Dalam pembinaan ini seluruh kegiatan sangat tergantung kepada pribadi narapidana sendiri, dan fasilitas pembinaan adalah yang dimiliki oleh Lembaga
Pemasyarakatan. Sering kali seorang narapidana tidak mengetahui apa yang menjadi kebutuhan pembinaan bagi dirinya atau kebutuhan belajarnya. Hal ini
disebabkan narapidana tersebut tidak tahu dan tidak mengenal diri sendiri. Pembinaan narapidana dengan pendekatan dari bawah, membawa konsekuensi
yang tinggi bagi para pembina, karena pihak pembina harus mampu menyediakan sarana dan prasarana bagi tercapainya tujuan pembinaan.
Ada perbedaan yang menyolok antara pendekatan dari atas dengan pendekatan dari bawah yaitu pada tujuan yang hendak dicapai melalui pembinaan
tersebut. Dalam pendekatan dari atas, tujuan yang hendak dicapai telah ditentukan oleh pembina, sedangkan pendekatan yang dari bawah, tujuan yang hendak dicapai
ditentukan oleh narapidana itu sendiri. Selain dari pada itu bahwa pendekatan dari atas membuat para pembina menentukan arah pembinaan narapidana, tujuan
pembinaan sesuai dengan keinginan pembina, sedangkan pendekatan dari bawah narapidana telah menentukan akan menjadi apa, sesuai dengan tujuan yang
dibuatnya.
53
D. Pelaksanaan Pembinaan Narapidana
Berdasarkan pasal 1 angka 1 PP No. 31 tahun 1999, tentang pembinaan dan pembimbingan warga binaan pemasyarakatan serta pasal 1 angka 2 PP No. 32 tahun
1999 tentang syarat dan tata cara pelaksanaan hak warga binaan pemasyarakatan disebutkan bahwa pembinaan adalah kegiatan untuk meningkatkan kualitas
ketaqwaan Kepada Tuhan Yang Maha Esa, intelektual, sikap dan perilaku,
53
C.I Harsono, Op.cit, hlm 348-349.
Rita Uli Situmeang: Fungsi Dan Peranan Lembaga Pemasyarakatan Dalam Pembinaan Narapidana Wanita Di Lembaga Pemasyarakatan Klas II A Tanjung Gusta Medan, 2008.
USU e-Repository © 2008
profesional, kesehatan jasmani dan rohani narapidana dan anak didik lembaga pemasyarakatan.
Pada umumnya pembinaan yang diberikan kepada narapidana di Lembaga Pemasyarakatan meliputi :
54
1. Pembinaan pendidikan dan kepribadianIntelektual
Usaha pembinaan ini dilakukan agar pengetahuan serta kemampuan berpikir warga binaan pemasyarakatan semakin meningkat sehingga dapat menunjang
kegiatan-kegiatan positif yang diperlukan selama masa pembinaan. Pembinaan intelektual kecerdasan dapat dilakukan baik melalui pendidikan formal maupun
pendidikan non formal. Pendidikan formal adalah yang diselenggarakan sesuai dengan ketentuan-
ketentuan yang telah ada dan ditetapkan oleh pemerintah agar dapat meningkatkan kualitas warga binaan Pemasyarakatan.
Pendidikan non formal diselenggarakan sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan melalui kursus-kursus, latihan ketrampilan dan sebagainya.
Bentuk pendidikan non formal yang paling mudah ialah kegiatan-kegiatan ceramah umum, dan membuka kesempatan yang seluas-luasnya untuk memperoleh
informasi dari luar, misalnya : membaca koranmajalah, menonton TV, mendegarkan radio dan sebagainya.
54
Soejono Soekanto, Perspektif Teoritis Studi Hukum Dalam Masyarakat, Jakarta : CV. Pers, 1984 hlm 18
Rita Uli Situmeang: Fungsi Dan Peranan Lembaga Pemasyarakatan Dalam Pembinaan Narapidana Wanita Di Lembaga Pemasyarakatan Klas II A Tanjung Gusta Medan, 2008.
USU e-Repository © 2008
2. Pembinaan jasmani dan rohani
55
Pembinaan jasmani yaitu dengan memberikan kegiatan yang dapat menyehatkan badan dari narapidana tersebut, seperti olah raga, volly, tennis meja,
senam dan lain-lain. Yang mana kegiatan tersebut dapat memberikan manfaat kesehatan jasmani yang bersangkutan.
Sedangkan pembinaan rohani berupa pembinaan yang dilakukan untuk pemenuhan rohani berupa pembinaan yang dilakukan untuk pemenuhan rohani
berupa bimbingan agama sesuai dengan agama meraka masing-masing, bagi yang beragama Islam diberikan pelajaran agama Islam dan begitu juga dengan agama
lainnya seperti Katolik, Kristen atau HinduBudha. Mereka mendapatkan siraman rohani untuk kepercayaan masing-masing tampak ada perkecualian. Dengan adanya
siraman rohani ini maka mereka sadar betul akan kehadiran yang maha pencipta yang menciptakan alam semesta dan isinya.
Pembinaan rohani tentang bimbingan dan pendidikan agama yang umum di Lembaga Pemasyarakatan :
1. Setiap Petugas Lembaga Pemasyarakatan berkewajiban untuk memelihara dan
menjaga ketertiban dalam pelaksanaan bimbingan dan pendidikan agama bagi narapidana.
55
Soejono Soekanto ; R.Otje Salman, Disiplin Hukum dan Disiplin Sosial Jakarta : Rajawali Pers, 1987 hlm 30.
Rita Uli Situmeang: Fungsi Dan Peranan Lembaga Pemasyarakatan Dalam Pembinaan Narapidana Wanita Di Lembaga Pemasyarakatan Klas II A Tanjung Gusta Medan, 2008.
USU e-Repository © 2008
2. Setiap Petugas tidak diperkenankan untuk menghalang-halangi atau mencegah
bagi narapidana untuk melakukan perintah-perintah Agamanya dan mengikuti bimbingan ataupun pendidikan Agama.
3. Setiap Petugas harus bersedia untuk menampung segala keluhan-keluhan
ataupun pengaduan-pengaduan narapidana tentang pelaksanaan kewajiban menurut agamanya, dan dalam mengikuti bimbingan ataupun pendidikan
Agama. 4.
Setiap Petugas Lembaga Pemasyarakatan tidak diperkenankan untuk mendorong ataupun mengasut atau membujuk seseorang narapidana untuk
berpindah Agama. 5.
Dalam pelaksanaan bimbingan dan pendidikan Agama, kepala lembaga Pemasyarakatan setempat dapat mengadakan kerjasama dengan Jawatan
Agama setempat atau perseorangan. 6.
Pelaksanaan kerja sama lebih lanjut akan ditetapkan dalam petunjuk-petunjuk pelaksanaan bimbingan dan pendidikan Agama dibawah ini.
7. Tiap Narapidana diperbolehkan untuk membaca Kitab-kitab suci menurut
kayakinan Agama masing-masing. 8.
Penyebarluasan brosur-brosur yang menyangkut bimbingan dan pendidikan Agama kepada narapidana harus terlebih dahulu dengan sepengetahuan dan
seizin Kepala Lembaga pemasyarakatan.
56
56
Ady Suyatno, Op.cit hlm 35.
Rita Uli Situmeang: Fungsi Dan Peranan Lembaga Pemasyarakatan Dalam Pembinaan Narapidana Wanita Di Lembaga Pemasyarakatan Klas II A Tanjung Gusta Medan, 2008.
USU e-Repository © 2008
9. Kegiatan penyuluhan rohani meliputi : a Penyuluhan Pendidikan, b.
Penyuluhan pendidikan umum. 10.
Kegiatan dan kunjungan yang dilakukan oleh Yayasan atau Lembaga Sosial sehubungan dengan kegiatn penyuluhan rohani harus mendapat ijin dari
Kepala Lembaga Pemasyarakatan. 11.
Untuk keperluan penyuluhan pendidikan agama atau penyuluhan pendidikan umum, Kepala lembaga Pemasyarakatan dapat bekerja sama
dengan instansi pemerintah setempat. 12.
Dalam pelaksanaan penyuluhan pendidikan tersebut butir 11, tenaga penyuluh pendidik harus mengisi buku absensi dan mencatat materi pokok
yang akan diberikan dalam buku yang telah disediakan. 13.
Pokok-pokok materi ceramah, penyuluhan dan pendidikan harus diketahui Kepala lembaga Pemasyarakatan dan kegaitannya tidak boleh menyinggung
perasaan atau menimbulkan keresahan bagi para Warga Binaan Pemasyarakatan WBP.
14. Setiap kegiatan penyuluhan pendidikan perlu diawasi agar tidak
dipergunakan untuk tujuan-tujuan yang dapat menggangu keamanan dan ketertiban Lembaga pemasyarakatan maupun keamanan Negara.
15. Untuk kegiatan penyuluhan pendidikan agama dan penyuluhan pendidikan
umum disediakan sarana dan ruangan yang diperlukan.
Rita Uli Situmeang: Fungsi Dan Peranan Lembaga Pemasyarakatan Dalam Pembinaan Narapidana Wanita Di Lembaga Pemasyarakatan Klas II A Tanjung Gusta Medan, 2008.
USU e-Repository © 2008
16. Apabila dipandang perlu, ikut sertanya Warga Binaan Pemasyarakatan WBP
dalam berbagai kegaitan tersebut diatur dan agar diadakan konsultasi dengan pihak yang menahan.
17. Petugas Keamanan dan ketertiban berkewajiban membantu agar pelaksanaan
pendidikan dan penyuluhan dapat berjalan secara terlatih dan lancar.
57
Pembinaan Jasmani di Lembaga Pemasyarakatan :
58
1. Untuk menjaga kondisi jasmani, kepada Warga Binaan Pemasyarakatan WBP
diberikan kegiatan olah raga, kesenian dan rekreasi di dalam Lembaga Pemasyarakatan sesuai dengan fasilitas yang tersedia, dengan tidak menutup
kemungkinan Warga Binaan Pemasyarakatan WBP membawa sendiri peralatan yang diperlukan sepanjang tidak mengganggu keamanan dan ketertiban Lembaga
Pemasyarakatan. 2.
Senam pagi bagi narapidana dan Warga Binaan Pemasyarakatan WBP yang dipimpin oleh petugas Lembaga pemasyarakatan dilaksanakan sekurang-
kurangnya dua kali seminggu. 3.
Penyelenggaraan Olah Raga berupa Bola Volley, Bulu Tangkis, Tennis Meja, Sepak Bola, Catur dan lain-lain, dilakukan di dalam Lembaga dibawah
pengawasan petugas 4.
Kegiatan kesenian meliputi jenis-jenis kesenian yang sesuai dengan kebudayaan nasional
57
Ady Suyatno, Op.cit hlm 36-37
58
Martiningsih; Program Kerja LP Wanita Medan Tahun 2007 hlm 5.
Rita Uli Situmeang: Fungsi Dan Peranan Lembaga Pemasyarakatan Dalam Pembinaan Narapidana Wanita Di Lembaga Pemasyarakatan Klas II A Tanjung Gusta Medan, 2008.
USU e-Repository © 2008
5. Rekreasi bagi narapidana dan Warga Binaan Pemasyarakatan WBP di dalam
Lembaga Pemasyarakatan berupaya untuk memberikan hiburan dengan cara; a.
Menyelenggarakan kesenian yang dilakukan oleh narapidana dan Warga Binaan Pemasyarakatan WBP atau yang didatangkan dari luar, terutama
menjelang atau pada hari-hari besar nasional b.
Menyelenggarakan pemutaran film, video atau televisi. 6.
Memberikan kesempatan kepada narapidana dan Warga Binaan Pemasyarakatan WBP untuk melakukan kegaitan sosial yang bersifat sukarela misalnya ikut
dalam kegiatan sosial donor darah Pelaksanaan bimbingan dan pendidikan Agama di Lembaga Pemasyarakatan Klas II
A Wanita Medan yaitu :
59
1. Pelaksanaan bimbingan dan pendidikan agama sehari-hari dilakukan oleh bagian
bimbingan sosial pada Lembaga Pemasyarakatan yang bersangkutan, dengan dibantu oleh petugas Keamanan.
Narapidana yang mengikuti bimbingan dan pendidikan Agama harus dicatat dalam Buku Register yang tersedia.
2. Setelah bimbingan dan pendidikan Agama selesai dilakukan, petugas keamanan
harus segera meneliti dan memeriksa kembali nama dan jumlah Narapidana yang telah mengikuti bimbingan dan pendidikan.
3. Petugas Bagian Keamanan harus selalu menjaga agar pelaksanaan bimbingan dan
pendidikan Agama berlangsung secara tertib dan lancar.
59
Ady Suyatno, Op.cit hlm 6.
Rita Uli Situmeang: Fungsi Dan Peranan Lembaga Pemasyarakatan Dalam Pembinaan Narapidana Wanita Di Lembaga Pemasyarakatan Klas II A Tanjung Gusta Medan, 2008.
USU e-Repository © 2008
4. Setiap kunjungan perseorangan maupun instansi ke Lembaga Pemasyarakatan
dalam pelaksanaan bimbingan dan pendidikan Agama, harus dengan sepengetahuan Kepala Lembaga Pemasyarakatan yang bersangkutan.
5. Perseorangan ataupun instansi yang bersangkutan harus mengisi Buku Tamu
terlebih dahulu di Ruangan Jaga sebelum memperoleh izin dari Kepala Lembaga Pemasyarakatan
6. Tiap narapidana diperbolehkan untuk membaca buku-buku yang tersedia di
Perpustakaan Lembaga Pemasyarakatan. 7.
Tiap-tiap buku yang dipinjam hanya dapat dibaca di ruangan yang telah disediakan untuk itu.
8. Waktu untuk mengikuti Pendidikan Umum adalah : tiap hari selama-lamanya 3
tiga jam. 9.
Pembinaan keterampilan Pembinaan ketrampilan di Lembaga Pemasyarakatan Wanita Medan
60
a. Setiap narapidana, tanpa membedakan menurut lamanya pidana, usia dan
status sosial harus memperoleh kesempatan atau mengikuti Pendidikan Ketrampilan di Lembaga Pemasyarakatan.
b. Kesempatan untuk mengikuti Pendidikan ketrampilan ini tidak dapat
diberikan, apabila Narapidana tersebut sedang sakit, atau sedang menjalankan hukuman disiplin.
60
Ibid, hlm 7.
Rita Uli Situmeang: Fungsi Dan Peranan Lembaga Pemasyarakatan Dalam Pembinaan Narapidana Wanita Di Lembaga Pemasyarakatan Klas II A Tanjung Gusta Medan, 2008.
USU e-Repository © 2008
c. Kesempatan untuk mengikuti Pendidikan ketrampilan hanya dilaksanakan di
dalam Lembaga Pemasyarakatan, kecuali bagi narapidana yang : 1
Sedang menjalani Lepas bersyarat 2
Sedang menjalani Assimilasi tahap ke III Dapat dilakukan diluar Lembaga Pemasyarakatan
d. Setiap 3 tiga bulan sekali, Kepala Bagian Pembinaan Lembaga
Pemasyarakatan membuat laporan tertulis kepada Kepala lembaga Pemasyarakatan setempat pada formulir yang tersedia.
e. Bagi Narapidana yang telah selesai mengikuti Pendidikan Ketrampilan ini
harus diberikan Surat Keterangan pada formulir yang tersedia, Pemberian Surat Keterangan dimaksud dilakukan apabila :
1 Narapidana yang bersangkutan memperoleh Lepas bersyarat
2 Narapidana yang sedang menjalani Assimilasi tahap ke III
3 Narapidana yang bersangkutan telah selesai menjalani pidananya habis
masa pidananya 4
Pembinaan seni 5
Rekreasi, dan olah raga Setiap narapidana wanita berhak mengikuti rekreasi yang diselenggarakan
oleh Lembaga Pemasyarakatan. Rekreasi ini dapat dilakukan di dalam maupun di luar
Rita Uli Situmeang: Fungsi Dan Peranan Lembaga Pemasyarakatan Dalam Pembinaan Narapidana Wanita Di Lembaga Pemasyarakatan Klas II A Tanjung Gusta Medan, 2008.
USU e-Repository © 2008
Lembaga Pemasyarakatan, rekreasi di dalam Lembaga Pemasyarakatan dapat berupa : olahraga, kesenian dan lain-lain.
61
Di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Wanita Medan berupa alat kesenian Nasyid, yang dapat dipergunakan oleh para anak didik. Dan dapat juga mendatangkan
tim kesenian atau tim olahraga dari luar Lembaga Pemasyarakatan. Petunjuk pelaksanaan rekreasi bagi narapidana di Lembaga Pemasyarakatan
62
a. Setiap narapidana, tanpa membedakan usia, status dan lamanya pidana, berhak
memperoleh rekreasi, kecuali narapidana yang : 1
Sedang menjalani hukuman disiplin; 2
Sedang menjalani cuti; 3
Sedang sakit b.
Rekreasi di Lembaga Pemasyarakatan yang diperbolehkan adalah : 1
Kegiatan olahraga; 2
Kegiatan kesenian c.
Setiap Petugas Lembaga Pemasyarakatan, wajib memperhatikan dan mengawasi pelaksanaan rekreasi bagi narapidana, agar tidak menimbulkan kericuhan atau
kegaduhan antar narapidana. d.
Pelaksanaan rekreasi dilakukan oleh Kepala Sub Bimpas Bagian Pendidikan e.
Setiap 3 tiga bulan sekali, Kepala Seksi pembinaan menyampaikan laporan tertulis pada formulir yang tersedia kepada kepala Lembaga Pemasyarakatan.
61
Ady Suyatno, Op.cit, hlm 8.
62
CI. Harsono, Op.cit, hlm 9.
Rita Uli Situmeang: Fungsi Dan Peranan Lembaga Pemasyarakatan Dalam Pembinaan Narapidana Wanita Di Lembaga Pemasyarakatan Klas II A Tanjung Gusta Medan, 2008.
USU e-Repository © 2008
f. Untuk keperluan rekreasi ini kepala Lembaga Pemasyarakatan dengan
sepengetahuan dan seizin Kepala Kantor Wilayah Departemen Hukum dan Hak Azasi Manusia RI cq Kadiv pemasyarakatan setempat dapat mengundang atau
mendatangkan team olah raga atau kesenian dari luar Lembaga Pemasyarakatan. 6.
Latihan Kerja dan Produk Setiap pekerjaan yang diberikan merupakan sarana pendidikan bagi
narapidana wanita agar menjadi manusia yang terampil. Dan sekaligus merupakan bekal hidup bagi narapidana wanita itu apabila mereka bebas nanti.
Dan pekerjaan yang diberikan bermanfaat serta sesuai dengan bakat dan keahlian sebagai wanita.
Sebagaimana hasil wawancara dengan narasumber Ibu Martiningsih pada tanggal 27 Maret 2008, pelaksanaan pembinaan narapidana di Lembaga
Pemasyarakatan Kelas II A Wanita Medan, antara narapidana biasa, narapidana anak dan narapidana residivis tidak ada perbedaan dalam memberikan pembinaan, hanya
yang beda adalah cara pendekatannya, di mana terhadap narapidana residivis pendekatannya lebih ditekankan secara individual misalnya yang dilakukan oleh
pembina wali.
63
Hal ini untuk menghindari adanya kesenjangan diantara para narapidana. Di samping itu juga karena kedudukan narapidana dalam hal
mendapatkan remisi tidak dibedakan lagi, dimana narapidana residivis bisa memperoleh remisi Dasar Kepres No. 174 tahun 1999, tentang remisi.
63
Hasil Wawancara dengan Kalapas Wanita Medan, Martiningsih, di ruang kerjanya pada tanggal 27 Maret 2008.
Rita Uli Situmeang: Fungsi Dan Peranan Lembaga Pemasyarakatan Dalam Pembinaan Narapidana Wanita Di Lembaga Pemasyarakatan Klas II A Tanjung Gusta Medan, 2008.
USU e-Repository © 2008
Berdasarkan sifatnya, bentuk pembinaan yang telah dilakukan oleh pihak Lembaga Pemasyarakatan, sebagaimana menurut keterangan narasumber, maka
dapat dibedakan atas 2 dua jenis, yaitu : 1.
Pembinaan Materiil, terdiri atas : a.
Pemberian keterampilan berupa pembuatan keset dari busa, pembuatan kristik, pembuatan dompet rajutan dan kue kering, merangkai bunga kering.
b. Kegiatan-kegiatan olahraga, berupa senam, volly ball, bulu tangkis, tennis
meja. 2.
Pembinaan non materiil, berupa pembinaan kepribadian seperti : a.
Pengajian rutin, kebaktian, dan kegiatan keagamaan yang disesuaikan dengan agama dan kepercayaan narapidana masing-masing.
b. Pembinaan kesadaran berbangsa dan bernegara upacara bendera setiap hari
senin. c.
Pendampingan narapidana oleh wali narapidana. Selanjutnya penulis menanyakan tentang adakah upaya yang dilakukan oleh
Lembaga Pemasyarakatan untuk meningkatkan pembinaan bagi narapidana. Menurut Ibu Martiningsih tanggal 27 Maret 2008 adapun upaya-upaya pembinaan narapidana
yang telah dilaksanakan oleh Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Wanita Medan adalah sebagai berikut :
64
64
Hasil Wawancara dengan Kalapas Wanita Medan, Martiningsih, di ruang kerjanya pada tanggal 27 Maret 2008.
Rita Uli Situmeang: Fungsi Dan Peranan Lembaga Pemasyarakatan Dalam Pembinaan Narapidana Wanita Di Lembaga Pemasyarakatan Klas II A Tanjung Gusta Medan, 2008.
USU e-Repository © 2008
a. Pembinaan kepribadian :
1 Pembinaan kesadaran beragama yang diwujudkan dalam bentuk pengajian
rutin bagi narapidana yang beragama Islam, kebaktian bagi narapidana yang beragama kristen, dan bagi yang beragama lain disesuaikan dengan
kepercayaannya masing-masing. 2
Pembinaan kesadaran berbangsa dan bernegara : Dalam tahap pembinaan ini narapidana diberitahukan tentang apa-apa yang menjadi hak dan
kewajibannya selama menjalankan pidananya di Lembaga Pemasyarakatan serta hak-hak dan kewajibannya setelah mereka keluar dari Lembaga
Pemasyarakatan kelak. 3
Pendampingan narapidana oleh wali narapidana : Dalam menjalani pidana di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Wanita Medan, seluruh narapidana
memiliki wali, yang selanjutnya disebutkan wali narapidana. Wali narapidana ini adalah petugas Lembaga Pemasyarakatan sendiri. Seorang wali narapidana
bertanggung jawab terhadap beberapa orang narapidana tidak kurang sepuluh narapidana. Wali narapidana ini melakukan pembinaan secara berkelompok,
adapun tugas wali narapidana masih menurut Ibu Martiningsih adalah melakukan pengawasan terhadap perilaku narapidana sekaligus memberikan
nasehat-nasehat atau memecahkan masalah-masalah yang dipertanyakan oleh narapidana yang berkaitan dengan problem narapidana itu sendiri.
Rita Uli Situmeang: Fungsi Dan Peranan Lembaga Pemasyarakatan Dalam Pembinaan Narapidana Wanita Di Lembaga Pemasyarakatan Klas II A Tanjung Gusta Medan, 2008.
USU e-Repository © 2008
b. Kegiatan olahraga
Kegiatan ini merupakan kegiatan dalam pembentukan jiwa narapidana agar memiliki kesehatan dan jiwa yang sehat pula. Kegiatan olahraga ini meliputi
senam, bola volly, bulu tangkis, tenis meja. Walaupun sederhana pelaksanaan olahraga ini telah disediakan sarana prasarananya di dalam Lembaga
Pemasyarakatan Kelas II A Wanita Medan. c.
Kepramukaan dan Sekolah Umum Bentuk dari kegiatan ini adalah mengajarkan hal-hal yang berkaitan dengan
kependidikan, dimana dalam pelaksanaannya dilakukan di tempat Kursus Pendidikan Sekolah Dasar KPSD. Sebagai sarana penunjang disediakan pula
perpustakaan yang dalam program ini Lembaga Pemasyarakatan bekerjasama dengan Departemen Pendidikan Nasional dalam hal ini penyediaan buku untuk
perpustakaan. Sedangkan untuk pendidikan Pramuka di LP Wanita Medan belum terlaksana, namun masih dalam penjajakan.
Disamping itu tujuan Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Wanita Medan adalah untuk melatih narapidana wanita menjadi disiplin dan dapat mewujudkan
narapidana yang mandiri, hormat dengan sesama narapidana dan menghargai sesama.
Sedangkan pendidikan umum dimaksudkan untuk menambah intelektual, bebas dari kebodohan. Bentuk kegiatannya berupa paket A yaitu untuk
memberantas buta huruf bagi narapidana wanita yang sebelumnya tidak bisa membaca menjadi bisa membaca dan juga menambah ilmu bagi narapidana
Rita Uli Situmeang: Fungsi Dan Peranan Lembaga Pemasyarakatan Dalam Pembinaan Narapidana Wanita Di Lembaga Pemasyarakatan Klas II A Tanjung Gusta Medan, 2008.
USU e-Repository © 2008
wanita di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Wanita Medan yang dilaksanakan setiap hari jam 09.00 sampai 11.30 Wib.
Dan ini sangat berguna bagi narapidana wanita, karena setelah bebas mereka tidak buta huruf lagi dan dapat membaca surat dari keluarganya, dan ilmu
pengetahuan yang lainnya semakin bertambah dan menguntungkan bagi narapidana wanita tersebut. Biasanya surat dari keluarga dibacakan oleh teman,
sekarang mereka dapat membacanya sendiri, sehingga disinilah narapidana menimba ilmu pengetahuan yang semakin lama semakin berkembang untuk
menuju apa yang dicita-citakannya dan diwujudkan sesuai dengan ketentuan- ketentuan yang diterapkan di Lembaga Pemasyarakatan tersebut.
d. Pendidikan Budi Pekerti
Dalam prakteknya, kegiatan ini hampir tidak kelihatan oleh mata, karena meliputi tingkah laku dan tanggung jawab narapidana. Dan untuk pelaksanaannya
wali narapidana yang berhubungan langsung dengan kegiatan ini. Dalam penelitian lapangan yang dilakukan oleh penulis di lembaga
pemasyatakatan, yang berhubungan dengan pembinaan, pada dasarnya pembinaan yang dilakukan dapat penulis katakan cukup mendapat perhatian dari narapidana,
adapun kegiatan pembinaan tersebut adalah : 1
Pembinaan kesadaran beragama : Dalam pelaksanaan kegiatan keagamaan yang dilakukan narapidana
yang hadir di acara yang diadakan tersebut sangat banyak, yang hadir adalah juga narapidana wanita yang hukuman lama. Disini terlihat jelas bahwa
Rita Uli Situmeang: Fungsi Dan Peranan Lembaga Pemasyarakatan Dalam Pembinaan Narapidana Wanita Di Lembaga Pemasyarakatan Klas II A Tanjung Gusta Medan, 2008.
USU e-Repository © 2008
kegiatan yang bersifat keharusan dan sadar terlaksana dengan baik. Menurut pengamatan penulis di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Wanita Medan,
hal demikian terjadi karena adanya tindakan dari petugas, sehingga narapidana beranggapan bahwa kegiatan tersebut merupakan suatu keharusan
bagi narapidana. Tapi juga menambah ilmu keagamaan mereka. Di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Wanita Medan dalam
kesadaran beragama, narapidana Wanita Medan sangat antusias sekali, namun demikian pihak petugas serta jajarannya belum mengadakan kerja sama
dengan Departemen Agama Kota Medan. Sehingga sampai saat ini belum terlihat adanya kesepakatan yang konkrit untuk mendirikan Majelis Taklim
sebagai suatu sarana organisasi warga binaan yang anggotanya terdiri dari narapidana wanita yang beragama Islam, karena dengan cara demikian bagi
warga binaan dapat ditingkatkan iman Islamnya. Narapidana ditingkatkan iman Islamnya mengerti tentang agama Islam, bisa membaca Al’quran.
Pembinaan kesadaran beragama juga diberikan oleh Yayasan Aisyah Kota Medan. Ini telah terlaksana sejak 1998, menurut Kepala Lembaga
Pemasyarakatan Kelas II A Wanita Medan, Martiningsih. Kerjasama dalam memberikan kesadaran beragama terhadap narapidana wanita ini sangat
berdampak positif terhadap perkembangan mental dari narapidana wanita selama berada di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Wanita Medan.
Di samping pembinaan yang dilakukan di dalam Lembaga Pemasyarakatan, dilakukan juga pembinaan diluar Lembaga Pemasyarakatan. Kegiatan yang dilakukan
Rita Uli Situmeang: Fungsi Dan Peranan Lembaga Pemasyarakatan Dalam Pembinaan Narapidana Wanita Di Lembaga Pemasyarakatan Klas II A Tanjung Gusta Medan, 2008.
USU e-Repository © 2008
di luar Lembaga Pemasyarakatan adalah ikut berpartisipasinya narapidana dalam kegiatan-kegiatan di luar Lembaga Pemasyarakatan, seperti Cuti Menjelang Bebas
CMB, Cuti Mengunjungi Keluarga CMK, serta Pembebasan Bersyarat PB, dan kegiatan assimilasi lainnya yang berhubungan dengan olah raga.
Dalam pembinaan di luar Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Wanita Medan ini tidak semua narapidana diikutsertakan, sebab yang dapat mengikuti atau
memperoleh pembinaan ini adalah narapidana yang sudah menjalani setengah masa pidana dan dinyatakan layak, dalam pengertian narapidana memiliki perilaku yang
baik serta bisa dipertanggungjawabkan. Salah satu bentuk pembinaan diluar Lembaga Pemasyarakatan adalah
assimilasi. Adapun syarat yang harus dipenuhi oleh narapidana yang ingin mendapat assiminasi antara lain adalah :
a Telah menjalani masa pidana dalam jangka waktu ½ dari masa pidana
b Berkelakuan baik, dan
c Aktif melakukan kegiatan pembinaan di dalam Lembaga Pemasyarakatan
Yang kemudian untuk jadwal ditentukan oleh pembina yang bersangkutan di Lembaga Pemasyarakatan.
65
Yang kemudian penulis lebih lanjut mengadakan wawancara dengan salah seorang pejabat di Kantor Wilayah Departemen Hukum dan HAM Sumatera Utara
pada tanggal 31 Maret 2008 yang membidangi Pemasyarakatan yaitu Bapak
65
Wawancara dengan Ibu Zuraidah Lubis Kasie Pembinaan pada tanggal 18 Maret 2008.
Rita Uli Situmeang: Fungsi Dan Peranan Lembaga Pemasyarakatan Dalam Pembinaan Narapidana Wanita Di Lembaga Pemasyarakatan Klas II A Tanjung Gusta Medan, 2008.
USU e-Repository © 2008
KadivPas Sugihartoyo berpendapat bahwa pelaksanaan sistem pembinaan bagi narapidana itu belum disesuaikan dengan apa yang diinginkan oleh butir-butir
daripada UU No. 12 Tahun 1995. Hal ini karena masih kurangnya sarana dan prasarana yang dimiliki Lembaga Pemasyarakatan Wanita Medan. Dan bukan hanya
itu, bahwa disini juga petugas selaku pembina yang diharapkan dapat menyampaikan materi pembinaan masih sangat kurang memahami fungsi dan tanggung jawabnya
sebagai petugas di Lembaga Pemasyarakatan. Bapak Sugihartoyo mengatakan bahwa Lembaga Pemasyarakatan Wanita Medan sampai saat ini belum membuat koordinasi
dengan pihak luar dalam hal penanggulangan pembinaan yang dibutuhkan narapidana. Dan juga sejauh itu bahwa Pemerintah Kota dan Pemerintah Daerah
belum pernah memberikan perhatian dalam hal pembinaan bagi narapidana, untuk itu diharapkan pihak Lembaga Pemasyarakatan Wanita harus lebih kooperatif dalam hal
membuat kerjasama agar pembinaan dapat tercapai. Yang dalam hal ini diharapkan dapat membuat kerjasama dengan Dinas Perindustrian dan Dinas Sosial Sumatera
Utara. Pembinaan diluar Lembaga Pemasyarakatan ditujukan kepada narapidana
wanita yang mendapat pidana bersyarat. Narapidana wanita yang mendapat pidana bersyarat apabila vonis telah mempunyai kekuatan hukum, dan narapidana telah
menjalani hukuman 23 dari putusan hakim si terpidana dan dibimbing oleh Bapas Balai Pemasyarakatan.
Rita Uli Situmeang: Fungsi Dan Peranan Lembaga Pemasyarakatan Dalam Pembinaan Narapidana Wanita Di Lembaga Pemasyarakatan Klas II A Tanjung Gusta Medan, 2008.
USU e-Repository © 2008
Balai pemasyarakatan berada di bawah Direktorat Jendral Pemasyarakatan. Balai pemasyarakatan akan mencatat identitas dari narapidana wanita yang mendapat
pidana bersyarat tersebut dan di daftarkan kedalam buku register pembinaan. Balai pemasyarakatan akan memerintahkan PK Pembimbing
Kemasyarakatan untuk melaksanakan pembinaan terhadap klien atau narapidana tersebut.
Dalam melaksanakan pembinaan, PK Pembimbing Kemasyarakatan akan mendapat Litmas Penelitian Kemasyarakatan terhadap narapidana tersebut.
Penelitian kemasyarakatan berisi tentang bagaimana asal-usul narapidana, bagaimana tanggapan keluarganya terhadap narapidana, bagaimana tanggapan
masyarakat sekitar tempat dia melaksanakan tindak pidana dan tanggapan tentang tingkah lakunya, kenapa dia berbuat tindak pidana tersebut, apa pula tanggapan tokoh
masyarakat yang berada di sekitar tempat tinggal narapidana bersyarat tersebut, semua akan dibuat menjadi suatu resume untuk langkah pembinaan apa yang cocok
bagi narapidana wanita tersebut. Jika Litmas Penelitian Kemasyarakatan yang bersangkutan sudah dibuat
maka Balai Pemasyarakatan tersebut memerintahkan klien tersebut untuk melaporkan diri pada PK Pembimbing Kemasyarakatan akan melakukan kunjungan pembinaan
kerumah atau tempat kerja klien ataupun ke sekolah-sekolah atau tempat-tempat lain yang mempunyai hubungan yang erat dengan perikehidupan klien yang bersangkutan,
sepanjang tidak mengganggu klien yang bersangkutan.
Rita Uli Situmeang: Fungsi Dan Peranan Lembaga Pemasyarakatan Dalam Pembinaan Narapidana Wanita Di Lembaga Pemasyarakatan Klas II A Tanjung Gusta Medan, 2008.
USU e-Repository © 2008
Adapun pelaksanaan Bimbingan lanjutan sesuai ketentuan-ketentuan lainnya yaitu :
1. Adapun klien dari balai Bispa masih menjalani masa pengawasan dan
bimbingannya, belum dapat diberi Bimbingan lanjutan oleh Dinas Sosial. 2.
Bilamana Klien Balai Bispa, seperti Klien : Pidana bersyarat Anak atau Dewasa, Lepas atau Lepas bersyarat Anak atau Dewasa anak yang oleh Hakim
dikembalikan kepada orang tuawalinya, dan Klien Cuti menjelang lepas mutlak Cuti pre-release treatment, sudah selesai menjelang masa bimbingannya,
mereka dapat diberi Bimbingan lanjutan oleh Dinas Sosial. 3.
Pemberian Bimbingan lanjutan dapat diberikan kepada Klien tersebut di atas, jika Klien yang bersangkutan telah menyatakan bersedia diberi Bimbingan lanjutan.
4. PK Pembimbing Kemasyarakatan menyerahkan daftar data calon Klien yang
bersedia diberi Bimbingan lanjutan kepada Dinas Sosial setempat, dilampiri data klien dalam waktu 1 satu bulan sebelum masa bimbingannya berakhir.
5. Petugas Dinas Sosial dapat mengadakan pendekatan kepada calon kliennya yang
bersangkutan, sebelum masa pengawasan atau bimbingannya berakhir. 6.
Segera, setelah Klien yang bersangkutan berakhir masa pengawasan dan bimbingannya, PK Pembimbing Kemasyarakatan memberitahukan secara
tertulis, kepada Dinas Sosial untuk memberikan bimbingan lanjutan yang diperlukan kepada Dinas Sosial dan Dit. Jen. Pemasyarakatan melalui atasannya.
Jadi klien yang dibina diluar Lembaga Pemasyarakatan dapat diberi bimbingan
Rita Uli Situmeang: Fungsi Dan Peranan Lembaga Pemasyarakatan Dalam Pembinaan Narapidana Wanita Di Lembaga Pemasyarakatan Klas II A Tanjung Gusta Medan, 2008.
USU e-Repository © 2008
lanjutan oleh Dinas Sosial, jika masa pengawasan dan bimbingannya telah selesai.
7. PK Pembimbing Kemasyarakatan dapat membantu klien anak-anak mencarikan
sekolah, jika orang tuanya sulit mendapatkan sekolah anaknya, atau jika orang tua tersebut kurang mampu.
Bagi bangsa Indonesia pemikiran mengenai fungsi pemidanaan tidak lagi sekedar pada pemenjaraan belaka, tetapi juga merupakan suatu rehabilitas dan
reintegrasi sosial telah melahirkan suatu sistem pembinaan terhadap pelanggar hukum yang dikenal sebagai sistem pemasyarakatan.
Adapun bentuk dari pembinaan tersebut adalah pembinaan-pembinaan kepribadian dan kemandirian pembinaan kepribadian diberikan mulai dari tahap awal
pembinaan maximum security sampai tahap akhir reintegrasi sosial, sedangkan pembinaan kemandirian mulai diberikan pada tahap lanjutan medium security
sampai tahap akhir pembinaan. a.
Pembinaan kepribadian : pembinaan kesadaran beragama, pembinaan kesadaran berbangsa dan bernegara, pembinaan kemampuan intelektual, pembinaan
kesadaran hukum. b.
Pembinaan kemandirian : ketrampilan untuk mendukung usaha-usaha mandiri, ketrampilan untuk mendukung usaha-usaha industri kecil, ketrampilan yang
dikembangkan sesuai dengan bakat masing-masing, ketrampilan untuk mendukung usaha-usaha industripertanian.
Rita Uli Situmeang: Fungsi Dan Peranan Lembaga Pemasyarakatan Dalam Pembinaan Narapidana Wanita Di Lembaga Pemasyarakatan Klas II A Tanjung Gusta Medan, 2008.
USU e-Repository © 2008
2. Pelaksanaan Pembinaan Narapidana Dalam Lembaga Pemasyarakatan Umum a.
Tugas pokok Direktorat Jenderal Pemasyarakatan adalah melaksanakan sebagian tugas Departemen Hukum dan HAM RI dalam pelaksanaan
pemasyarakatan dan Bispa Bimbingan Kemasyarakatan dan Pengentasan anak.
b. Dalam melaksanakan tugas-tugas pokok diatas, Direktorat Jenderal
Pemasyarakatan memiliki 3 tiga pola pembinaan sebagai pola pokok, yaitu : 1
Pembinaan narapidana dewasa di dalam Lembaga Pemasyarakatan 2
Pembinaan anak didik di dalam Lembaga Pemasyarakatan 3
Pembinaan diluar Lembaga Pemasyarakatan terhadap narapidana dan anak didik
c. Ketiga pola pembinaan diatas harus dilaksanakan dengan mengingat
kebutuhan pembinaan setempat dan landasan kepada cita-cita pemasyarakatan.
d. Untuk memelihara hubungan kerjasama antara unit di lingkungan Direktorat
Jenderal Pemasyarakatan, harus diperhatikan oleh setiap aparat pelaksana, landasan strukturil yang telah digariskan dalam pola tentang hubungan
kerjasama strukturil organisatoris antara Unit Pusat dengan unit-unit pelaksana teknis.
66
.
66
Buku Manual Pembinaan Sarana Sistem Pemasyarakatan, Jakarta : Direktorat Jenderal Pemasyarakatan, 1990 hlm.20
Rita Uli Situmeang: Fungsi Dan Peranan Lembaga Pemasyarakatan Dalam Pembinaan Narapidana Wanita Di Lembaga Pemasyarakatan Klas II A Tanjung Gusta Medan, 2008.
USU e-Repository © 2008
e. Golongan orang-orang yang dapat dimasukkan atau ditempatkan dalam
Lembaga Pemasyarakatan, adalah : 1
Mereka yang ditahan secara sah oleh pihak kejaksaan ; 2
Mereka yang ditahan secara sah oleh pihak pengadilan ; 3
Mereka yang telah dijatuhi pidana hilang kemerdekaan oleh Pengadilan negeri setempat ;
4 Mereka yang dikenakan pidana kurungan ;
5 Mereka yang tidak menjalani pidana hilang kemerdekaan akan tetapi
dimasukkan ke Lembaga Pemasyarakatan secara sah. f.
Menteri Kehakiman atau pejabat yang ditunjuk olehnya, menetapkan penetapan bagi narapidana pada Lembaga Pemasyarakatan tertentu.
g. Sepanjang tidak ditetapkan lain, penempatan tersebut pada angka 69 diatas
harus memperhatikan : 1
Status Lembaga Pemasyarakatan yang bersangkutan 2
Sifat tindak pidana kejahatan yang dilakukan oleh narapidana yang bersangkutan
3 Keadaan sarana fisik Lembaga Pemasyarakatan yang bersangkutan
h. Klasifikasi narapidana berdasarkan sistem pemasyarakatan tidak mengenal
perbedaan Suku, Agama, Ras, Antar Golongan SARA. i.
Klasifikasi narapidana hanya mengenal perbedaan yang didasarkan atas perbedaan usia, jenis kelamin, dan lamanya pidana.
Rita Uli Situmeang: Fungsi Dan Peranan Lembaga Pemasyarakatan Dalam Pembinaan Narapidana Wanita Di Lembaga Pemasyarakatan Klas II A Tanjung Gusta Medan, 2008.
USU e-Repository © 2008
j. Klasifikasi berdasarkan perbedaan usia, hanya mengenal atau mengakui
perbedaan antara narapidana dewasa dan anak-anak. k.
Klasifikasi berdasarkan perbedaan jenis kelamin, hanya mengenal atau mengakui perbedaan antara narapidana pria dan wanita.
l. Klasifikasi berdasarkan lamanya pidana dibedakan antara :
1 Narapidana dewasa dan anak-anak yang dijatuhi pidana antara 5 lima
tahun ; 2
Narapidana dewasa dan anak-anak yang dijatuhi pidana antara 1 satu sampai dengan 5 lima tahun ;
3 Narapidana dewasa dan anak-anak yang dijatuhi pidana di bawah 1
satu tahun. m.
Pembinaan narapidana berdasarkan lamanya pidana di atas mengenal 3 tiga tingkat urgensi pembinaan sebagai berikut :
1 Pembinaan tingkat Nasional, berlaku bagi mereka yang mengenal pidana
di atas 5 lima tahun; 2
Pembinaan tingkat Regional, berlaku bagi mereka yang dijatuhi pidana antara 1 satu sampai dengan 5 lima tahun ;
3 Pembinaan tingkat Lokal, berlaku bagi mereka yang dijatuhi pidana
dibawah 1 satu tahun. n.
Sepanjang tidak ditetapkan lain, penggunaan bentuk formulirregister pembinaan yang ada masih tetap berlaku.
Rita Uli Situmeang: Fungsi Dan Peranan Lembaga Pemasyarakatan Dalam Pembinaan Narapidana Wanita Di Lembaga Pemasyarakatan Klas II A Tanjung Gusta Medan, 2008.
USU e-Repository © 2008
o. Sepanjang tidak ditetapkan lain, pelaksana pembinaan tingkat nasional,
regional dan lokal harus berpedoman kepada proses pemasyarakatan sebagai berikut :
Tahap pertama : Terhadap setiap narapidana yang didatangkan ke Lembaga Pemasyarakatan, dilakukan penelitian untuk mengetahui segala hal ikhwal
perihal dirinya, termasuk : sebab-sebab ia melakukan tindak pidana, dan segala keterangan mengenai dirinya yang dapat diperoleh dari keluarganya, bekas
majikan atau atasannya, teman sekerja, sikorban dari perbuatannya, serta dari petugas instansi lain yang menangani perkaranya.
Kedua : Jika proses pembinaan terhadap narapidana yang bersangkutan langsung selama-lamanya 13 sepertiga dari masa pidana yang ada dan menurut pendapat
Anggota sidang Tim Pengamat Pemasyarakatan TPP Pemasyarakatan sudah cukup kemajuan antara lain menunjukkan perbaikan, disiplin dan patuh pada
peraturan tata-tertib yang berlaku Lembaga Pemasyarakatan, maka kepada narapidana yang bersangkutan kebebasan lebih banyak dengan mempergunakan
tingkat pengawasan security. Ketiga : Jika proses pembinaan terhadap narapidana telah dijalani ½ setengah
dari masa pidana yang sebenarnya, dan menurut pendapat Dewan pemasyarakatan telah dicapai cukup kemajuan-kemajuan baik secara fisik
maupun mental, dan juga segi ketrampilannya, maka wadah prosesnya perlu diperluas dengan diperbolehkannya mengadakan assimilasi masyarakat luar
antara lain : ikut beribadah bersama-sama dengan masyarakat luar, mengikuti
Rita Uli Situmeang: Fungsi Dan Peranan Lembaga Pemasyarakatan Dalam Pembinaan Narapidana Wanita Di Lembaga Pemasyarakatan Klas II A Tanjung Gusta Medan, 2008.
USU e-Repository © 2008
pendidikan di sekolah-sekolah umum, bekerja di luar, akan tetapi pelaksanaannya masih berada dibawah pengawasan dan bimbingan Lembaga Pemasyarakatan.
Keempat : Jika proses pembinaannya telah dijalani 23 dua pertiga dari pidana yang sebenarnya atau sekurang-kurangnya 9 sembilan bulan, narapidana yang
bersangkutan dapat diberikan lepas bersyarat, dan pengusulan lepas bersyarat ini ditetapkan oleh anggota sidang Tim Pengamat Pemasyarakatan TPP.
Lembaga Pemasyarakatan sekali-kali tidak boleh menerima atau seseorang dalam Lembaga Pemasyarakatan, jika tidak berdasarkan putusan pengadilan, surat perintah
atau surat penetapan yang diberikan oleh yang berwenang yang ditunjukkan kepadanya.
Penolakan terhadap penerimaan atau penempatan dimaksud pada keterangan diatas, harus dilakukan melalui prosedur atau petunjuk berlandaskan perundang-
undangan yang berlaku. Mengelola Lembaga Pemasyarakatan, kepala Lembaga Pemasyarakatan
memperhatikan petunjuk-petunjuk sebagai berikut : Bila narapidana bagi narapidana yang bersangkutan telah habis masa pidananya,
maka narapidana yang bersangkutan harus segera dikeluarkan dari Lembaga Pemasyarakatan dengan memberikan surat keterangan tentang pembebasannya.
Apabila Narapidana atau narapidana tertentu sudah tiba saatnya untuk memperoleh hak-haknya sebagaimana telah diatur oleh perundang-undangan yang
berlaku, segera harus dilaksanakan pemberian haknya berdasarkan prosedur yang
Rita Uli Situmeang: Fungsi Dan Peranan Lembaga Pemasyarakatan Dalam Pembinaan Narapidana Wanita Di Lembaga Pemasyarakatan Klas II A Tanjung Gusta Medan, 2008.
USU e-Repository © 2008
telah ditetapkan; kecuali apabila Anggota sidang Tim Pengamat Pemasyarakatan TPP menetapkan lain.
Terhadap setiap Warga Binaan Pemasyarakatan WBP yang berada di Lembaga Pemasyarakatan, harus selalu diteliti kembali lamanya masa penahanan yang telah
dijalaninya. Untuk menjaga ketertiban dan disiplin di kalangan para petugas Lembaga
Pemasyarakatan, maka harus selalu dipelihara dan ditegakkan kewibawaan dengan sebaik-baiknya, dengan mengindahkan kode etik kepegawaian.
Pembinaan berdasarkan sistem pemasyarakatan mengenai suatu dewan yang diberi nama anggota sidang Tim Pengamat Pemasyarakatan TPP antara lain :
a. Menyelesaikan dan menetapkan serta memutuskan pada tingkat pendahuluan
setiap masalah yang menyangkut pelaksanaan pembinaan narapidana dan anak didik;
b. Mengadakan penelitian dan evaluasi terhadap perkembangan pembinaan
narapidana dan anak didik. Setiap putusan anggota sidang Tim Pengamat Pemasyarakatan TPP
merupakan rekomendasi bagi Kepala Lembaga Pemasyarakatan, Kepala Kantor Wilayah atau Direktur Jenderal masyarakat, sesuai dengan fungsi Anggota sidang
Tim Pengamat Pemasyarakatan TPP dimaksud pada tingkat Lembaga Pemasyarakatan, tingkat Kantor Wilayah Departemen Hukum dan HAM Devisi
Pemasyarakatan dan Kantor Pusat Direktorat Jenderal Pemasyarakatan.
Rita Uli Situmeang: Fungsi Dan Peranan Lembaga Pemasyarakatan Dalam Pembinaan Narapidana Wanita Di Lembaga Pemasyarakatan Klas II A Tanjung Gusta Medan, 2008.
USU e-Repository © 2008
Analisa dari bab ini adalah sebagai berikut bahwa setelah dilakukan penelitian dan wawancara dengan pejabat dan narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II
A Wanita Medan dapat dianalisa sebagai berikut bahwa pembinaan narapidana Wanita Medan belum berjalan sebagaimana yang diharapkan UU No. 12 Tahun 1995
tentang pemasyarakatan karena terbatasnya sarana dan prasarana yang ada, dan UU itu sendiri belum mengatur secara khusus pembinaan terhadap narapidana wanita.
Sedangkan masyarakat luas beranggapan pembinaan itu ada perbedaan antara laki- laki dan perempuan wanita, namun kenyataannya di dalam UU itu tidak dibedakan
menurut jenis dan kelamin dalam hal pemberian pembinaan sehingga kadang-kadang petugas mengalami kesulitan dalam hal memberikan pembinaan dimaksud kepada
narapidana wanita. Untuk itu diharapkan kepada Pemerintah agar diadakan perubahan UU tentang pemasyarakatan yang membedakan pemberian pembinaan
antara laki-laki dan perempuan wanita sehingga apa yang menjadi tujuan pembinaan tercapai sesuai dengan cita-cita pembangunan nasional.
E. Pemeliharaan Kesehatan