Karakteristik Individu TINJAUAN PUSTAKA

Abd. Rahim : Pengaruh Karakteristik Individu, Faktor Psikologis Dan Organisasi Terhadap Pendokumentasian Asuhan Keperawatan Pada Instalasi Rawat Inap RSU Daerah Dr. Zainoel Abidin Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam, 2009 USU Repository © 2008 hal yang kompleks dan sukar diukur. Variabel organisasi digolongkan dalam sub variabel sumber daya, kepemimpinan, imbalan, struktur organisasi, dan disain pekerjaan. Menurut Gibson, et al. 1997, variabel organisasi memiliki efek tidak langsung terhadap perilaku dan kinerja individu. Sementara itu Ilyas 1999 mengutip pendapat Kopelman mengemukakan sub variabel imbalan akan berpengaruh untuk meningkatkan motivasi kerja yang pada akhirnya secara langsung akan meningkatkan kinerja individu. Hasil penelitian Haslinda Ilyas, 1999 yang meneliti faktor-faktor yang berhubungan dengan prestasi kerja bidan desa di Kabupaten Subang Jawa Barat menunjukkan adanya hubungan antara variabel individu, variabel psikologis dorongan dan variabel lingkungan dengan prestasi kerja bidan desa.

2.4. Karakteristik Individu

Makmuri 2004 menyebutkan bahwa manusia berperilaku baik ataupun buruk ditentukan oleh 4 empat variabel, yaitu: karakteristik biografik, kemampuan, kepribadian dan proses belajar. Karakteristik biografik pada diri individu dapat berupa: umur, jenis kelamin, status perkawinan, jumlah anggota dalam keluarga, pendapatan dan senioritas. Pernyataan ini didukung oleh Hughes dalam Atkinson 2004 yang menemukan bahwa faktor karakteristik manusia berupa umur dan jenis kelamin serta lama kerja mempengaruhi aktifitas bekerja seseorang. Pendapat lain yang dikemukakan Rakhmat 2004 salah satu faktor situasional yang mempengaruhi perilaku manusia adalah faktor-faktor sosial yang di dalamnya adalah karakteristik individu dalam populasi berupa usia, kecerdasan, dan karakteristik biologis. Pendapat Abd. Rahim : Pengaruh Karakteristik Individu, Faktor Psikologis Dan Organisasi Terhadap Pendokumentasian Asuhan Keperawatan Pada Instalasi Rawat Inap RSU Daerah Dr. Zainoel Abidin Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam, 2009 USU Repository © 2008 ini didukung oleh Dharma 2005 bahwa faktor-faktor karakteristik individu yang mempengaruhi kinerja meliputi: umur, jenis kelamin, pendidikan, lama kerja, dan penempatan kerja. Mathias dan Jackson 2002 menyatakan bahwa banyak faktor yang dapat mempengaruhi kinerja dari individu yaitu kemampuan mereka, motivasi, dukungan yang diterima, keberadaan pekerjaan yang mereka lakukan dan hubungan mereka dengan organisasi. Sementara Suprihanto 2000 menyatakan karakteristik individu berupa sejumlah faktor seperti: bakat, pendidikan dan pelatihan, lingkungan dan fasilitas, iklim kerja, motivasi dan kemampuan hubungan industrial, teknologi, manajemen, kesempatan berprestasi dan sebagainya. Menurut Makmuri 2004 ada 3 tiga faktor yang perlu diperhatikan dalam karakteristik individu yaitu: minat interest, sikap attitudes dan kebutuhan needs. Minat merupakan sesuatu yang menarik perhatian seseorang untuk berbuat, biasanya dimulai rangsangan eksternal misalnya; uangmakan yang selanjutnya mempengaruhi perilaku dalam bekerja. Besar kecilnya minat seseorang melakukan pekerjaan tersebut, rasa puas melakukan pekerjaan dan perasaan aman bila bekerja di tempat tersebut sehingga tidak terlintas untuk pindah. Menurut Ilyas 1999 yang mengutip pendapat Kopelman bahwa karakteristik individu mencakup: 1. Umur, berkaitan erat dengan tingkat kedewasaan atau maturitas seseorang. Kedewasaan adalah tingkat kedewasaan teknis dalam melaksanakan tugas-tugas, maupun kedewasaan psikologis. Menurut Wexley dan Yuki 1977 pekerja usia Abd. Rahim : Pengaruh Karakteristik Individu, Faktor Psikologis Dan Organisasi Terhadap Pendokumentasian Asuhan Keperawatan Pada Instalasi Rawat Inap RSU Daerah Dr. Zainoel Abidin Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam, 2009 USU Repository © 2008 20–30 tahun mempunyai motivasi kerja relatif lebih rendah dibandingkan pekerja yang lebih tua, karena pekerja yang lebih muda belum berpijak pada landasan realitas, sehingga sering mengalami kekecewaan dalam bekerja. Hal ini dapat menyebabkan rendahnya kinerja dan kepuasan kerja. Menurut Siagian 1995 semakin lanjut usia seseorang semakin meningkat pula kedewasaan teknisnya, demikian juga kedewasaan psikologis akan menunjukkan kematanagan jiwanya. Usia yang semakin meningkat akan meningkat pula kemampuan seseorang dalam mengambil keputusan, berpikir rasional, mengendalikan emosi, dan toleransi terhadap pandangan orang lain, sehingga berpengaruh terhadap peningkatan motivasinya. 2. Jenis kelamin, diasumsikan bahwa bukan perbedaan jenis kelamin itu sendiri yang menyebabkan perbedaan kinerja, tetapi berbagai faktor berkaitan dengan jenis kelamin misalnya perbedaan mendapatkan formasi, besarnya gaji dan lain- lain. Menurut Ilyas 1999 mengutip pendapat Shye, menyebutkan bahwa tidak ada perbedaan produktivitas kerja antara karyawan wanita dan pria. Namun demikian jenis kelamin perlu mendapat perhatian karena sebagian besar tenaga kesehatan berjenis kelamin wanita. Pada pria dengan beban keluarga tinggi akan meningkatkan jam kerja perminggu, sebaliknya wanita dengan beban keluarga tinggi akan mengurangi jam kerja perminggu. 3. Tingkat pendidikan, latar belakang pendidikan dan masa kerja seseorang akan mempengaruhi kemampuan pemenuhan kebutuhannya sesuai dengan tingkat pemenuhan kebutuhan yang berbeda-beda yang akhirnya mempengaruhi motivasi Abd. Rahim : Pengaruh Karakteristik Individu, Faktor Psikologis Dan Organisasi Terhadap Pendokumentasian Asuhan Keperawatan Pada Instalasi Rawat Inap RSU Daerah Dr. Zainoel Abidin Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam, 2009 USU Repository © 2008 kerja seseorang Maslow, 1992. Pekerja yang mempunyai latar belakang pendidikan tinggi akan mewujudkan motivasi kerja yang berbeda dengan mereka yang berpendidikan lebih rendah. Siagian 1995 mengatakan bahwa latar belakang pendidikan mempengaruhi motivasi kerja seseorang. Karyawan yang berpendidikan tinggi motivasinya cenderung lebih baik karena telah memiliki pengetahuan dan wawasan yang lebih luas dibandingkan dengan karyawan yang berpendidikan rendah. Notoatmodjo 1992, menyebutkan melalui pendidikan seseorang dapat meningkatkan kematangan intelektual sehingga dapat membuat keputusan dalam bertindak. Simanjuntak 1985 mengatakan semakin tinggi pendidikan seseorang akan semakin tinggi produktivitas kerjanya. 4. Status perkawinan, dapat dipastikan status perkawinan berpengaruh terhadap perilaku seseorang dalam kehidupan organisasi, baik secara positif maupun negatif Siagian, 1995. Hal tersebut menunjukkan bahwa, status perkawinan seseorang turut memberikan gambaran tentang cara, dan teknik yang sesuai untuk digunakan bagi mereka yang telah berkeluarga untuk melakukan pekerjaan di luar rumah dibanding dengan mereka yang belum berkeluarga. Kondisi seperti itu memgindikasikan bahwa karyawan yang telah berkeluarga memiliki potensi untuk memperlihatkan kinerja yang berbeda dengan yang belum berkeluarga. 5. Masa kerja, adalah lamanya seseorang bekerja pada suatu organisasi. Setiap organisasi menginginkan turn overnya rendah dalam arti karyawan aktif yang lebih lama bekerja di organisasi tersebut tidak pindah ke organisasi lain, sebab dengan turn over yang tinggi menggambarkan buruknya kinerja organisasi Abd. Rahim : Pengaruh Karakteristik Individu, Faktor Psikologis Dan Organisasi Terhadap Pendokumentasian Asuhan Keperawatan Pada Instalasi Rawat Inap RSU Daerah Dr. Zainoel Abidin Propinsi Nanggroe Aceh