e-mail yang ditangani secara khusus oleh seorang staf Komnas Perempuan.
62
Komnas Perempuan juga tengah melakukan penelitian dan penyusunan laporan pemetaan kekerasan terhadap perempuan dalam
pengelolaan sumber daya alam sebagai upaya menindaklanjuti pengaduan yang berkaitan dengan kekerasan terhadap perempuan
dalam kaitannya dengan konflik sumber daya alam
63
b. Divisi Reformasi Hukum dan Kebijakan
Mandat utama dari Divisi Reformasi Hukum dan Kebijakan disingkat Divisi RHK adalah untuk mendorong lahirnya kerangka undang-undang
dan kebijakan bagi penghapusan kekerasan terhadap perempuan. Bekerja- sama dengan lembaga-lembaga penegak hukum, yang terdiri dari:
Kepolisian UPPA
64
, Kejaksaan Agung GFP, JAMPidum, JAMBin
65
, Kehakiman Mahkamah Agung: Tim Pembaruan Peradilan, Diklat, dan
Komnas Perempuan, Unit Pengaduan untuk Rujukan, httpwww.komnasperempuan. or.idaboutprogrampemantauangugus-kerja-aceh, diakses pada 20 April 2009 Pkl 15.30 WIB.
63
Komnas Perempuan, Unit Pengaduan untuk Rujukan.
64
UPPA adalah Unit Pelayanan Perempuan dan Anak. UUPA dibentuk berdasarkan Peraturan Kapolri No. 10 Tahun 2007 tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelayanan Perempuan dan Anak di
Lingkungan Kepolisian Negara RI dan Peraturan Kapolri No. 3 Tahun 2008 tentang Pembentukan Ruang Pelayanan Khusus dan Tata Cara Pemeriksaan Saksi danatau Korban Tindak Pidana. UPPA
merupakan salah satu unit di dalam lembaga kepolisian yang khusus menangani semua tindak kekerasan yang termasuk dalam tindak kriminal terhadap perempuan dan anak.
GFPGender Focal Point, JAMPidumJaksa Agung Muda Pidana Umum, dan JAMBinJaksa Agung Muda Pembinaan, merupakan para penegak hukum yang berada dalam lembaga
kejaksaan agung.
Badilag, dan Asosiasi Advokat beserta dengan organisasi perempuan dan kelompok akademisi seperti: LBH Apik Jakarta, DERAP Warapsari, dan
Pusat Kajian Wanita Universitas Indonesia.
66
Pada dasarnya Divisi RHK memiliki dua fungsi pokok yang terkait dengan mandat dari Komnas Perempuan beserta dengan program kerjanya
masing-masing, sebagai berikut: 1.
Advokasi kebijakan yang pro-perempuan.
2. Penguatan kapasitas penegak hukum.
67
c. Pengembangan Sistem Pemulihan Bagi Korban
Fungsi pokok sub komisi ini adalah menyebarluaskan pemahaman atas segala bentuk kekerasan terhadap perempuan di Indonesia, upaya-upaya
pencegahan, dan penanggulangan serta penghapusan segala bentuk Kekerasan Terhadap Perempuan KTP dengan cara mendorong negara
dan masyarakat untuk mengembangkan sistem pemulihan secara luas dan menyeluruh serta membantu organisasi pengada layanan women’s crisis
centre untuk meningkatkan kapasitasnya dalam memberikan layanan bagi
perempuan korban kekerasan .
68
Komnas Perempuan, Reformasi Hukum dan Kebijakan, httpwww.komnasperempuan .or.idaboutprogramreformasi-hukum-kebijakan, diakses pada 20 April 2009 Pkl 15.30 WIB.
Komnas Perempuan, Reformasi Hukum dan Kebijakan Komnas Perempuan, Pengembangan Sistem Pemulihan, httpwww.komnasperempuan.
or.idaboutprogrampemulihan, diakses pada 20 April 2009 Pkl 15.30 WIB.
Tantangan dalam memberikan pemulihan ini adalah, bagaimana agar korban tidak semakin merasa tertekan atau mengalami reviktimisasi
kekerasan yang berulang. Pemulihan ini harus dapat dimaknai secara luas, tidak saja intervensi yang dilakukan secara medis, hukum maupun
psiko-sosial, tetapi juga menciptakan situasi dimana perempuan korban kekerasan dapat kembali berdaya secara utuh, sehingga mampu
mengambil keputusan-keputusan dalam hidupnya dan bisa kembali menjalankan perannya ditengah masyarakat sebagai perempuan dan
warga.
69
d. Pendidikan dan Litbang