Pengaruh Karakteristik Individu, Faktor Psikologis Dan Organisasi Terhadap Pendokumentasian Asuhan Keperawatan Pada Instalasi Rawat Inap RSU Daerah Dr. Zainoel Abidin Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam

(1)

PENGARUH KARAKTERISTIK INDIVIDU, FAKTOR PSIKOLOGIS DAN ORGANISASI TERHADAP PENDOKUMENTASIAN ASUHAN

KEPERAWATAN PADA INSTALASI RAWAT INAP RSU DAERAH Dr. ZAINOEL ABIDIN PROVINSI NANGGROE

ACEH DARUSSALAM

T E S I S

Oleh

ABD. RAHIM

057012001/AKK

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2009

S

E K O L AH P

A S

C

A S A R JA NA


(2)

PENGARUH KARAKTERISTIK INDIVIDU, FAKTOR PSIKOLOGIS DAN ORGANISASI TERHADAP PENDOKUMENTASIAN ASUHAN

KEPERAWATAN PADA INSTALASI RAWAT INAP RSU DAERAH Dr. ZAINOEL ABIDIN PROVINSI NANGGROE

ACEH DARUSSALAM

T E S I S

Untuk Memperoleh Gelar Magister Kesehatan (M.Kes) dalam Program Studi Administrasi dan Kebijakan Kesehatan

Konsentrasi Administrasi dan Kebijakan Kesehatan pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara

Oleh

ABD. RAHIM

057012001/AKK

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2009


(3)

Judul Tesis : PENGARUH KARAKTERISTIK INDIVIDU, FAKTOR PSIKOLOGIS DAN ORGANISASI TERHADAP PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA INSTALASI RAWAT INAP RSU DAERAH Dr. ZAINOEL ABIDIN PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM

Nama Mahasiswa : Abd. Rahim Nomor Pokok : 057012001

Program Studi : Administrasi dan Kebijakan Kesehatan Konsentrasi : Administrasi dan Kebijakan Kesehatan

Menyetujui Komisi Pembimbing

(Prof.dr. Sutomo Kasiman, Sp.PD.,Sp.JP) (Drs. A. Ridwan Siregar, M.Lib)

Ketua Anggota

Ketua Program Studi Direktur

(Dr. Drs. Surya Utama, MS) (Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B., M.Sc)


(4)

Telah diuji

Pada tanggal: 6 Januari 2009

PANITIA PENGUJI TESIS:

Ketua : Prof.dr. Sutomo Kasiman, Sp.PD., Sp.JP Anggota : 1. Prof. Dr. Ritha F. Dalimunthe, MSi

2. Drs. A. Ridwan Siregar, M.Lib 3. Dr. Endang Sulistya Rini, SE., MSi


(5)

PERNYATAAN

PENGARUH KARAKTERISTIK INDIVIDU, FAKTOR PSIKOLOGIS DAN ORGANISASI TERHADAP PENDOKUMENTASIAN ASUHAN

KEPERAWATAN PADA INSTALASI RAWAT INAP RSU DAERAH Dr. ZAINOEL ABIDIN PROVINSI NANGGROE

ACEH DARUSSALAM

T E S I S

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Medan, 6 Januari 2009


(6)

ABSTRAK

Regulasi tentang rekam medis dan praktik keperawatan mengharuskan perawat mendokumentasikan setiap pelayanan asuhan keperawatan yang diberikan kepada pasien. Hasil studi pendahuluan tentang penerapan dokumentasi asuhan keperawatan di RSU Daerah Dr. Zainoel Abidin rata-rata 24,32%. Kondisi ini menunjukkan bahwa pendokumentasian asuhan keperawatan oleh perawat di Instalasi Rawat Inap RSU Daerah Dr. Zainoel Abidin masih belum sesuai dengan standar yang telah ditetapkan oleh Departemen Kesehatan R.I.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh karakteristik individu, faktor psikologis dan faktor organisasi terhadap pendokumentasian asuhan keperawatan di RSU Daerah Dr. Zainoel Abidin. Jenis penelitian yang digunakan adalah survei eksplanatori, dilaksanakan Juli-Oktober 2008. Penelitian ini menggunakan total populasi (perawat yang bertugas di Instalasi Rawat Inap) yang berjumlah 289 orang diambil sebagai sampel. Analisis data menggunakan uji statistik regresi linier berganda pada = 5%.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel karakteristik individu (masa kerja), variabel psikologis (motivasi dan persepsi terhadap pekerjaan), dan variabel organisasi (imbalan, kepemimpinan, dan disain pekerjaan) secara bersama memberi pengaruh terhadap pendokumentasian asuhan keperawatan sebesar 65,3%. Hasil analisis juga menunjukkan motivasi memberi pengaruh yang paling kuat dibandingkan dengan variabel lainnya.

Berdasarkan hasil penelitian ini disarankan agar manajemen RSU Daerah Dr. Zainoel Abidin dapat menetapkan kebijakan dan peraturan internal tentang pelaksanaan standard operating procedure (SOP) bagi perawat yang bertugas di Instalasi Rawat Inap guna mendukung sistem pendokumetasian yang lebih baik. Terkait dengan kebijakan pengorganisasian agar memperhatikan aspek imbalan terutama sistem remunerasi sebaiknya ditetapkan berdasarkan beban kerja. Disarankan juga untuk meningkatkan sistem manajemen kepemimpinan keperawatan khususnya peran evaluasi dan monitoring perlu dilaksanakan secara berkala dan berkesinambungan sehingga setiap kekurangan dalam melakukan pendokumentasian dapat segera diperbaiki.


(7)

ABSTRACT

The regulation on medical record and nursing ruled out that nurses have to file all the treatment documentation which they deliver to the patient. The result of a preliminary study on applying the documentation of nursing care in the in-patient department of Provincial General Hospital (RSUD) Dr. Zainoel Abidin was noted 24.32%. This condition indicates that the nursing care documentation by nurses in the in-patient of RSUD Dr. Zainoel Abidin is not appropriate as the standard which was set by the Department of Health Republic of Indonesia.

The objective of this study is to find out the influences of individual characteristics, psychological factors, and organizational factors on the nursing care with documentation at RSUD Dr. Zainoel Abidin. This study is an explanatory survey, conducted from July to October 2008. This study recruited as total population technique, (nurse who are on duty at in-patient department) of 289 nures as the sample. The data was analyze by multiple regression test with = 5%.

The result of the study showed that individual characteristics (work experience), organization (reward, leadership and work design) and psychologic variables (motivation and job perception) influencing on the documentation of the nursing care by 65.3%. The it also showed that motivation is the most dominant compared with the other variables.

Based on the result of this study, it is suggested that the management of the RSUD Dr. Zainoel Abidin should make an internal policy and rules on the implementation of Standard Operating Procedure (SOP) for the nurses who work in the in-patient department to support a better documentation system. Related to the organizational policy, the management should pay attention to the reward aspect, especially the system of remuneration must be made based on the work load. It is also suggested to improve the managerial system of nursing ie leadership especially the role of evaluation and monitoring which is necessary done periodically and continuously so that every single weakness in the document can be improved.

Key words: Individual Characteristics, Psychological Factors, Organization, Documentation.


(8)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkah dan rahmat yang diberikan-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini sampai dengan selesai. Tesis ini disusun sebagai salah satu persyaratan untuk menyelesaikan Program Studi Administrasi dan Kebijakan Kesehatan di Program Studi Administrasi dan Kebijakan Kesehatan Sekolah Pascasarjana USU Medan.

Selesainya tesis ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini perkenankan penulis menyampaikan rasa terima kasih dan penghargaan yang tak terhingga kepada:

1. Ibu Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B., MSc sebagai Direktur Sekolah Pascasarjana USU yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengikuti pendidikan di Sekolah Pascasarjana USU Medan.

2. Bapak Dr. Drs. Surya Utama, MS sebagai Ketua Program Studi Administrasi dan Kebijakan Kesehatan yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengikuti pendidikan di Sekolah Pascasarjana USU Medan.

3. Ibu Prof. Dr. Ida Yustina, MSi, sebagai Sekretaris Program Studi Administrasi dan Kebijakan Kesehatan yang telah banyak memberikan bimbingan kepada penulis dalam menyelesaikan pendidikan di Sekolah Pascasarjana USU Medan.


(9)

4. Bapak Dr. Taufik Mahdi, Sp.OG selaku Direktur Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Zainoel Abidin Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam yang telah memberikan

kesempatan dan dukungan kepada penulis untuk mengikuti dan menyelesaikan

pendidikan di Sekolah Pascasarjana USU Medan.

5. Bapak Prof. dr. Sutomo Kasiman, Sp.PD,Sp.JP sebagai Ketua Komisi Pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu, tenaga dan pikiran dalam memberikan bimbingan, arahan serta dukungan kepada penulis dalam penyelesaian tesis ini.

6. Bapak Drs. A. Ridwan Siregar, M.Lib sebagai Anggota Komisi Pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu, tenaga dan pikiran dalam memberikan bimbingan, arahan serta dukungan kepada penulis guna penyelesaian tesis ini. 7. Ibu Prof. Dr. Ritha F. Dalimunthe, MSi dan Ibu Dr. Endang Sulistya Rini, SE.,

MSi sebagai Anggota Penguji yang telah banyak memberikan masukan, kritik maupun saran kepada penulis untuk kesempurnaan tesis ini.

8. Seluruh dosen dan staf pada Program Studi Administrasi dan Kebijakan Kesehatan Sekolah Pascasarjana USU Medan yang telah memberikan arahan, bantuan dan dukungan kepada penulis dalam penyelesaian tesis ini.

9. Seluruh teman-teman mahasiswa Program Studi Administrasi dan Kebijakan Kesehatan Sekolah Pascasarjana USU Medan, yang telah memberikan dukungan

serta doa, sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini.

10.Teristimewa, rasa hormat dan terima kasih kepada Ayahanda (almarhum) dan Ibunda tercinta yang telah membesarkan dan mendidik penulis, sehingga penulis


(10)

dapat melanjutkan pendidikan pada Program Studi Administrasi dan Kebijakan Kesehatan Sekolah Pascasarjana USU Medan.

11.Terima kasih yang sebesar-besarnya kepada istriku dan anak-anakku tercinta yang telah memberikan dukungan serta do’a yang tak henti-hentinya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini.

Penulis menyadari bahwa tesis ini masih banyak kekurangan, untuk itu bila ada saran maupun kritik yang sifatnya membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan tesis ini. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih, semoga tesis ini bermanfaat bagi manajemen rumah sakit dalam rangka meningkatkan kinerja tenaga keperawatan dan pengembangan ilmu pengetahuan dalam pemecahan masalah praktik keperawatan khususnya tentang dokumentasi asuhan keperawatan.

Medan, 6 Januari 2009 Penulis


(11)

RIWAYAT HIDUP

Abd. Rahim dilahirkan di Kampung Baru pada tanggal 7 Desember 1955, anak kedua dari tiga bersaudara dari pasangan Ayahanda Aloezi Tukuk (Almarhum) dan Ibunda Hj. Djuminem. Menikah dengan Ns. Maharnis, S.Kep pada tanggal 3 Nopember 1988 dan telah dikaruniai dua orang putra yaitu Yugi Diancita Armis, dan Yanang Prastikniya Armis, sekarang menetap di Jl. Tgk. H. Daud Beureueh 17 Kelurahan Laksana Kota Banda Aceh.

Memulai pendidikan di SD Rampah Estate Deli Serdang lulus tahun 1968, melanjutkan pendidikan di SMP Bakti Sei Rampah lulus tahun 1971. Kemudian melanjutkan pendidikan Sekolah Pengatur Rawat A (SPRA) di Pematang Siantar lulus tahun 1976. Tahun 1986 melanjutkan pendidikan di Sekolah Guru Perawat (SGP) Cilandak Jakarta lulus tahun 1987. Tahun 1989 melanjutkan pendidikan di Akademi Keperawatan Pajajaran Bandung lulus tahun 1991. Kemudianmelanjutkan

pendidikan di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Muhammadiyah Aceh lulus tahun 2004.

Pernah bekerja di PT. Socfin Indonesia tahun 1976-1979, di PT. Indonesia Asahan Aluminium tahun 1979-1981, dan bekerja di PNP VII Gunung Meliau Kabupaten Sanggau Kalimantan Barat tahun 1981-1982. Kemudian bekerja di RSU Daerah Dr. Zainoel Abidin Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam tahun 1982 sampai sekarang.


(12)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

RIWAYAT HIDUP ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... . xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Permasalahan Penelitian... 7

1.3. Tujuan Penelitian ... 7

1.4. Hipotesis ... 7

1.5. Manfaat Penelitian ... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 9

2.1. Dokumentasi Asuhan Keperawatan ... 9

2.2. Konsep Keperawatan ... 14

2.3. Konsep Kinerja ... 22

2.3.1. Pengertian Kinerja ... 22

2.3.2. Penilaian Kinerja ... 23

2.3.3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja ... 24

2.4. Karakteristik Individu ... 25

2.5. Karakteristik Psikologis ... 29

2.6. Karakteristik Organisasi ... 32

2.7. Landasan Teori ... 36

2.8. Kerangka Konsep ... 39

BAB III METODE PENELITIAN ... 41

3.1. Jenis Penelitian ... 41

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 41

3.3. Populasi dan Sampel ... 42

3.4. Metode Pengumpulan Data ... 42

3.5. Variabel dan Definisi Operasional ... 45

3.6. Metode Pengukuran ... 47


(13)

BAB IV HASIL PENELITIAN ... 52

4.1. Gambaran Lokasi Penelitian ... 52

4.2. Analisis Univariat ... 56

4.3. Analisis Multivariat ... 64

BAB V PEMBAHASAN ... 67

5.1. Pendokumentasian ... 67

5.2. Pengaruh Karakteristik Individu, Faktor Psikologis dan Organisasi terhadap Pendokumentasian... 73

5.3. Keterbatasan Penelitian... 85

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ... 86

6.1. Kesimpulan ... 86

6.2. Saran ... 87


(14)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

3.1. Hasil Uji Validitas & Reliabilitas Kuesioner Faktor Organisasi ... 44

3.2. Hasil Uji Validitas & Reliabilitas Kuesioner Faktor Psikologis... 44

3.3. Variabel, Definisi Operasional dan Metode Pengukuran Karakteristik Individu ... 48

3.4. Variabel, Definisi Operasional dan Metode Pengukuran Faktor Organisasi ... 49

3.5. Variabel, Definisi Operasional dan Metode Pengukuran Faktor Psikologis ... ... 49

3.6. Variabel, Definisi Operasional dan Metode Pengukuran Dokumentasi Asuhan Keperawatan ... ... 50

4.1. Pencapaian Kinerja RSUD Dr. Zainoel Abidin Tahun 2006 dan 2007 ... 53

4.2. Jenis Pelayanan Rawat Jalan pada RSUD Dr. Zainoel Abidin Tahun 2007.... 54

4.3. Kategori dan Jumlah Tenaga pada RSUD Dr. Zainoel Abidin Juli Tahun 2008 ... 55

4.4. Jumlah Responden Penelitian pada Instalasi Rawat Inap RSUD Dr. Zainoel Abidin Tahun 2008... 55

4.5. Distribusi Responden Berdasarkan Karakteristik Individu ... 57

4.6. Distribusi Faktor Organisasi dan Faktor Psikologis ... 58

4.7. Distribusi Frekuensi Pendokumentasian ... ... 59

4.8. Distribusi Frekuensi Keseluruhan Pendokumentasian... 60


(15)

4.10.Hasil Tabulasi Silang Faktor Organisasi terhadap Pendokumentasian... 63 4.11. Hasil Tabulasi Silang Faktor Psikologis terhadap Pendokumentasian... 64 4.12. Hasil Regresi Karakteristik Individu, Faktor Psikologis dan


(16)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman 2.1. Diagram Skematis Variabel yang Mempengaruhi Perilaku

dan Kinerja Menurut James L. Gibson, et al.,(1997) ... 24 2.2. Kerangka Konsep Penelitian ... ... 40


(17)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

1. Surat Izin Penelitian ... 94

2. Surat Keterangan Selesai Penelitian... 96

3. Kuesioner Penelitian ... 97

4. Hasil Pengolahan Data Distribusi Frekuensi ... 103

5. Hasil Uji Tabulasi Silang... ... 106


(18)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Terjadinya perubahan sistem pelayanan kesehatan di Indonesia berpengaruh terhadap dokumentasi keperawatan dalam praktik keperawatan profesional. Semua catatan informasi tentang pasien merupakan dokumentasi resmi dan memiliki nilai hukum. Bila terjadi suatu masalah yang berhubungan dengan profesi keperawatan, perawat sebagai pemberi jasa dan pasien sebagai konsumen, maka dokumentasi menjadi sangat penting sebagai bukti otentik bila sewaktu-waktu diperlukan.

Tersedianya dokumentasi yang memuat semua catatan hasil pemeriksaan, tindakan maupun pengobatan yang diberikan kepada pasien merupakan unsur yang penting terkait dengan mutu pelayanan di rumah sakit selain tenaga kesehatan dan fasilitas yang tersedia.

Peraturan Menteri Kesehatan R.I. Nomor 749a Tahun 1989 tentang Rekam Medis (Medical Records) menyebutkan bahwa rekam medis adalah berkas yang berisikan catatan, dan dokumen tentang identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan pelayanan lain kepada pasien pada sarana pelayanan kesehatan. Lebih lanjut dalam Pasal 2 disebutkan bahwa setiap sarana pelayanan kesehatan yang melakukan pelayanan rawat jalan maupun rawat inap wajib membuat rekam medis. Pembuatan rekam medis sebagaimana disebutkan pada Pasal 3 dibuat oleh dokter dan atau tenaga kesehatan lainnya yang memberi pelayanan langsung kepada pasien.


(19)

Mengacu pada Peraturan Menteri Kesehatan R.I. Nomor 749a Tahun 1989 di atas maka tenaga keperawatan berkewajiban mendokumentasikan setiap asuhan keperawatan yang diberikan kepada pasien di sarana pelayanan yang menyelenggarakan upaya kesehatan. Dengan demikian dokumentasi asuhan keperawatan adalah sesuatu yang mutlak harus ada di setiap sarana pelayanan kesehatan termasuk rumah sakit.

Kenyataannya walaupun telah ada regulasi tentang praktik keperawatan dan Rekam Medik, kebanyakan perawat merasakan bahwa dalam melaksanakan pendokumentasian proses keperawatan bukanlah menjadi suatu kewajiban profesi melainkan sebagai suatu beban (Keliat, et al., 1998). Pernyataan tersebut didukung dengan hasil evaluasi dokumentasi keperawatan pada beberapa rumah sakit umum yang menunjukkan bahwa kemampuan perawat mendokumentasikan asuhan keperawatan rata-rata kurang dari 60 %, sedangkan hasil evaluasi dokumentasi keperawatan pada dua rumah sakit jiwa rata-rata kurang dari 40 % yang memenuhi kriteria (Keliat, et al., 1998).

Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Dr. Zainoel Abidin adalah rumah sakit milik Pemerintah Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam yang mempunyai tugas pokok memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat juga memiliki kewajiban untuk membuat rekam medis dan dokumentasi asuhan keperawatan sesuai Peraturan Menteri Kesehatan R.I. Nomor 749a Tahun 1989.

Sesuai Keputusan Menteri Kesehatan R.I. Nomor YM.00.03.2.2.1953 tanggal 23 Mei 2000 RSUD Dr. Zainoel Abidin dinyatakan lulus akreditasi 5 jenis pelayanan


(20)

tingkat dasar yaitu: pelayanan administrasi dan manajemen, pelayanan medik, pelayanan gawat darurat, pelayanan keperawatan, dan pelayanan rekam medis. Tahun 2004 RSUD Dr. Zainoel Abidin juga telah ditetapkan lulus akreditasi 12 jenis pelayanan yang meliputi 5 jenis pelayanan tingkat dasar ditambah 7 jenis pelayanan yaitu: pelayanan kamar operasi, pelayanan laboratorium, pelayanan radiologi, pelayanan farmasi, pelayanan keselamatan kerja, kebakaran dan kewaspadaan bencana (K3), pelayanan pengendalian infeksi nosokomial, dan pelayanan perinatal resiko tinggi.

Kendati telah lulus akreditasi 12 jenis pelayanan namun dalam implementasinya dokumentasi asuhan keperawatan dirasakan masih belum sesuai standar yang diharapkan. Kondisi ini diakui oleh Kepala Bidang Keperawatan RSUD Dr. Zainoel Abidin pada saat wawancara dengan penulis tanggal 5 Maret 2007 yang menyebutkan bahwa pendokumentasian asuhan keperawatan belum dilaksanakan secara komprehensif khususnya pada ruang rawat inap yang seharusnya memiliki dokumentasi keperawatan sejak pasien masuk hingga pulang.

Studi pendahuluan dokumentasi asuhan keperawatan yang penulis laksanakan di RSUD Dr. Zainoel Abidin pada tanggal 23–24 Agustus 2007 dengan mengambil sampel 42 orang pasien rawat inap yang pulang pada tanggal tersebut di atas dengan kriteria telah dirawat lebih dari tiga hari. Studi pendahuluan menggunakan instrumen A tentang studi dokumentasi penerapan standar asuhan keperawatan yang diterbitkan oleh Direktur Jenderal Pelayanan Medik Departemen Kesehatan R.I. tahun 1995.


(21)

Hasil yang diperoleh rata-rata penerapan dokumentasi asuhan keperawatan adalah 24,32%, sedangkan standar yang ditetapkan Departemen Kesehatan R.I. 80%-100%.

Hasil penelitian Azhari (2005) tentang persepsi perawat terhadap dokumentasi asuhan keperawatan di RSUD Dr. Zainoel Abidin menunjukkan bahwa: persepsi perawat terhadap dokumentasi asuhan keperawatan sebagai alat komunikasi perawat (53,33%) kategori kurang, sebagai alat pengumpulan data (58,33%) kategori kurang, sebagai sarana audit keperawatan dan monitoring (83,33%) kategori kurang, sebagai aspek etik dan legal (55%) kategori kurang, dan persepsi perawat terhadap dokumentasi asuhan keperawatan bermanfaat bagi kesinambungan proses keperawatan (51,67%) kategori kurang. Hasil penelitian tersebut menggambarkan bahwa perawat yang bertugas di instalasi rawat inap RSUD Dr. Zainoel Abidin memiliki persepsi yang kurang baik terhadap pentingnya dokumentasi asuhan keperawatan dalam setiap tindakannya. Seharusnya perawat memahami bahwa dokumentasi asuhan keperawatan merupakan bentuk pertanggungjawaban profesi pada aspek etik dan hukum yang dapat digunakan sebagai bukti yang legal bila sewaktu-waktu ada gugatan dari pasien terkait dengan pelayanan keperawatan.

Berdasarkan hasil studi pendahuluan penulis dan hasil penelitian Azhari (2005) di atas dapat diduga bahwa pendokumentasian asuhan keperawatan di instalasi rawat inap RSUD Dr. Zainoel Abidin masih belum sesuai dengan standar yang diharapkan, sehingga perlu diketahui apakah karakteristik individu, faktor psikologis dan faktor organisasi berpengaruh terhadap pendokumentasian asuhan keperawatan di Instalasi Rawat Inap RSUD Dr. Zainoel Abidin.


(22)

Dharma (2005) menyebutkan bahwa faktor karakteristik individu yang mempengaruhi kinerja meliputi: umur, jenis kelamin, pendidikan, lama kerja, dan penempatan kerja. Makmuri (2004) menyebutkan salah satu faktor manusia berperilaku baik ataupun buruk ditentukan oleh karakteristik biografik berupa: umur, jenis kelamin, status perkawinan, jumlah anggota dalam keluarga, pendapatan dan senioritas.

Berdasarkan data skunder yang penulis peroleh dari Sub Bag Kepegawaian RSUD Dr. Zainoel Abidin pada bulan Januari 2008 perawat pelaksana di instalasi rawat inap sebagian besar (93,01%) memiliki tingkat pendidikan S1 keperawatan dan D.III keperawatan, sisanya (6,99%) pendidikan SPK dan Bidan. Masa kerja ≤ 5 tahun (61,83%), > 5 tahun (39,17%). Status perkawinan (21,51%) belum menikah, (76,88%) telah menikah dan (1,61%) janda/duda. Walau sebagian besar perawat pelaksana memiliki kategori pendidikan tinggi, dan sebagian besar telah menikah, kenyataannya pendokumentasian asuhan keperawatan masih belum mencapai standar yang diharapkan. Seharusnya menurut Simanjuntak (1985) semakin tinggi pendidikan seseorang akan semakin tinggi produktivitas kerjanya. Siagian (1995) menyebutkan status perkawinan berpengaruh terhadap perilaku seseorang dalam kehidupan organisasi, baik secara positif maupun negatif. Artinya status perkawinan pada situasi tertentu dapat mempengaruhi individu untuk meningkatkan kinerjanya, namun sebaliknya juga dapat berpengaruh terhadap penurunan kinerja. Karakteristik psikologis yang mempengaruhi perilaku atau kinerja individu antara lain motivasi, persepsi terhadap pekerjaan, sikap, kepribadian, dan belajar (Ilyas, 1999). Hal ini


(23)

selaras dengan hasil penelitian Haslinda (Ilyas, 1999) yang meneliti faktor-faktor yang berhubungan dengan prestasi kerja bidan desa di Kabupaten Subang Jawa Barat menunjukkan adanya hubungan variabel psikologis dengan prestasi kerja bidan desa. Sehingga penulis ingin mengetahui apakah faktor psikologis seperti motivasi dan persepsi perawat pelaksana terhadap pekerjaannya di instalasi rawat inap RSUD Dr. Zainoel Abidin berpengaruh terhadap pendokumentasian asuhan keperawatan.

Menurut data dari Sub Bagian Kepegawaian rekapitulasi absensi perawat pelaksana di RSUD Dr. Zainoel Abidin tahun 2007 terlihat bahwa tingkat kehadiran dan pulang tepat waktu masih sangat rendah yaitu: kehadiran tepat waktu hanya 38%, dan pulang tepat waktu hanya 31%. Sementara pihak manajemen mengharapkan tingkat kehadiran dan pulang tepat waktu ≥ 80 %. Keadaan ini menunjukkan bahwa motivasi perawat pelaksana untuk datang dan pulang tepat waktu masih sangat rendah, sehingga berdampak terhadap pemotongan Tunjangan Prestasi Kerja (TPK) mereka.

Kebijakan tersebut mendapat protes dari perawat yang merasa dirugikan, di mana pada bulan September 2007 sedikitnya 30 perawat bagian bedah RSUD Dr. Zainoel Abidin melakukan aksi mogok, menuntut manajemen rumah sakit segera mengembalikan TPK yang telah dipotong beberapa waktu yang lalu. Dampak dari aksi tersebut rencana operasi terhadap 17 pasien tertunda (Harian Serambi Indonesia, 14 Agustus 2007). Menurut Gibson, et al., (1997) karakteristik organisasi yang mempengaruhi kinerja individu terdiri atas sumber daya, kepemimpinan, imbalan, struktur organisasi, dan disain pekerjaan. Oleh karena itu sudah selayaknya pimpinan


(24)

sebuah organisasi harus memahami bahwa pentingnya pengelolaan karakteristik organisasi dalam rangka meningkatkan kinerja individu, dan kelompok yang pada akhirnya berdampak terhadap peningkatan kinerja organisasi.

1.2. Permasalahan Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas maka yang menjadi permasalahan yang akan dijawab dalam penelitian ini adalah, apakah karakteristik individu (status perkawinan, masa kerja, tingkat pendidikan), faktor psikologis (motivasi, persepsi terhadap pekerjaan), dan organisasi (imbalan, kepemimpinan, disain pekerjaan) berpengaruh terhadap pendokumentasian asuhan keperawatan di Instalasi Rawat Inap RSUD Dr. Zainoel Abidin.

1.3. Tujuan Penelitian

Menganalisis pengaruh karakteristik individu (status perkawinan, masa kerja, tingkat pendidikan), faktor psikologis (motivasi, persepsi terhadap pekerjaan), dan organisasi (imbalan, kepemimpinan, disain pekerjaan) terhadap pendokumentasian asuhan keperawatan pada Instalasi Rawat Inap RSUD Dr. Zainoel Abidin.

1.4. Hipotesis

Ada pengaruh karakteristik individu (status perkawinan, masa kerja, tingkat pendidikan), faktor psikologis (motivasi, persepsi terhadap pekerjaan), dan organisasi


(25)

(imbalan, kepemimpinan, disain pekerjaan) terhadap pendokumentasian asuhan keperawatan pada Instalasi Rawat Inap RSUD Dr. Zainoel Abidin.

1.5. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini dapat digunakan oleh pihak manajemen sebagai dasar untuk menetapkan kebijakan tentang sistem pendokumentasian asuhan keperawatan yang baku dalam rangka mempertahankan dan meningkatkan mutu pelayanan keperawatan pada Instalasi Rawat Inap RSUD Dr. Zainoel Abidin. Hasil Penelitian ini juga bisa digunakan sebagai salah satu dasar pertimbangan pihak manajemen RSUD Dr. Zainoel Abidin untuk menyusun unit cost pelayanan keperawatan dan menetapkan remunerasi jasa pelayanan bagi tenaga keperawatan.

Selain itu dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan oleh Komite Keperawatan untuk pembinaan dan pengembangan profesionalisme keperawatan. Disisi lain, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan informasi bagi peneliti lain yang berminat untuk mengembangkan penelitian ini lebih lanjut.


(26)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Dokumentasi Asuhan Keperawatan

2.1.1. Pengertian Dokumentasi Asuhan Keperawatan

Dokumentasi secara umum merupakan suatu catatan otentik atau semua warkat asli yang dapat dibuktikan atau dijadikan bukti dalam persoalan hukum (Hidayat, 2001). Sedangkan dokumentasi asuhan keperawatan merupakan bukti pencatatan dan pelaporan yang dimiliki perawat dalam melakukan catatan keperawatan yang berguna untuk kepentingan pasien, perawat dan tim kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan dengan dasar komunikasi yang akurat dan lengkap secara tertulis dengan tanggung jawab perawat (Hidayat, 2001).

2.1.2. Manfaat Dokumentasi Asuhan Keperawatan

Hidayat (2001) mengatakan bahwa, dokumentasi asuhan keperawatan merupakan tuntutan profesi yang harus dapat dipertanggungjawabkan, baik dari aspek etik maupun aspek hukum. Artinya dokumentasi asuhan keperawatan yang dapat dipertanggungjawabkan dari kedua aspek ini berkaitan erat dengan aspek manajerial, yang disatu sisi melindungi pasien sebagai penerima pelayanan (konsumen) dan disisi lain melindungi perawat sebagai pemberi jasa pelayanan dan asuhan keperawatan.


(27)

Hakekat dokumentasi asuhan keperawatan adalah terciptanya kegiatan-kegiatan keperawatan yang menjamin tumbuhnya pandangan, sikap, cara berpikir dan bertindak profesional pada setiap perawat. Pendekatan yang sistematis dan logis dengan landasan ilmiah yang benar, serta melalui dokumentasi proses keperawatan, semua kegiatan dalam proses keperawatan dapat ditampilkan kembali sehingga dapat diteliti ulang untuk dikembangkan atau diperbaiki (Nursalam, 2001).

Melalui dokumentasi asuhan keperawatan ini pula diharapkan para perawat dan tim pelayanan kesehatan dapat saling berkomunikasi dan berkonsultasi untuk pengembangan pelayanan kesehatan yang diberikan, keperluan pendidikan serta digunakan sebagai dokumen legal bila diperlukan dalam proses peradilan. Selain itu dokumentasi asuhan keperawatan juga merupakan salah satu bentuk upaya membina dan mempertahankan akuntabilitas perawat dan pelayanan keperawatan. Kualitas asuhan keperawatan bergantung pada akuntabilitas dari individu perawat dalam hal menggunakan proses keperawatan pada pelaksanaan asuhan keperawatan, serta pengaruhnya pada pasien secara individual dari hasil asuhan yang diberikan. Proses keperawatan sebagai metode saintifik memerlukan tindakan nyata dan dokumentasi (Depkes R.I., 1995).

Kegiatan Dokumentasi asuhan keperawatan mencakup pencatatan dan pelaporan, terutama yang berkaitan dengan pelaksanaan asuhan keperawatan profesional dan merupakan suatu hal yang mutlak harus ada dan dilaksanakan pada setiap tahapan proses keperawatan, mulai dari pengkajian (pengumpulan dan analisis data), diagnosa keperawatan, menyusun rencana tindakan keperawatan,


(28)

melaksanakan tindakan keperawatan, dan mengadakan evaluasi hasil tindakan keperawatan (Depkes R.I., 1995). Perawat perlu memahami berbagai konsep untuk

model dokumentasi keperawatan, menurut pendapat Hidayat (2001) yang mengutip pendapat Fischbach, terdapat tiga komponen model dokumentasi yang saling berhubungan, saling ketergantungan, dan dinamis, yaitu: komunikasi, proses keperawatan, dan standar dokumentasi. Tiap-tiap komponen memiliki keterampilan

tertentu yang dapat dipelajari dan digunakan oleh perawat.

Keterampilan komunikasi secara tertulis adalah keterampilan perawat dalam mencatat dengan jelas, mudah dimengerti, dan berisi informasi akurat yang secara tepat dapat diinterpretasikan oleh orang lain. Keterampilan dokumentasi proses keperawatan adalah keterampilan perawat dalam melakukan pencatatan proses keperawatan seperti keterampilan mendokumentasikan pengkajian pasien, keterampilan mengidentifikasi masalah dan kebutuhan untuk keperawatan, keterampilan mendokumentasikan rencana keperawatan, keterampilan mendokumentasikan implementasi keperawatan, keterampilan mendokumentasikan

evaluasi respon pasien terhadap keperawatan, dan keterampilan mengkomunikasikan

hasil kajian pasien kepada perawat atau anggota tim kesehatan lainnya.

Keterampilan standar dokumentasi merupakan keterampilan untuk dapat memenuhi dan melaksanakan standar dokumentasi yang telah ditetapkan dengan tepat. Keterampilan tersebut antara lain keterampilan dalam memenuhi standar dokumentasi pengkajian, diagnosa, rencana tindakan, implementasi, dan evaluasi keperawatan.


(29)

Dokumentasi keperawatan menurut Nursalam (2001) mempunyai makna yang penting bila dilihat dari berbagai aspek:

1. Aspek Hukum

Semua catatan informasi tentang pasien merupakan dokumentasi resmi dan bernilai hukum. Bila terjadi suatu masalah (misconduct) yang berhubungan dengan profesi keperawatan di mana perawat sebagai pemberi jasa dan pasien sebagai pengguna jasa, maka dokumentasi diperlukan setiap saat. Dokumentasi tersebut dapat dipergunakan sebagai barang bukti di pengadilan. Oleh karena itu data-data harus diidentifikasi secara lengkap, jelas, obyektif dan ditandatangani oleh perawat serta tanggal.

2. Aspek Jaminan Mutu

Pencatatan data pasien yang lengkap dan akurat, akan memberikan kemudahan bagi perawat dalam membantu menyelesaikan masalah pasien. Hal ini tentunya akan membantu meningkatkan mutu pelayanan keperawatan.

3. Aspek Komunikasi

Dokumentasi keadaan pasien merupakan alat perekam terhadap masalah yang berkaitan dengan pasien. Perawat atau tenaga kesehatan lain akan bisa melihat catatan yang ada sebagai alat komunikasi yang dijadikan pedoman dalam memberikan asuhan keperawatan.


(30)

4. Aspek Keuangan

Semua tindakan keperawatan yang belum, sedang dan telah diberikan dicatat dengan lengkap sehingga dapat dipergunakan sebagai acuan atau pertimbangan dalam menentukan biaya keperawatan pasien.

5. Aspek Pendidikan

Dokumentasi keperawatan mempunyai nilai pendidikan, karena isinya menyangkut kronologis dari kegiatan asuhan keperawatan yang dapat dipergunakan sebagai bahan referensi pembelajaran bagi mahasiswa/siswa atau profesi keperawatan.

6. Aspek Penelitian

Dokumentasi keperawatan mempunyai nilai penelitian. Data yang terdapat di dalamnya mengandung informasi yang dapat dijadikan sebagai bahan atau obyek riset dan pengembangan profesi keperawatan.

7. Aspek Akreditasi

Melalui dokumentasi keperawatan akan dapat dilihat sejauhmana peran dan fungsi perawat dalam memberikan asuhan keperawatan kepada pasien. Dengan demikian akan dapat diambil kesimpulan tingkat keberhasilan pemberian asuhan keperawatan yang diberikan, guna pembinaan dan pengembangan lebih lanjut. Hal ini selain bermanfaat bagi peningkatan mutu, juga bagi individu perawat dalam mencapai tingkat kepangkatan yang lebih tinggi.


(31)

2.2. Konsep Keperawatan

Ilmu keperawatan adalah suatu ilmu yang mempelajari pemenuhan kebutuhan dasar manusia mulai dari biologis, psikologis, sosial dan spiritual. Pemenuhan kebutuhan dasar tersebut diterapkan dalam pemberian asuhan keperawatan dalam praktik keperawatan profesional. Untuk tercapainya suatu asuhan keperawatan profesional diperlukan suatu pendekatan, yang disebut Proses Keperawatan dan Dokumentasi keperawatan sebagai data tertulis yang menjelaskan tentang penyampaian informasi (komunikasi), penerapan sesuai standar praktik, dan pelaksanaan proses keperawatan (Nursalam, 2001).

Proses keperawatan adalah aktivitas ilmiah yang dilakukan secara sistematis melalui lima tahap, yaitu: pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi (Kozier, 1995). Menurut Nursalam (2001) proses keperawatan adalah suatu metode di mana suatu konsep diterapkan dalam praktik keperawatan. Hal ini bisa disebut sebagai suatu pendekatan problem solving yang memerlukan ilmu, teknik, dan keterampilan interpersonal dan ditujukan untuk memenuhi kebutuhan pasien atau keluarga. Lebih lanjut Nursalam (2001) dengan mengutip pendapat Iyer, et al., (1996) mengatakan bahwa proses keperawatan terdiri dari lima tahap yang sequensial dan berhubungan, yaitu: pengkajian, diagnosa, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. Tahapan tersebut berintegrasi terhadap fungsi intelektual problem solving dalam mendefinisikan suatu tindakan keperawatan.

Clark (1992) mendefinisikan proses keperawatan sebagai suatu metode atau proses berpikir yang terorganisir untuk membuat suatu keputusan klinis dan


(32)

pemecahan masalah. Pendapat lain yang dikemukakan oleh Nursalam (2001) yang mengutip pendapat Yura dan Walsh, proses keperawatan adalah tindakan berurutan, dilakukan secara sistematis untuk menentukan masalah pasien, membuat perencanaan untuk mengatasinya, melaksanakan rencana tersebut atau menugaskan orang lain untuk melaksanakannya dan mengevaluasi keberhasilan secara efektif terhadap masalah yang diatasi.

Tahapan proses keperawatan secara berurutan dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Pengkajian

Pengkajian adalah pemikiran dasar dari proses keperawatan yang bertujuan untuk mengumpulkan informasi atau data tentang respon pasien agar dapat mengidentifikasi dan mengenali masalah atau kebutuhan kesehatan dan keperawatan pasien. Area yang termasuk respon pasien antara lain kegiatan sehari-hari, emosional, sosio-ekonomi, kultural dan spiritual (Nursalam, 2001). Menurut Kozier, et al, (1995), proses pengkajian terdiri atas empat kegiatan, yaitu: pengumpulan data, organisasi data, validasi data dan pencatatan data.

2. Diagnosa keperawatan

Menurut Carpenito (Nursalam, 2001) diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan yang menjelaskan respon manusia (status kesehatan atau resiko perubahan pola) dari individu atau kelompok di mana perawat secara akuntabilitas dapat mengidentifikasi dan memberikan intervensi secara pasti untuk menjaga status kesehatan, menurunkan, membatasi, mencegah, dan merubah. Selanjutnya


(33)

The North American Nursing Diagnosis Association (NANDA) dikutip Nursalam (2001) diagnosa keperawatan adalah keputusan klinik tentang respon individu, keluarga dan masyarakat tentang masalah kesehatan aktual atau potensial, sebagai dasar seleksi intervensi keperawatan untuk mencapai tujuan asuhan keperawatan sesuai dengan kewenangan perawat. Semua diagnosa keperawatan harus didukung oleh data di mana menurut NANDA diartikan sebagai definisi karekteristik. Definisi karakteristik tersebut dinamakan tanda dan gejala, tanda adalah sesuatu yang dapat diobservasi dan gejala adalah sesuatu yang dirasakan oleh pasien (Nursalam, 2001). Setelah perawat mengelompokkan, mengidentifikasi, dan memvalidasi data-data yang signifikan, maka tugas perawat pada tahap ini adalah merumuskan suatu diagnosa keperawatan. Diagnosa keperawatan menurut Carpenito (Nursalam, 2001) dapat dibedakan menjadi 5 kategori yaitu; aktual, resiko, kemungkinan, keperawatan sejahtera (welness), dan keperawatan sindrom (syndrome). Diagnosa keperawatan aktual menjelaskan masalah nyata yang terjadi saat ini sesuai data klinik yang ditemukan. Syarat untuk menegakkan diagnosa keperawatan aktual harus ada unsur (P) = problem (masalah) yaitu, pernyataan terhadap masalah kesehatannya baik aktual maupun potensial, (E) = etiology (penyebab) adalah penyebab atau alasan yang dicurigai dari respon yang telah diidentifikasi dari pengkajian, (S) = sign and symtomps (tanda dan gejala) adalah manifestasi yang diidentifikasi dalam pengkajian yang menyokong diagnosa keperawatan. Menurut Nursalam (2001) diagnosa keperawatan resiko menjelaskan masalah kesehatan yang nyata akan terjadi jika tidak dilakukan


(34)

intervensi. Syarat untuk menegakkan diagnosa keperawatan resiko harus ada unsur P dan E (problem dan etiology). Diagnosa keperawatan kemungkinan menjelaskan bahwa perlu adanya data tambahan untuk memastikan masalah keperawatan kemungkinan. Keadaan ini masalah dan faktor pendukung belum ada akan tetapi sudah ada faktor yang dapat menimbulkan masalah (Nursalam, 2001). Diagnosa keperawatan sejahtera adalah keputusan klinik tentang keadaan individu, keluarga, dan atau masyarakat dalam transisi dari tingkat sejahtera tertentu ke tingkat sejahtera yang lebih tinggi. Contoh diagnosa keperawatan sejahtera: potensial peningkatan hubungan dalam keluarga (Nursalam, 2001). Diagnosa keperawatan sindrom adalah diagnosa yang terdiri dari kelompok diagnosa keperawatan aktual dan resiko tinggi yang diperkirakan akan muncul karena suatu kejadian atau situasi tertentu. Manfaat diagnosa keperawatan sindrom adalah agar perawat selalu waspada dan memerlukan keahlian dalam setiap melakukan pengkajian dan tindakan keperawatan. Menurut NANDA (Nursalam, 2001) ada dua diagnosa keperawatan sindrom, yaitu: sindrom trauma pemerkosaan (rape trauma syndrome) dan resiko sindrom penyalahgunaan (risk for disuse syndrome). Contoh diagnosa trauma pemerkosaan; cemas dan resiko tinggi sewaktu melakukan hubungan seksual. Sedangkan contoh diagnosa resiko sindrom penyalahgunaan antara lain; resiko konstipasi, fungsi pernafasan, resiko infeksi, resiko gangguan integritas jaringan, dan lain-lain.


(35)

3. Rencana keperawatan

Rencana keperawatan merupakan metode komunikasi tentang asuhan keperawatan kepada pasien.

Setiap pasien yang memerlukan asuhan keperawatan perlu suatu perencanaan yang baik. Perencanaan adalah bagian dari fase pengorganisasian dalam proses keperawatan yang meliputi tujuan perawatan, penetapan pemecahan masalah, dan menentukan tujuan perencanaan untuk mengatasi masalah pasien (Hidayat, 2001). Ali (2002) menyebutkan perencanaan keperawatan meliputi perumusan tujuan, tindakan, dan penilaian rangkaian asuhan keperawatan pada pasien berdasarkan analisis pengkajian agar masalah kesehatan dan keperawatan pasien dapat diatasi. Langkah-langkah dalam membuat perencanaan keperawatan menurut Nursalam (2001) terdiri atas empat langkah, yaitu:

a. Menentukan prioritas

Secara realistik, perawat tidak dapat mengharapkan dapat menyelesaikan semua diagnosa keperawatan dan masalah kolaboratif yang terjadi kepada pasien sebagai individu, keluarga dan masyarakat. Dengan mengidentifikasi prioritas diagnosa keperawatan dan masalah kolaboratif, perawat dapat memprioritaskan peralatan yang diperlukan (Nursalam, 2001). Penetapan prioritas dilakukan karena tidak semua masalah dapat diatasi dalam waktu yang bersamaan. Salah satu metode dalam menetapkan prioritas dengan mempergunakan hirarki Maslow. Menurut hirarki Maslow (Nursalam, 2001) kebutuhan manusia dibagi dalam lima tahap, yaitu: fisiologis, rasa aman dan nyaman, sosial, harga diri


(36)

dan aktualisasi diri. Dia menyatakan bahwa pasien memerlukan suatu tahapan kebutuhan jika pasien menghendaki suatu tindakan yang memuaskan. Dengan kata lain, kebutuhan fisiologis biasanya sebagai prioritas utama bagi pasien dari pada kebutuhan lainnya.

b. Menentukan kriteria hasil

Tujuan pasien dan tujuan keperawatan adalah standar ukuran yang digunakan untuk mengevaluasi kemajuan pasien atau keterampilan perawat. Tujuan pasien merupakan pernyataan yang menjelaskan suatu perilaku pasien, keluarga atau kelompok yang dapat diukur setelah intervensi keperawatan diberikan. Sebaliknya tujuan keperawatan adalah pernyataan yang menjelaskan suatu tindakan yang dapat diukur berdasarkan kemampuan dan kewenangan perawat. Karena kriteria hasil untuk diagnosa keperawatan mewakili status kesehatan pasien yang dapat dicapai atau dipertahankan melalui rencana tindakan keperawatan yang mandiri, sehingga dapat membedakan antara diagnosa keperawatan dan masalah kolaboratif. Nursalam (2001) menggunakan pedoman penulisan kriteria hasil berdasarkan SMART, yaitu: S = spesific (tujuan harus spesifik dan tidak menimbulkan arti ganda), M = measurable (tujuan keperawatan harus dapat diukur, khususnya tentang perilaku pasien; dapat dilihat, didengar, diraba, dirasakan, dan dibau), A = achievable (tujuan harus dapat dicapai), R = reasonable (tujuan harus dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah), dan T = time (tujuan harus dapat dicapai dalam batas waktu tertentu).


(37)

c. Menentukan rencana tindakan

Rencana tindakan adalah disain spesifik intervensi untuk membantu pasien dalam mencapai kriteria hasil. Rencana tindakan dilaksanakan berdasarkan komponen penyebab dari diagnosa keperawatan. Oleh karena itu rencana mendefinisikan suatu aktivitas yang diperlukan untuk membatasi faktor-faktor pendukung terhadap suatu permasalahan. Menurut Bulecheck dan Mc. Closkey (Nursalam, 2001) intervensi keperawatan adalah suatu tindakan langsung kepada pasien yang dilaksanakan oleh perawat. Tindakan tersebut meliputi tindakan independent keperawatan berdasarkan diagnosa keperawatan, tindakan medis berdasarkan diagnosa medis dan membantu pemenuhan kebutuhan dasar fungsi kesehatan kepada pasien yang tidak dapat melakukannya. Definisi tersebut berhubungan dengan semua intervensi keperawatan dengan diagnosa keperawatan dan atau masalah kolaboratif.

d. Dokumentasi

Rencana tindakan keperawatan adalah sesuatu yang paling efektif jika dilaksanakan setelah pertama kali perawat kontak dengan pasien. Segera setelah melakukan pengkajian, perawat harus memulai untuk mendokumentasikan diagnosa aktual atau resiko, kriteria hasil, dan rencana tindakan.

4. Implementasi (pelaksanaan)

Implementasi adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan (Effendy, 1995). Menurut Nursalam (2001) mengutip pendapat Iyer, et al. pelaksanaan atau implementasi adalah


(38)

inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang spesifik. Tujuan dari implementasi adalah membantu pasien dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan, yang mencakup peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit, pemulihan kesehatan dan memfasilitasi koping. Jenis tindakan pada implementasi ini terdiri dari tindakan mandiri (independent), saling ketergantungan atau kolaborasi (interdependent), dan tindakan rujukan atau ketergantungan (dependent).

5. Evaluasi

Kurniawati (2004) menyebutkan evaluasi adalah proses yang berkelanjutan untuk menilai efek dari tindakan keperawatan pada pasien. Evaluasi dilakukan terus menerus pada respon pasien terhadap tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa tahap evaluasi merupakan perbandingan yang sistematis dan terencana tentang kesehatan pasien dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan berkesinambungan dengan melibatkan pasien dan tenaga kesehatan lainnya. Evaluasi dalam keperawatan merupakan kegiatan dalam menilai tindakan keperawatan yang telah ditentukan, untuk mengetahui pemenuhan kebutuhan pasien secara optimal dan mengukur hasil dari proses keperawatan. Menurut Nursalam, (2001) ada beberapa komponen yang dievaluasi mengenai status kesehatan pasien, yaitu: pengetahuan (kognitif), status emosional (affektif), kemampuan pasien melakukan tindakan yang benar (psikomotor), perubahan fungsi tubuh, tanda dan gejala yang spesifik.


(39)

2.3. Konsep Kinerja 2.3.1. Pengertian Kinerja

Kinerja adalah penampilan hasil karya personel baik kuantitas maupun kualitas dalam suatu organisasi. Kinerja dapat berupa penampilan individu maupun kelompok kerja personel. Penampilan hasil karya tidak terbatas kepada personel yang memangku jabatan fungsional maupun struktural, tetapi juga kepada keseluruhan jajaran personel di dalam organisasi (Ilyas, 1999).

Mangkunegara (2000) menyatakan bahwa kinerja adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai seseorang dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya.

Menurut Suprihanto (2000) kinerja sebagai hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseorang atau sekelompok orang dalam organisasi, sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab masing-masing dalam rangka upaya mencapai tujuan organisasi secara legal, tidak melanggar hukum dan sesuai dengan moral dan etika.

Sesuai dengan definisi yang telah dijelaskan oleh para ahli (Ilyas, 1999; Suprihanto, 2000; dan Mangkunegara, 2000) dapat disimpulkan bahwa kinerja adalah hasil penampilan kerja yang dicapai oleh individu maupun kelompok sesuai dengan tugas, fungsi dan tanggung jawab masing-masing dalam rangka mencapai tujuan organisasi.


(40)

2.3.2. Penilaian Kinerja

Menurut Suprihanto (2000) penilaian kinerja adalah suatu sistem yang digunakan untuk menilai dan mengetahui apakah seseorang karyawan telah melaksanakan pekerjaannya masing-masing secara keseluruhan. Ilyas (1999) menyebutkan bahwa penilaian kinerja adalah suatu proses menilai hasil karya personil dalam suatu organisasi melalui instrument kinerja dan pada hakikatnya merupakan suatu evaluasi terhadap penampilan kerja personel dengan membandingkannya dengan standar baku penampilan.

Mangkunegara (2005) mendefinisikan penilaian kinerja sebagai suatu proses yang digunakan pimpinan untuk menentukan apakah seorang karyawan melakukan pekerjaannya sesuai dengan tugas dan tanggung jawabnya.

Mengutip pendapat para ahli (Suprihanto, 2000; Ilyas, 1999; dan Mangkunegara, 2005) dapat disimpulkan bahwa, penilaian kinerja adalah suatu proses penilaian yang dilakukan oleh pimpinan organisasi secara sistematis untuk mengetahui penampilan hasil kerja personil dan kinerja organisasi.

Gibson, et al. (1997), menyebutkan tujuan penilaian kinerja dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan pimpinan untuk menentukan imbalan (upah, promosi, dan alih tugas), identifikasi kebutuhan pelatihan, dan sebagai umpan balik bagi para pegawai.


(41)

2.3.3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja

Menurut pendapat Gibson at al. (1997), tiga variabel yang mempengaruhi perilaku dan kinerja seseorang, yaitu: variabel individu, variabel psikologi dan variabel organisasi. Pengaruh ketiga variabel tersebut terlihat pada Gambar 2.1.

Gambar 2.1. Diagram Skematis Variabel yang Mempengaruhi Perilaku dan Kinerja Menurut James L. Gibson, et al. (1997)

Variabel individu dikelompokkan pada sub variabel kemampuan dan keterampilan, latar belakang dan demografi. Sub variabel kemampuan dan keterampilan merupakan faktor utama yang mempengaruhi perilaku dan kinerja individu. Sedangkan sub variabel latar belakang dan demografi memiliki efek tidak langsung pada perilaku dan kinerja individu.

Variabel psikologis terdiri atas sub variabel persepsi, sikap, kepribadian, belajar, dan motivasi. Sub-variabel pesepsi, sikap, kepribadian dan belajar merupakan


(42)

hal yang kompleks dan sukar diukur. Variabel organisasi digolongkan dalam sub variabel sumber daya, kepemimpinan, imbalan, struktur organisasi, dan disain pekerjaan. Menurut Gibson, et al. (1997), variabel organisasi memiliki efek tidak langsung terhadap perilaku dan kinerja individu. Sementara itu Ilyas (1999) mengutip pendapat Kopelman mengemukakan sub variabel imbalan akan berpengaruh untuk meningkatkan motivasi kerja yang pada akhirnya secara langsung akan meningkatkan kinerja individu. Hasil penelitian Haslinda (Ilyas, 1999) yang meneliti faktor-faktor yang berhubungan dengan prestasi kerja bidan desa di Kabupaten Subang Jawa Barat menunjukkan adanya hubungan antara variabel individu, variabel psikologis (dorongan) dan variabel lingkungan dengan prestasi kerja bidan desa.

2.4. Karakteristik Individu

Makmuri (2004) menyebutkan bahwa manusia berperilaku baik ataupun buruk ditentukan oleh 4 (empat) variabel, yaitu: karakteristik biografik, kemampuan, kepribadian dan proses belajar. Karakteristik biografik pada diri individu dapat berupa: umur, jenis kelamin, status perkawinan, jumlah anggota dalam keluarga, pendapatan dan senioritas. Pernyataan ini didukung oleh Hughes dalam Atkinson (2004) yang menemukan bahwa faktor karakteristik manusia berupa umur dan jenis kelamin serta lama kerja mempengaruhi aktifitas bekerja seseorang. Pendapat lain yang dikemukakan Rakhmat (2004) salah satu faktor situasional yang mempengaruhi perilaku manusia adalah faktor-faktor sosial yang di dalamnya adalah karakteristik individu dalam populasi berupa usia, kecerdasan, dan karakteristik biologis. Pendapat


(43)

ini didukung oleh Dharma (2005) bahwa faktor-faktor karakteristik individu yang mempengaruhi kinerja meliputi: umur, jenis kelamin, pendidikan, lama kerja, dan penempatan kerja.

Mathias dan Jackson (2002) menyatakan bahwa banyak faktor yang dapat mempengaruhi kinerja dari individu yaitu kemampuan mereka, motivasi, dukungan yang diterima, keberadaan pekerjaan yang mereka lakukan dan hubungan mereka dengan organisasi. Sementara Suprihanto (2000) menyatakan karakteristik individu berupa sejumlah faktor seperti: bakat, pendidikan dan pelatihan, lingkungan dan fasilitas, iklim kerja, motivasi dan kemampuan hubungan industrial, teknologi, manajemen, kesempatan berprestasi dan sebagainya.

Menurut Makmuri (2004) ada 3 (tiga) faktor yang perlu diperhatikan dalam karakteristik individu yaitu: minat (interest), sikap (attitudes) dan kebutuhan (needs). Minat merupakan sesuatu yang menarik perhatian seseorang untuk berbuat, biasanya dimulai rangsangan eksternal (misalnya; uang/makan) yang selanjutnya mempengaruhi perilaku dalam bekerja. Besar kecilnya minat seseorang melakukan pekerjaan tersebut, rasa puas melakukan pekerjaan dan perasaan aman bila bekerja di tempat tersebut sehingga tidak terlintas untuk pindah.

Menurut Ilyas (1999) yang mengutip pendapat Kopelman bahwa karakteristik individu mencakup:

1. Umur, berkaitan erat dengan tingkat kedewasaan atau maturitas seseorang. Kedewasaan adalah tingkat kedewasaan teknis dalam melaksanakan tugas-tugas, maupun kedewasaan psikologis. Menurut Wexley dan Yuki (1977) pekerja usia


(44)

20–30 tahun mempunyai motivasi kerja relatif lebih rendah dibandingkan pekerja yang lebih tua, karena pekerja yang lebih muda belum berpijak pada landasan realitas, sehingga sering mengalami kekecewaan dalam bekerja. Hal ini dapat menyebabkan rendahnya kinerja dan kepuasan kerja. Menurut Siagian (1995) semakin lanjut usia seseorang semakin meningkat pula kedewasaan teknisnya, demikian juga kedewasaan psikologis akan menunjukkan kematanagan jiwanya. Usia yang semakin meningkat akan meningkat pula kemampuan seseorang dalam mengambil keputusan, berpikir rasional, mengendalikan emosi, dan toleransi terhadap pandangan orang lain, sehingga berpengaruh terhadap peningkatan motivasinya.

2. Jenis kelamin, diasumsikan bahwa bukan perbedaan jenis kelamin itu sendiri yang menyebabkan perbedaan kinerja, tetapi berbagai faktor berkaitan dengan jenis kelamin misalnya perbedaan mendapatkan formasi, besarnya gaji dan lain-lain. Menurut Ilyas (1999) mengutip pendapat Shye, menyebutkan bahwa tidak ada perbedaan produktivitas kerja antara karyawan wanita dan pria. Namun demikian jenis kelamin perlu mendapat perhatian karena sebagian besar tenaga kesehatan berjenis kelamin wanita. Pada pria dengan beban keluarga tinggi akan meningkatkan jam kerja perminggu, sebaliknya wanita dengan beban keluarga tinggi akan mengurangi jam kerja perminggu.

3. Tingkat pendidikan, latar belakang pendidikan dan masa kerja seseorang akan mempengaruhi kemampuan pemenuhan kebutuhannya sesuai dengan tingkat pemenuhan kebutuhan yang berbeda-beda yang akhirnya mempengaruhi motivasi


(45)

kerja seseorang (Maslow, 1992). Pekerja yang mempunyai latar belakang pendidikan tinggi akan mewujudkan motivasi kerja yang berbeda dengan mereka yang berpendidikan lebih rendah. Siagian (1995) mengatakan bahwa latar belakang pendidikan mempengaruhi motivasi kerja seseorang. Karyawan yang berpendidikan tinggi motivasinya cenderung lebih baik karena telah memiliki pengetahuan dan wawasan yang lebih luas dibandingkan dengan karyawan yang berpendidikan rendah. Notoatmodjo (1992), menyebutkan melalui pendidikan seseorang dapat meningkatkan kematangan intelektual sehingga dapat membuat keputusan dalam bertindak. Simanjuntak (1985) mengatakan semakin tinggi pendidikan seseorang akan semakin tinggi produktivitas kerjanya.

4. Status perkawinan, dapat dipastikan status perkawinan berpengaruh terhadap perilaku seseorang dalam kehidupan organisasi, baik secara positif maupun negatif (Siagian, 1995). Hal tersebut menunjukkan bahwa, status perkawinan seseorang turut memberikan gambaran tentang cara, dan teknik yang sesuai untuk digunakan bagi mereka yang telah berkeluarga untuk melakukan pekerjaan di luar rumah dibanding dengan mereka yang belum berkeluarga. Kondisi seperti itu memgindikasikan bahwa karyawan yang telah berkeluarga memiliki potensi untuk memperlihatkan kinerja yang berbeda dengan yang belum berkeluarga. 5. Masa kerja, adalah lamanya seseorang bekerja pada suatu organisasi. Setiap

organisasi menginginkan turn overnya rendah dalam arti karyawan aktif yang lebih lama bekerja di organisasi tersebut tidak pindah ke organisasi lain, sebab dengan turn over yang tinggi menggambarkan buruknya kinerja organisasi


(46)

tersebut. Siagian (1995) mengatakan semakin banyak tenaga aktif yang meninggalkan organisasi dan pindah ke organisasi lain mencerminkan ketidak beresan organisasi tersebut. Lebih lanjut Siagian (1995) mengatakan bahwa semakin lama seseorang bekerja dalam suatu organisasi maka akan semakin tinggi motivasi kerjanya.

2.5. Karakteristik Psikologis

Karakteristik psikologis yang mempengaruhi perilaku atau kinerja individu antara lain motivasi, persepsi terhadap pekerjaan, sikap, kepribadian, dan belajar (Ilyas, 1999). Berikut beberapa uraian tentang faktor psikologis yang diungkapkan para pakar:

1. Motivasi.

Menurut Stoner (1993) motivasi adalah hal yang menyebabkan dan mendukung perilaku seseorang. Selanjutnya Maslow (1992) dengan teorinya yang terkenal hirarkhi kebutuhan mengatakan bahwa individu akan termotivasi untuk memenuhi kebutuhan apa saja yang paling kuat baginya pada suatu saat tertentu. Kuatnya suatu kebutuhan tergantung pada situasi yang sedang berjalan dan pengalaman individu yang bersangkutan, mulai dari kebutuhan fisik yang paling mendasar sekurang-kurangnya harus dipenuhi sebagian sebelum keinginan individu untuk memuaskan suatu kebutuhan pada tingkat yang lebih tinggi. Berdasarkan pendapat Maslow di atas dapat disimpulkan bahwa, orang cenderung berusaha memenuhi kebutuhan yang lebih rendah sebelum memenuhi kebutuhan


(47)

yang lebih tinggi. Tingkat kebutuhan yang paling rendah adalah kebutuhan fisiologis, dan kebutuhan yang paling tinggi adalah kebutuhan mempertinggi kapasitas kerja. Timbulnya perilaku seseorang pada saat tertentu ditentukan oleh kebutuhan yang memiliki kekuatan yang tinggi, sehingga penting bagi setiap manajer untuk memiliki pemahaman tentang kebutuhan-kebutuhan yang dirasakan penting bagi bawahannya.

2. Persepsi terhadap pekerjaan

Persepsi adalah hasil pengamatan langsung dari individu terhadap sesuatu obyek melalui alat indera. Stoner (1993) mengatakan bahwa persepsi peran adalah kejelasan peran dalam arti bahwa seorang pegawai memahami dan menyetujui apa yang diharapkan darinya dalam melaksanakan pekerjaan.

Menurut Wursanto (2002) persepsi merupakan proses pemberian arti oleh seseorang terhadap lingkungan. Persepsi meliputi penafsiran terhadap suatu objek dari sudut pandang atau pengalaman orang yang bersangkutan. Persepsi juga merupakan suatu sikap, perasaan seseorang atau kelompok terhadap orang lain. Gibson, et.al. (1997), menyebutkan persepsi adalah proses pemberian arti (cognitive) yang dipergunakan oleh seseorang untuk menafsirkan dan memahami dunia sekitarnya. Karena setiap orang memberi arti kepada stimulus, maka individu yang berbeda akan melihat hal yang sama dengan cara yang berbeda-beda. Beberapa hal yang menyebabkan perbedaan dalam persepsi antara lain perhatian, harapan seseorang akan rangsangan yang timbul, kebutuhan sistem nilai


(48)

dan cirri kepribadiannya sehingga setiap orang mempunyai persepsi yang berbeda-beda terhadap suatu rangsangan.

3. Sikap

Faktor lain yang mempengaruhi pembentukan perilaku adalah sikap (attitude). Sikap merupakan faktor penting yang mempengaruhi pembentukan perilaku karena sikap berhubungan dengan persepsi, kepribadian dan belajar. Sikap berhubungan dengan keadaan mental seseorang dalam menghadapi mutu obyek tertentu (orang, atau lingkungan) yang mempunyai pengaruh tertentu atas tanggapan seseorang, yang disertai dengan kecenderungan untuk bertindak seseuai dengan pandangan atau tanggapan terhadap obyek tertentu tadi. Sikap terbentuk melalui pengalaman yang diperoleh sepanjang perkembangan hidup seseorang (Wursanto, 2002). Menurut Gibson, et al. (1997), sikap (attitude) adalah kesiap-siagaan mental, yang dipelajari dan diorganisasi melalui pengalaman, dan mempunyai pengaruh tertentu atas cara tanggap seseorang terhadap orang lain, obyek, dan situasi yang berhubungan dengannya.

4. Kepribadian

Menurut (Wursanto, 2002) kepribadian adalah keseluruhan dari sikap, kelaziman, pikiran, baik biologis maupun psikologis, yang dimiliki oleh seseorang yang dapat mempengaruhi peran dan kedudukannya dalam berbagai kelompok, serta dapat mempengaruhi kesadaran akan diri individu yang bersangkutan. Lebih lanjut Wursanto mengatakan, kepribadian dipengaruhi oleh berbagai faktor antara


(49)

lain kebudayaan, keturunan, keluarga, kelas sosial dan interaksi kelompok di luar lingkungan keluarga.

5. Belajar

Menurut Hilgar, E.R. (Wursanto, 2002) belajar merupakan suatu proses timbulnya atau berubahnya tingkah laku melalui prosedur latihan, sebagai perbedaan dari perubahan oleh faktor-faktor yang tidak dapat digolongkan pada latihan. Lebih lanjut Hilgar mengatakan bahwa, belajar merupakan salah satu proses yang mendasari timbulnya atau terjadinya perubahan perilaku. Sebagian besar perilaku diperoleh melalui belajar, dalam belajar ada perilaku yang berubah dimana perubahan tersebut terjadi melalui prosedur latihan. Perubahan perilaku yang tidak melalui prosedur latihan tidak dapat dinamakan belajar.

2.6. Karakteristik Organisasi

Menurut Gibson, et.al. (1997), karakteristik organisasi yang mempengaruhi kinerja individu terdiri atas sumber daya, kepemimpinan, imbalan, struktur organisasi, dan disain pekerjaan, oleh karena itu organisasi merupakan suatu sistem yang memiliki beberapa unsur yaitu masukan (input), proses (process), keluaran (output), hasil (outcome), dampak (impact), umpan balik (feedback), dan lingkungan (environment). Semua unsur dalam sistem ini saling ketergantungan dan saling mempengaruhi satu sama lain.

Menurut Dharma (2005) bahwa faktor-faktor organisasi yang mempengaruhi kinerja adalah: rekan kerja, atasan, organisasi, penghargaan dan imbalan. Oleh karena


(50)

itu sudah selayaknya sebuah organisasi menciptakan suatu kondisi yang memungkinkan tenaga memberikan kontribusi yang maksimal dengan kualitas profesional, misalnya dengan meninjau kembali struktur organisasi yaitu memberi tempat yang setara dengan profesi organisasinya (Murlis, 2004).

Kreitner dan Kininci (2006) menyebutkan bahwa, ada sejumlah faktor yang mempengaruhi lingkungan organisasi, pengaruh yang utama terdiri dari lima dimensi yaitu: a) Karakteristik pekerjaan, b) Pembayaran/gaji, c) Promosi, d) Supervisi/ penyelia, e) Kelompok kerja dan kondisi dalam melakukan pekerjaan.

Berikut beberapa uraian yang disebutkan beberapa pakar yang menyangkut organisasi:

1. Sumber Daya

a. Pada organisasi pelayan jasa sumber daya manusia adalah salah satu pemegang peran utama dalam penentuan keberhasilan organisasi dan ini akan ditentukan oleh kinerja karyawan yang merupakan faktor penentu keberhasilan suatu organisasi. Tugas utama seorang karyawan sesuai dengan ketentuan yang diisyaratkan oleh organisasi adalah melaksanakan pekerjaannya sesuai dengan standar kerja (Trisnantoro, 2005).

b. Menurut Gibson et. al. (1997), sumber daya merupakan bagian dari unsur masukan yang keberadaannya dalam suatu organisasi merupakan hal yang paling utama karena merupakan modal dasar untuk dapat berfungsinya suatu organisasi.


(51)

2. Kepemimpinan

a. Menurut Wursanto (2002) kepemimpinan dalam suatu organisasi penting karena kepemimpinan mempengaruhi orang lain untuk bekerjasama guna mencapai tujuan tertentu yang diinginkan.

b. Siagian (1983) mengemukakan kepemimpinan adalah kemampuan dan keterampilan seseorang yang menduduki jabatan sebagai pimpinan satuan kerja, untuk mempengaruhi perilaku orang lain terutama bawahannya untuk memberikan sumbangsih nyata dalam pencapaian tujuan organisasi. Pencapaian tujuan organisasi akan sangat ditentukan oleh kemampuan atau efektivitas pimpinan dalam menggerakkan dan mendorong anggota organisasi untuk melaksanakan pekerjaannya. Oleh sebab itu, kepemimpinan merupakan faktor yang penting bagi keberhasilan suatu organisasi. Seorang pimpinan yang efektif sebaiknya memiliki kemampuan untuk berkomunikasi dengan bawahan, membangkitkan motivasi kerja bawahan, mengkoordinasikan pekerjaan bawahan, dan melakukan supervisi pekerjaan bawahannya.

3. Imbalan

a. Siagian (1995) berpendapat bahwa imbalan erat kaitannya dengan prestasi kerja seseorang. Imbalan merupakan salah satu faktor eksterna yang mempengaruhi motivasi seseorang. Selanjutnya Menurut Mc. Celland (As’ad, 2000) selain imbalan mempengaruhi motivasi kerja, motif ini juga merupakan ketakutan individu akan kegagalan.


(52)

b. Bandura (1986) mengatakan bahwa imbalan adalah insentif kerja yang dapat diperoleh dengan segera atau yang diperoleh dalam jangka panjang. Pada bagian lain Notoadmodjo (1992) berpendapat bahwa melalui achieve dimana insentif baik berupa material atau non material akan mempengaruhi motivasi kerja seseorang.

4. Struktur organisasi

Struktur adalah cara bagaimana sesuatu itu disusun. Sesuatu yang ada dalam organisasi adalah pekerjaan-pekerjaan yang saling berhubungan. Oleh karena itu struktur bertalian dengan hubungan-hubungan pekerjaan yang terdapat dalam organisasi yang relatif pasti. Wursanto (2002) berpendapat bahwa struktur organisasi memperlihatkan satuan-satuan organisasi, hubungan-hubungan dan saluran-saluran wewenang dan tanggung jawab yang ada dalam organisasi. Sesuai uraian di atas dapat disimpulkan bahawa struktur organisasi menunjukkan garis kewenangan dan rentang kendali dari suatu organisasi yang akan menentukan kegiatan dan hubungan serta ruang lingkup tanggung jawab dan peran masing-masing individu.

5. Disain pekerjaan

Disain pekerjaan menguraikan tentang cakupan, kedalaman, dan tujuan dari setiap pekerjaan yang membedakan antara pekerjaan yang satu dengan pekerjaan lainnya. Tujuan pekerjaan dilaksanakan melalui analisis kerja, di mana para manajer menguraikan pekerjaan sesuai dengan aktivitas yang dituntut agar membuahkan hasil yang diharapkan (Gibson, et.al., 1997).


(53)

2.7. Landasan Teori

Menurut Hidayat (2001) dokumentasi keperawatan sangat penting bagi perawat dalam memberikan asuhan keperawatan. Dokumentasi ini penting karena pelayanan keperawatan yang diberikan pada pasien membutuhkan catatan dan pelaporan yang dapat digunakan sebagai tanggung jawab dan tanggung gugat dari berbagai kemungkinan masalah yang dialami pasien baik masalah kepuasan maupun ketidakpuasan terhadap pelayanan yang diberikan. Pendapat tersebut sejalan dengan apa yang dikemukakan oleh Nursalam (2001) bahwa setiap intervensi keperawatan yang diberikan kepada pasien, harus dihindarkan terjadinya kesalahan-kesalahan (negligence) dengan melakukan pendekatan proses keperawatan dan pendokumentasian yang akurat dan benar. Karena kesalahan sekecil apapun yang dilakukan oleh seorang perawat professional akan berdampak terhadap citra keperawatan secara keseluruhan yang akan dipertanggungjawabkan kepada konsumen.

Peraturan Menteri Kesehatan R.I. Nomor 749a tahun 1989 tentang Rekam Medis, merupakan landasan hukum yang mendasar bagi perawat untuk mendokumentasikan setiap asuhan keperawatan yang diberikan kepada pasien di sarana pelayanan kesehatan atau rumah sakit. Ketentuan hukum yang lain sebagai aspek legal tentang pendokumentasian proses keperawatan adalah Keputusan Menteri Kesehatan R.I. (Kepmenkes R.I.) Nomor 1239 tahun 2001 tentang Registrasi dan Praktik Keperawatan, pada Pasal 16 disebutkan bahwa dalam melaksanakan tugas dan kewenangannya perawat berkewajiban: (1) menghormati hak pasien, (2) merujuk


(54)

kasus yang tidak dapat ditangani, (3) menyimpan rahasia sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, (4) memberikan informasi, (5) meminta persetujuan tindakan yang dilakukan, dan melakukan catatan perawatan dengan baik. Masih terkait dengan Kepmenkes R.I. Nomor 1239 Tahun 2001 dikatakan bahwa kewenangan perawat yang berhubungan dengan ruang lingkup praktik berdasarkan pendekatan proses keperawatan adalah: (1) melaksanakan pengkajian keperawatan, (2) merumuskan diagnosa keperawatan, (3) menyusun rencana tindakan keperawatan, (4) melaksanakan tindakan keperawatan termasuk tindakan medik yang dapat dilakukan perawat, (5) melaksanakan evaluasi terhadap tindakan, dan (6) mendokumentasikan hasil keperawatan. Menurut Keliat, et al. (1998), proses keperawatan adalah pendekatan yang disepakati untuk meningkatkan mutu pelayanan keperawatan. Namun pada kenyataannya walaupun telah ada regulasi tentang praktik keperawatan dan Rekam Medik, kebanyakan perawat merasakan bahwa dalam melaksanakan pendokumentasian proses keperawatan bukan suatu kewajiban profesi melainkan sebagai suatu beban. Keadaan tersebut diperkuat dengan hasil evaluasi dokumentasi keperawatan pada beberapa rumah sakit umum ditemukan bahwa kemampuan perawat menuliskan asuhan keperawatan dengan menggunakan proses keperawatan rata-rata kurang dari 60% yang memenuhi kriteria. Penelitian yang sama juga menunjukkan bahwa hasil evaluasi dokumentasi keperawatan pada dua rumah sakit jiwa rata-rata kurang dari 40% yang memenuhi kriteria, sedangkan kriteria yang diharapkan oleh Departemen Kesehatan R.I. (1995) adalah 80%-100%.


(55)

Hasil penelitian Azhari (2005) tentang persepsi perawat terhadap dokumentasi asuhan keperawatan pada RSUD Dr. Zainoel Abidin menunjukkan bahwa persepsi perawat terhadap dokumentasi asuhan keperawatan yang termasuk dalam kategori kurang adalah: sebagai alat komunikasi 53,33%, sebagai alat pengumpul data 58,33%, sebagai sarana penelitian 65%, sebagai sarana audit keperawatan dan monitoring 83,33%, sebagai aspek etik dan legal 55%, dan sebagai kesinambungan proses keperawatan 51,67%. Studi pendahuluan dokumentasi asuhan keperawatan yang penulis lakukan tanggal 23–24 Agustus 2007 terhadap 42 orang pasien rawat inap pada RSUD Dr. Zainoel Abidin yang pulang, dengan kriteria telah mendapat perawatan lebih dari tiga hari, rata-rata penerapan dokumentasi asuhan keperawatan hanya 24,32%. Berdasarkan hasil penelitian dan studi pendahuluan di atas menunjukkan bahwa pendokumentasian asuhan keperawatan di beberapa rumah sakit umum dan rumah sakit jiwa, termasuk RSUD Dr. Zainoel Abidin masih belum sesuai dengan standar atau kriteria yang telah ditetapkan oleh Depkes R.I. (1995) sebesar 80%-100%. Sehingga perlu diketahui apakah ada pengaruh karakteristik individu, faktor psikologis dan faktor organisasi terhadap pendokumentasian asuhan keperawatan pada instalasi rawat inap RSUD Dr. Zainoel Abidin.

Menurut Mangkunegara (2005) faktor yang mempengaruhi pencapaian kinerja adalah faktor kemampuan (ability) dan faktor motivasi (motivation). Secara psikologis kemampuan terdiri atas kemampuan potensi inteligensi quotiont (IQ) dan kemapuan reality (knowledge and skill). Artinya, pimpinan dan karyawan yang memiliki IQ di atas rata-rata (IQ 110–120) dengan pendidikan yang memadai untuk


(56)

jabatannya dan terampil dalam mengerjakan pekerjaan sehari-hari, maka akan lebih mudah mencapai kinerja maksimal. Sedangkan motivasi diartikan suatu sikap (attitude) pimpinan dan karyawan terhadap situasi kerja di lingkungan organisasinya. Mereka yang bersifat positif terhadap situasi kerjanya akan menunjukkan motivasi kerja tinggi, dan sebaliknya jika mereka bersikap negatif terhadap situasi kerjanya akan menunjukkan motivasi kerja yang rendah. Situasi kerja yang dimaksud mencakup hubungan kerja, fasilitas kerja, iklim kerja, kebijakan pimpinan, pola kepemimpinan kerja dan kondisi kerja.

Menurut Gibson, et al. (1997), secara teoretis ada tiga kelompok variabel yang mempengaruhi perilaku dan prestasi yaitu: (1) variabel individu terdiri atas sub variabel kemampuan dan keterampilan, latar belakang dan demografis, (2) variabel psikologis terdiri atas subvariabel persepsi, sikap, kepribadian, belajar dan motivasi, dan (3) variabel organisasi memiliki subvariabel sumber daya, kepemimpinan, imbalan, struktur organisasi, dan disain pekerjaan.

2.8. Kerangka Konsep

Berdasarkan tujuan penelitian maka kerangka konsep yang digunakan dalam penelitian ini dikembangkan dari teori kinerja menurut Gibson, et al. (1997). Sehubungan dengan keterbatasan peneliti, maka variabel yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah: Karakteristik Individu (status perkawinan, masa kerja, pendidikan), Faktor Psikologis (motivasi, dan persepsi terhadap pekerjaan). Faktor


(57)

Organisasi (imbalan, kepemimpinan, dan disain pekerjaan). Dengan demikian kerangka konsep penelitian dapat digambarkan sebagai berikut:

Variabel Bebas Variabel Terikat

Gambar 2.2. Kerangka Konsep Penelitian

1. Karakteristik Individu:

a. Status Perkawinan b. Masa Kerja. c. Pendidikan

2. Faktor Organisasi:

a. Imbalan b. Kepemimpinan c. Disain Pekerjaan.

3. Faktor Psikologis:

a. Motivasi

b. Persepsi Terhadap Pekerjaan.

Pendokumentasian:

a. Pengkajian b. Diagnosa

Keperawatan c. Perencanaan d. Implementasi e. Evaluasi f. Dokumentasi


(58)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah survei analitik eksplanatori dengan menggunakan rancangan cross sectional. Menurut Sugiyono (2004) survei analitik dengan disain cross sectional diarahkan untuk menjelaskan atau mempelajari situasi dinamika korelasi antara variabel bebas dengan variabel terikat. Sehingga jenis penelitian ini dianggap sesuai untuk mendapatkan gambaran tentang pengaruh karakteristik individu, faktor psikologis, dan organisasi terhadap pendokumentasian asuhan keperawatan.

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di 20 ruang rawat inap RSUD Dr. Zainoel Abidin Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam dengan rincian: Penyakit dalam Pria, Penyakit dalam Wanita, Bedah Pria, Bedah Wanita, Paru, Rehidrasi, Saraf, THT, Jantung, Mata, ICU Dewasa, ICCU, PICU/Perinatologi, NICU, Kebidanan & Kandungan, Penyakit Anak, Paviliun Seulawah, Paviliun Geurutee, Kamar Bersalin dan Ruang Keumala. Penelitian ini dilaksanakan bulan Juli sampai dengan Oktober 2008.


(59)

3.3. Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah semua perawat yang melaksanakan tugas di ruang rawat inap RSUD Dr. Zainoel Abidin yang berjumlah 289 orang. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah semua populasi diambil sebagai sampel.

3.4. Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan menggunakan kuesioner dengan mengajukan pertanyaan tertutup kepada seluruh perawat yang bertugas di Instalasi Rawat Inap RSUD Dr. Zainoel Abidin dengan alternatif jawaban menggunakan skala Likert. Alternatif jawaban untuk Karakteristik Individu, Faktor Psikologis, dan Faktor Organisasi adalah: Sangat Setuju (skor: 5), Setuju (skor: 4), Ragu-ragu (skor: 3), Tidak Setuju (skor: 2), Sangat Tidak Setuju (skor: 1). Sedangkan alternatif jawaban untuk Dokumentasi Asuhan Keperawatan: Selalu (skor: 5), Sering (skor: 4), Kadang-kadang (skor: 3), Jarang (skor: 2), Tidak Pernah (skor: 1).

Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini meliputi: 3.4.1. Data Primer

Data primer diperoleh secara langsung dari perawat yang melaksanakan tugas di Instalasi Rawat Inap RSUD Dr. Zainoel Abidin dengan menggunakan kuesioner yang terdiri dari empat bagian yaitu; kuesioner bagian A untuk mengidentifikasi karakteristik individu perawat, kuesioner bagian B untuk mengidentifikasi faktor psikologis, kuesioner bagian C untuk mengidentifikasi faktor organisasi, dan


(60)

kuesioner bagian D untuk mengidentifikasi pendokumentasian asuhan keperawatan yang diadopsi dari Instrumen Studi Dokumentasi Penerapan Standar Asuhan Keperawatan Direktorat Rumah Sakit Umum dan Pendidikan Departemen Kesehatan R.I. Tahun 1995.

Guna memperoleh hasil penelitian yang lebih baik, maka kuesioner yang dijadikan sebagai instrumen pengumpulan data primer terlebih dahulu dilakukan uji validitas guna menghasilkan data yang akurat sesuai dengan tujuan ukurannya. Sugiyono (2004) menyatakan bahwa pengukuran uji validitas setiap butir pertanyaan

(content validity) dengan cara mengkorelasikan skor item masing-masing variabel dengan skor total masing-masing variabel sehingga akan terlihat butir instrumen yang layak dan tidak layak untuk mengukur variabel penelitian ini. Teknik pengujian reliabilitas instrumen ini dekenal dengan istilah internal consistency teknik belah dua (split half) yang analisisnya menggunakan rumus Spearman Brown guna mendapatkan r nya. Hasil uji validitas dan reliabilitas kuesioner faktor organisasi dan psikologis dapat dilihat pada Tabel 3.1. dan Tabel 3.2.


(61)

Tabel 3.1. Hasil Uji Validitas & Reliabilitas Kuesioner Faktor Organisasi Variabel Butir Corrected Status Cronbach Status

1 .4801 Valid

2 .8245 Valid

3 .8632 Valid

4 .7901 Valid

Kepemimpinan

5 .5193 Valid

.8952 Reliabel

1 .8245 Valid

2 .8632 Valid

3 .7901 Valid

4 .5193 Valid

Imbalan

5 .6976 Valid

.8156 Reliabel

1 .6345 Valid

2 .6750 Valid

3 .7435 Valid

4 .6574 Valid

Disain Pekerjaan

5 .7875 Valid

.7525 Reliabel

Tabel 3.2. Hasil Uji Validitas & Reliabilitas Kuesioner Faktor Psikologis Variabel Butir

Pertanyaan

Corrected Item

Status Cronbach Alpha

Status

1 .9357 Valid

2 .9269 Valid

3 .9473 Valid

4 .8866 Valid

Persepsi terhadap Pekerjaan

5 .6472 Valid

.9698 Reliabel

1 .7877 Valid

2 .7253 Valid

3 .7561 Valid

4 .7404 Valid

Motivasi

5 .7358 Valid


(62)

3.4.2. Data Sekunder

Data sekunder diperoleh dari Bidang Keperawatan, Sub Bagian Umum, Sub Bagian Kepegawaian, dan Instalasi Rekam Medik RSUD Dr. Zainoel Abidin untuk mendukung kelengkapan data penelitian yang terkait dengan kategori ketenagaan perawat, jumlah ruang rawat inap dan indikator kinerja.

3.5. Variabel dan Definisi Operasional 3.5.1. Variabel Bebas

Variabel variabel bebas dalam penelitian ini adalah karakteristik individu (status perkawinan, masa kerja dan tingkat pendidikan), karakteristik psikologis (motivasi, dan persepsi terhadap pekerjaan), dan karakteristik organisasi (imbalan, kepemimpinan dan disain pekerjaan).

1. Karakteristik Individu

a. Status perkawinan, adalah pengakuan perawat tentang dimiliki atau tidaknya pasangan hidup secara sah.

b. Masa kerja, adalah lamanya perawat bekerja dalam tahun, perhitungan dari Surat Keputusan (SK) penempatan pertama sebagai perawat di tempat tugas sampai dilaksanakan penelitian ini.

c. Tingkat pendidikan, adalah pendidikan formal di bidang keperawatan yang pernah diikuti sesuai dengan ijazah terakhir yang dimiliki perawat disaat dilakukan penelitian.


(63)

2. Faktor Psikologis

a. Motivasi, adalah proses internal dan eksternal yang mendorong perawat dalam melaksanakan pekerjaan.

b. Persepsi terhadap pekerjaan, adalah pandangan perawat terhadap tugasnya dan tanggung jawab yang diberikan dalam melaksanakan pekerjaan.

3. Faktor Organisasi

a. Imbalan, adalah sesuatu yang diterima oleh perawat sebagai imbalan (selain gaji) atas hasil kerja yang dicapai.

b. Kepemimpinan, adalah persepsi perawat tentang cara pimpinan menggerakkan bawahan dalam melaksanakan pekerjaan.

c. Disain pekerjaan, adalah uraian tugas perawat dalam melaksanakan Standar Asuhan Keperawatan (SAK) dan Prosedur Standar Operasional (PSO).

3.5.2. Variabel terikat

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah pendokumentasian asuhan keperawatan pada setiap tahapan proses keperawatan meliputi; pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, implementasi, evaluasi dan dokumentasi.

1. Pengkajian, adalah kegiatan mengumpulkan informasi atau data tentang respon pasien agar dapat mengidentifikasi masalah/kebutuhan kesehatan dan keperawatan pasien.

2. Diagnosa keperawatan, adalah pernyataan perawat yang menjelaskan respon manusia (status kesehatan atau resiko perubahan pola) dari pasien.


(1)

Perencanaan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Baik 173 59,9 59,9 59,9

Sedang 114 39,4 39,4 99,3

Kurang 2 ,7 ,7 100,0

Valid

Total 289 100,0 100,0

Implementasi

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Baik 141 48,8 48,8 48,8

Sedang 127 43,9 43,9 92,7

Kurang 21 7,3 7,3 100,0

Valid

Total 289 100,0 100,0

Evaluasi

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Baik 179 61,9 61,9 61,9

Sedang 108 37,4 37,4 99,3

Kurang 2 ,7 ,7 100,0

Valid

Total 289 100,0 100,0

Dokumentasi Keperawatan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Baik 151 52,2 52,2 52,2

Sedang 109 37,7 37,7 90,0

Kurang 29 10,0 10,0 100,0

Valid

Total 289 100,0 100,0

Diagnosa Keperawatan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Baik 141 48,8 48,8 48,8

Sedang 132 45,7 45,7 94,5

Kurang 16 5,5 5,5 100,0

Valid


(2)

Pendokumentasian

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Baik 147 50,9 50,9 50,9

Sedang 107 37,0 37,0 87,9

Kurang 35 12,1 12,1 100,0

Valid


(3)

Status Perkawinan * Pendokumentasian Crosstabulation Pendokumentasian

Baik Sedang Kurang Total

Count 40 41 12 93

Belum Menikah

% of Total 13,8% 14,2% 4,2% 32,2%

Count 107 66 23 196

Status Perkawinan

Menikah

% of Total 37,0% 22,8% 8,0% 67,8%

Count 147 107 35 289

Total

% of Total 50,9% 37,0% 12,1% 100,0%

Pendidikan Pegawai * Pendokumentasian Crosstabulation Pendokumentasian

Baik Sedang Kurang Total

Count 21 14 2 37

S.1 Kep

% of Total 7,3% 4,8% ,7% 12,8%

Count 118 89 31 238

D.III. Kep

% of Total 40,8% 30,8% 10,7% 82,4%

Count 8 4 2 14

Pendidikan Pegawai

SPK/Bidan

% of Total 2,8% 1,4% ,7% 4,8%

Count 147 107 35 289

Total

% of Total 50,9% 37,0% 12,1% 100,0%

Lama Bekerja * Pendokumentasian Crosstabulation Pendokumentasian

Baik Sedang Kurang Total

Count 108 42 18 168

≤ 5 Tahun

% of Total 37,4% 14,5% 6,2% 58,1%

Count 17 57 6 80

6 - 10

Tahun % of Total 6,2% 19,7% 2,1% 27,7%

Count 22 8 11 41

Lama Bekerja

> 10 Tahun

% of Total 7,3% 2,8% 3,8% 14,1%

Count 147 107 35 289

Total

% of Total 50,9% 37,0% 12,1% 100,0%

Motivasi * Pendokumentasian Crosstabulation Pendokumentasian

Baik Sedang Kurang Total

Count 134 46 5 185

Baik

% of Total 46,4% 15,9% 1,7% 64,0%

Count 13 61 13 87

Motivasi

Sedang

% of Total 4,5% 21,1% 4,5% 30,1%

Lampiran 5. Hasil Uji Tabulasi

Si


(4)

Count 0 0 17 17 Kurang

% of Total ,0% ,0% 5,9% 5,9%

Count 147 107 35 289

Total

% of Total 50,9% 37,0% 12,1% 100,0%

Persepsi Terhadap Pekerjaan * Pendokumentasian Crosstabulation Pendokumentasian

Baik Sedang Kurang Total

Count 122 53 1 176

Baik

% of Total 42,2% 18,3% ,3% 60,9%

Count 25 53 18 96

Sedang

% of Total 8,7% 18,3% 6,2% 33,2%

Count 0 1 16 17

Persepsi Terhadap Pekerjaan

Kurang

% of Total ,0% ,3% 5,5% 5,9%

Count 147 107 35 289

Total

% of Total 50,9% 37,0% 12,1% 100,0%

Imbalan * Pendokumentasian Crosstabulation Pendokumentasian

Baik Sedang Kurang Total

Count 98 42 15 155

Baik

% of Total 33,9% 14,5% 5,2% 53,6%

Count 48 59 7 114

Sedang

% of Total 16,6% 20,4% 2,4% 39,4%

Count 1 6 13 20

Imbalan

Kurang

% of Total 0,3% 2,0% 4,5% 6,9%

Count 147 107 35 289

Total

% of Total 50,9% 37,0% 12,1% 100,0%

Kepemimpinan * Pendokumentasian Crosstabulation

Pendokumentasian Total

Baik Sedang Kurang

Kepemimpinan Baik Count 97 31 2 130

% of Total 33,6% 10,7% ,7% 45,0%

Sedang Count 46 75 7 128


(5)

Kurang Count 4 1 26 31

% of Total 1,4% ,3% 9,0% 10,7%

Total Count 147 107 35 289

% of Total 50,9% 37,0% 12,1% 100,0%

Disain Pekerjaan * Pendokumentasian Crosstabulation Pendokumentasian

Baik Sedang Kurang Total

Count 105 46 5 156

Baik

% of Total 36,3% 15,9% 1,7% 54,0%

Count 41 60 23 124

Sedang

% of Total 14,2% 20,8% 8,0% 42,9%

Count 1 1 7 9

Disain Pekerjaan

Kurang

% of Total ,3% ,3% 2,4% 3,1%

Count 147 107 35 289

Total


(6)

Regresi

Model Summary(b)

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of

the Estimate Durbin-Watson

1 ,808(a) ,653 ,643 ,415 1,903

a Predictors: (Constant), Status Perkawinan, Persepsi Terhadap Pekerjaan, Pendidikan Pegawai, Lama Bekerja, Imbalan, Disain Pekerjaan, Kepemimpinan, Motivasi

b Dependent Variable: Pendokumentasian

ANOVA(b)

Model

Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 90,440 8 11,305 65,734 ,000(a)

Residual 48,155 280 ,172

Total 138,595 288

a Predictors: (Constant), Status Perkawinan, Persepsi Terhadap Pekerjaan, Pendidikan Pegawai, Lama Bekerja, Imbalan, Disain Pekerjaan, Kepemimpinan, Motivasi

b Dependent Variable: Pendokumentasian

Coefficients(a) Unstandardized

Coefficients

Standardized Coefficients

Model B Std. Error Beta t Sig.

(Constant) ,418 ,184 2,269 ,024

Disain

Pekerjaan ,142 ,050 ,115 2,866 ,003

Kepemimpinan ,283 ,044 ,271 6,371 ,010

Imbalan ,182 ,035 ,190 5,147 ,000

Persepsi Terhadap Pekerjaan

,235 ,054 ,205 4,342 ,014

Motivasi ,415 ,051 ,360 8,116 ,000

Masa Kerja ,071 ,034 ,077 2,060 ,040

Pendidikan

Pegawai ,008 ,060 ,005 ,134 ,893

1

Status

Perkawinan ,006 ,055 ,004 ,111 ,911

a Dependent Variable: Pendokumentasian

Lampiran 6. Hasil Uji Regresi