dari kaum laki-laki. Lembaga Pemasyarakatan sebagai tempat proses pembinaan narapidana sering tidak melakukan pembinaan sesuai dengan tahap-tahap pembinaan yang ditentukan di dalam undang-undang, dikarenakan belum adanya peraturan yang mengatur bagaimana pembinaan khusus yang diberikan kepada narapidana wanita misalnya, dalam hal pemberian asimilasi kerja luar tembok pemasyarakatan dengan membuat perjanjian kontrak kerja dengan pihak ke 3 tiga. Sementara pembinaan asimilasi ini di dalam undang-undang No. 12 Tahun 1995 telah di tetapkan sebagai hak-hak daripada narapidana yang tertuang di dalam pasal 14. Seiring dalam proses pembinaan narapidana untuk merubah menjadi manusia yang baik dan taat kepada hukum harus dilaksanakan dengan cara ”Proses Konversi” menurut Sistem Tata Usaha Negara, karena pada dasarnya hanya petugas negara yang berwenang melaksanakan putusan pidana penjara, sedangkan proses konversi dalam Rita Uli Situmeang: Fungsi Dan Peranan Lembaga Pemasyarakatan Dalam Pembinaan Narapidana Wanita Di Lembaga Pemasyarakatan Klas II A Tanjung Gusta Medan, 2008. USU e-Repository © 2008 sistem pemasyarakatan dapat diartikan merubah tabiat narapidana untuk menjadi lebih baik melalui berbagai upaya pembinaan. 69 Dalam sistem pemasyarakatan terkandung nilai-nilai yang mencerminkan penghematan terhadap hak-hak asasi manusia narapidana, yaitu sebagaimana yang tercermin dalam 10 sepuluh prinsip pemasyarakatan, dimana pada prinsip ke-3 menyebutkan “Berikan bimbingan, bukan penyiksaan, supaya mereka bertobat” dan prinsip ke-4 menyebutkan bahwa “Negara tidak berhak membuat mereka menjadi lebih buruk atau lebih jahat daripada sebelum dijatuhi pidana”, serta prinsip ke-8 juga menyebutkan bahwa “Sebagai orang yang tersesat adalah manusia, dan mereka harus diperlakukan sebagai manusia”. Prinsip ini sejalan dengan prinsip-prinsip dasar tentang perlakuan terhadap narapidana, yaitu sebagaimana disebutkan pada prinsip pertama, “ Setiap narpaidana diperlakukan dengan cara menghargai martabat dan nilai yang melekat sebagai manusia” dan prinsip ke-5 “Kecuali untuk batasan-batasan yang dibutuhkan untuk tindakan pengurungan, semua narapidana dipelihara hak asasi manusia dan kebebasan mendasar. 70 69 Bambang Pornomo, Op.cit, hlm. 97. 70 Nugroho, Warta Pemasyarakatan no. 24, Jakarta : Direktorat Jenderal Pemasyarakatan, Maret 2007 hlm. 20. Rita Uli Situmeang: Fungsi Dan Peranan Lembaga Pemasyarakatan Dalam Pembinaan Narapidana Wanita Di Lembaga Pemasyarakatan Klas II A Tanjung Gusta Medan, 2008. USU e-Repository © 2008

C. Hambatan dan Solusi yang dilakukan Lembaga Pemasyarakatan