Abd. Rahim : Pengaruh Karakteristik Individu, Faktor Psikologis Dan Organisasi Terhadap Pendokumentasian Asuhan Keperawatan Pada Instalasi Rawat Inap RSU Daerah Dr. Zainoel Abidin Propinsi Nanggroe Aceh
Darussalam, 2009 USU Repository © 2008
2.7. Landasan Teori
Menurut Hidayat 2001 dokumentasi keperawatan sangat penting bagi perawat dalam memberikan asuhan keperawatan. Dokumentasi ini penting karena
pelayanan keperawatan yang diberikan pada pasien membutuhkan catatan dan pelaporan yang dapat digunakan sebagai tanggung jawab dan tanggung gugat dari
berbagai kemungkinan masalah yang dialami pasien baik masalah kepuasan maupun ketidakpuasan terhadap pelayanan yang diberikan. Pendapat tersebut sejalan dengan
apa yang dikemukakan oleh Nursalam 2001 bahwa setiap intervensi keperawatan yang diberikan kepada pasien, harus dihindarkan terjadinya kesalahan-kesalahan
negligence dengan melakukan pendekatan proses keperawatan dan pendokumentasian yang akurat dan benar. Karena kesalahan sekecil apapun yang
dilakukan oleh seorang perawat professional akan berdampak terhadap citra keperawatan secara keseluruhan yang akan dipertanggungjawabkan kepada
konsumen. Peraturan Menteri Kesehatan R.I. Nomor 749a tahun 1989 tentang Rekam
Medis, merupakan landasan hukum yang mendasar bagi perawat untuk mendokumentasikan setiap asuhan keperawatan yang diberikan kepada pasien
di sarana pelayanan kesehatan atau rumah sakit. Ketentuan hukum yang lain sebagai aspek legal tentang pendokumentasian proses keperawatan adalah Keputusan Menteri
Kesehatan R.I. Kepmenkes R.I. Nomor 1239 tahun 2001 tentang Registrasi dan Praktik Keperawatan, pada Pasal 16 disebutkan bahwa dalam melaksanakan tugas
dan kewenangannya perawat berkewajiban: 1 menghormati hak pasien, 2 merujuk
Abd. Rahim : Pengaruh Karakteristik Individu, Faktor Psikologis Dan Organisasi Terhadap Pendokumentasian Asuhan Keperawatan Pada Instalasi Rawat Inap RSU Daerah Dr. Zainoel Abidin Propinsi Nanggroe Aceh
Darussalam, 2009 USU Repository © 2008
kasus yang tidak dapat ditangani, 3 menyimpan rahasia sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, 4 memberikan informasi, 5 meminta
persetujuan tindakan yang dilakukan, dan melakukan catatan perawatan dengan baik. Masih terkait dengan Kepmenkes R.I. Nomor 1239 Tahun 2001 dikatakan bahwa
kewenangan perawat yang berhubungan dengan ruang lingkup praktik berdasarkan pendekatan proses keperawatan adalah: 1 melaksanakan pengkajian keperawatan,
2 merumuskan diagnosa keperawatan, 3 menyusun rencana tindakan keperawatan, 4 melaksanakan tindakan keperawatan termasuk tindakan medik yang dapat
dilakukan perawat, 5 melaksanakan evaluasi terhadap tindakan, dan 6 mendokumentasikan hasil keperawatan. Menurut Keliat, et al. 1998, proses
keperawatan adalah pendekatan yang disepakati untuk meningkatkan mutu pelayanan keperawatan. Namun pada kenyataannya walaupun telah ada regulasi tentang praktik
keperawatan dan Rekam Medik, kebanyakan perawat merasakan bahwa dalam melaksanakan pendokumentasian proses keperawatan bukan suatu kewajiban profesi
melainkan sebagai suatu beban. Keadaan tersebut diperkuat dengan hasil evaluasi dokumentasi keperawatan pada beberapa rumah sakit umum ditemukan bahwa
kemampuan perawat menuliskan asuhan keperawatan dengan menggunakan proses keperawatan rata-rata kurang dari 60 yang memenuhi kriteria. Penelitian yang sama
juga menunjukkan bahwa hasil evaluasi dokumentasi keperawatan pada dua rumah sakit jiwa rata-rata kurang dari 40 yang memenuhi kriteria, sedangkan kriteria yang
diharapkan oleh Departemen Kesehatan R.I. 1995 adalah 80-100.
Abd. Rahim : Pengaruh Karakteristik Individu, Faktor Psikologis Dan Organisasi Terhadap Pendokumentasian Asuhan Keperawatan Pada Instalasi Rawat Inap RSU Daerah Dr. Zainoel Abidin Propinsi Nanggroe Aceh
Darussalam, 2009 USU Repository © 2008
Hasil penelitian Azhari 2005 tentang persepsi perawat terhadap dokumentasi asuhan keperawatan pada RSUD Dr. Zainoel Abidin menunjukkan bahwa persepsi
perawat terhadap dokumentasi asuhan keperawatan yang termasuk dalam kategori kurang adalah: sebagai alat komunikasi 53,33, sebagai alat pengumpul data
58,33, sebagai sarana penelitian 65, sebagai sarana audit keperawatan dan monitoring 83,33, sebagai aspek etik dan legal 55, dan sebagai kesinambungan
proses keperawatan 51,67. Studi pendahuluan dokumentasi asuhan keperawatan yang penulis lakukan tanggal 23–24 Agustus 2007 terhadap 42 orang pasien rawat
inap pada RSUD Dr. Zainoel Abidin yang pulang, dengan kriteria telah mendapat perawatan lebih dari tiga hari, rata-rata penerapan dokumentasi asuhan keperawatan
hanya 24,32. Berdasarkan hasil penelitian dan studi pendahuluan di atas menunjukkan bahwa pendokumentasian asuhan keperawatan di beberapa rumah sakit
umum dan rumah sakit jiwa, termasuk RSUD Dr. Zainoel Abidin masih belum sesuai dengan standar atau kriteria yang telah ditetapkan oleh Depkes R.I. 1995 sebesar
80-100. Sehingga perlu diketahui apakah ada pengaruh karakteristik individu, faktor psikologis dan faktor organisasi terhadap pendokumentasian asuhan
keperawatan pada instalasi rawat inap RSUD Dr. Zainoel Abidin. Menurut Mangkunegara 2005 faktor yang mempengaruhi pencapaian kinerja
adalah faktor kemampuan ability dan faktor motivasi motivation. Secara psikologis kemampuan terdiri atas kemampuan potensi inteligensi quotiont IQ dan
kemapuan reality knowledge and skill. Artinya, pimpinan dan karyawan yang memiliki IQ di atas rata-rata IQ 110–120 dengan pendidikan yang memadai untuk
Abd. Rahim : Pengaruh Karakteristik Individu, Faktor Psikologis Dan Organisasi Terhadap Pendokumentasian Asuhan Keperawatan Pada Instalasi Rawat Inap RSU Daerah Dr. Zainoel Abidin Propinsi Nanggroe Aceh
Darussalam, 2009 USU Repository © 2008
jabatannya dan terampil dalam mengerjakan pekerjaan sehari-hari, maka akan lebih mudah mencapai kinerja maksimal. Sedangkan motivasi diartikan suatu sikap
attitude pimpinan dan karyawan terhadap situasi kerja di lingkungan organisasinya. Mereka yang bersifat positif terhadap situasi kerjanya akan menunjukkan motivasi
kerja tinggi, dan sebaliknya jika mereka bersikap negatif terhadap situasi kerjanya akan menunjukkan motivasi kerja yang rendah. Situasi kerja yang dimaksud
mencakup hubungan kerja, fasilitas kerja, iklim kerja, kebijakan pimpinan, pola kepemimpinan kerja dan kondisi kerja.
Menurut Gibson, et al. 1997, secara teoretis ada tiga kelompok variabel yang mempengaruhi perilaku dan prestasi yaitu: 1 variabel individu terdiri atas sub
variabel kemampuan dan keterampilan, latar belakang dan demografis, 2 variabel psikologis terdiri atas subvariabel persepsi, sikap, kepribadian, belajar dan motivasi,
dan 3 variabel organisasi memiliki subvariabel sumber daya, kepemimpinan, imbalan, struktur organisasi, dan disain pekerjaan.
2.8. Kerangka Konsep