telah dicetuskan pada tahun 1964 dan kiranya sudah menjadi kewajiban untuk menghayati serta mengamalkan di alam kenyataan bahwa lambang Pohon Beringin
Pengayoman sebagai tujuan hukum dan pemasyarakatan, sebagai sistem pembinaan narapidana.
44
3. Sistem Pembinaan Narapidana
Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Wanita Medan, yang terletak di Jl. Pemasyarakatan T. Gusta Medan Tel. 061 - 8450995 merupakan Lembaga
Pemasyarakatan Wanita satu-satunya di Sumatera, dan NAD. Saat ini lembaga Pemasyarakatan wanita tersebut dihuni oleh tidak kurang dari 398 orang, terdiri atas
183 orang narapidana dan sisanya sebanyak 276 orang Warga Binaan Pemasyarakatan WBP titipan dari kepolisian, kejaksaan dan pengadilan.
Narapidana yang menghuni Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Medan di Medan, pada umumnya mereka yang dijatuhi hukuman penjara 1 satu tahun atau lebih.
Terhadap narapidana yang dijatuhi hukuman penjara kurang dari 1 Satu tahun, mereka ditempatkan pada Lembaga Pemasyarakatan-Lembaga Pemasyarakatan yang
ada di masing-masing wilayah daerah kotakabupaten setempat. Di dalam proses pemasyarakatan narapidana di Lembaga Pemasyarakatan
Kelas II A wanita di Kota Medan, tampak bahwa diantara para petugas Lembaga Pemasyarakatan, narapidana dan masyarakat mempunyai peranan yang sama
pentingnya. Ketiganya itu merupakan satu kesatuan, saling mendukung dalam upaya
44
Bambang Poernomo, Op.cit, hlm. 198.
Rita Uli Situmeang: Fungsi Dan Peranan Lembaga Pemasyarakatan Dalam Pembinaan Narapidana Wanita Di Lembaga Pemasyarakatan Klas II A Tanjung Gusta Medan, 2008.
USU e-Repository © 2008
menyukseskan pembinaan terhadap narapidana. Pelaksanaan pembinaan narapidana jika dikaitkan dengan tahap-tahap narapidana, maka sistem pembinaannya dapat
diuraikan sebagai berikut : a.
Tahap Pertama Dalam tahap pertama ini pembinaan narapidana diusahakan mengenal
terhadap diri narapidana terlebih dahulu mengenai kekurangan dan kelebihan yang dimilikinya. Diusahakan bisa diketahui sebab - sebab ia melakukan tindak pidana
atau latar belakangnya, sehingga dengan bahan-bahan itu dapat direncanakan upaya pembinaan yang sesuai dan tepat terhadap dirinya. Pada saat yang bersamaan pihak
Lembaga Pemasyarakatan Wanita berusaha untuk mengetahui identitas dari narapidana yang bersangkutan.
b. Tahap Kedua
Pemasyarakatan sebagai proses telah ditentukan bahwa jika pembinaan terhadap narapidana telah mencapai kurang kebih sepertiga dari masa pidana dan
menurut penilaian tim pengamat kemasyarakatan telah cukup kejamuan artinya narapidana telah insyaf dan menunjukkan kelakukan baik, cakap, tidak melanggar
tata tertib maka wadah utama dari proses kemasyarakatan dapat dipindahkan dari maksimun security ke medium security yaitu penjagaan yang ketat diberikan ke yang
agak bebas bergerak bagi narapidana pada tahap ini narapidana diperbolehkan bekerja dan diserahi tugas-tugas tertentu seperti memasak untuk makanan narapidana,
membersihkan ruangan kantor, mengantarkan minuman untuk pegawai dan
Rita Uli Situmeang: Fungsi Dan Peranan Lembaga Pemasyarakatan Dalam Pembinaan Narapidana Wanita Di Lembaga Pemasyarakatan Klas II A Tanjung Gusta Medan, 2008.
USU e-Repository © 2008
sebagainya. Hal ini akan menjadikan tingkah laku narapidana tersebut menjadi baik karena dia mendapatkan kepercayaan.
c. Tahap Ketiga
Pada tahap ini narapidana telah menjalankan setengah dari masa pidana proses pembinaannya diperluas dengan diberikan asimilasi kepada masyarakat luar
Lembaga Pemasyarakatan misalnya dengan mengikuti kegiatan olah raga sholat kemesjid diluar dan gereja diluar. Dan pengawasannya diperlonggar dari medium
security ke minimun security. Dan pada tahap ini mereka diberikan pelepasan bersyarat. Mereka diberikan sebagai tamping maksudnya memberikan kepercayaan
kepada narapidana yaitu mengantarkan surat-menyurat tetapi masih tetap didalam Lembaga Pemasyarakatan. Narapidana juga diberi kesempatan untuk sholat dan pergi
ke gereja. Narapidana diberikan keluar dari Lembaga Pemasyarakatan untuk berasimilasi dengan masyarakat tetapi tidak boleh melanggar peraturan tata tertib
Lembaga Pemasyarakatan. d.
Tahap Keempat Tahap ini narapidana sudah menjalani dua pertiga dari masa pidana yang
sebenarnya paling sedikit 9 bulan bisa diberikan pelepasan bersyarat oleh Lembaga Pemasyarakatan. Tahap ini diperluas pembinaannya narapidana boleh tinggal di luar
apabila sudah keluar keputusan dari menteri tetapi dia diberi pembinaan oleh balai pemasyarakatan. Sesuai dengan surat edaran dirjen pemasyarakatan Nomor :
K.P.10.41728 Tahun 1968 yang menyatakan bahwa pelepasan bersyarat diberikan kepada narapidana yang pidananya lebih dari satu tahun ke atas.
Rita Uli Situmeang: Fungsi Dan Peranan Lembaga Pemasyarakatan Dalam Pembinaan Narapidana Wanita Di Lembaga Pemasyarakatan Klas II A Tanjung Gusta Medan, 2008.
USU e-Repository © 2008
Dalam sistem pemasyarakatan terkandung nilai-nilai yang mencerminkan penghematan terhadal hak-hak asasi manusia narapidana, yaitu sebagaimana yang
tercermin dalam 10 sepuluh prinsip pemasyarakatan, dimana pada prinsik ke-3 menyebutkan “Berikan bimbingan, bukan penyiksaan, supaya mereka bertobat” dan
prinsip ke-4 menyebutkan bahwa “Negara tidak berhak membuat mereka menjadi lebih buruk atau lebih jahat daripada sebelum dijatuhi pidana”, serta prinsip ke-8 juga
menyebutkan bahwa “Sebagai orang yang tersesat adalah manusia, dan mereka harus diperlakukan sebagai manusia”.
Prinsip ini sejalan dengan prinsip-prinsip dasar tentang perlakuan terhadap narapidana, yaitu sebagaimana disebutkan pada prinsip pertama, “ Setiap narpaidana
diperlakukan dengan cara menghargai martabat dan nilai yang melekat sebagai manusia” dan prinsip ke-5 “Kecuali untuk batasan-batasan yang dibutuhkan untuk
tindakan pengurungan, semua narapidana dipelihara hak asasi manusia dan kebebasan mendasar.
45
45
Nugroho, Warta Pemasyarakatan no. 24, Jakarta : Direktorat Jenderal Pemasyarakatan, Maret 2007 hlm. 20.
Rita Uli Situmeang: Fungsi Dan Peranan Lembaga Pemasyarakatan Dalam Pembinaan Narapidana Wanita Di Lembaga Pemasyarakatan Klas II A Tanjung Gusta Medan, 2008.
USU e-Repository © 2008
BAB III PELAKSANAAN SISTEM PEMBINAAN NARAPIDANA