b. Unsur tidak sengaja atau karena kealpaan, unsur kedua ini dapat terjadi tanpa
disadari oleh pelaku. Misalnya karena masa lalunya pernah mengalami penganiayaan dalam keluarganya yang mempengaruhi perkembangan
kepribadiannya;
25
C. Bentuk-Bentuk dan Dampak Kekerasan Dalam Rumah Tangga
1. Bentuk-Bentuk KDRT Dari Pemetaan yang dilakukan oleh Komnas Perempuan diketahui bahwa
pengalaman kekerasan perempuan Indonesia sangat massif penyebarannya dan mengambil bentuk yang beragam. Laporan tersebut mengungkapkan adanya
beberapa bentuk kekerasan dalam rumah tangga, antara lain kekerasan fisik, psikologis, seksual dan sosial. Keberadaan beberapa bentuk kekerasan dalam
rumah tangga secara yuridis telah ditetapkan dalam undang-undang No. 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga.
26
Dalam pasal 5 disebutkan, bahwa:
“Setiap orang dilarang melakukan kekerasan dalam rumah tangga terhadap
orang dalam lingkup rumah tangganya, dengan cara: a.
kekerasan fisik;
b. kekerasan psikis;
c. kekerasan seksual;
d. penelantaran rumah tangga.”
27
25
Juwariyah, “Peran Lembaga Bantuan Hukum dalam Melakukan Advokasi Terhadap Korban KDRT Studi Analisa di LBH APIK Jakarta,” Skripsi S1 Fakultas Syariah dan Hukum,
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2008, h. 44-45.
26
Hadidjah dan La Jamaa, Hukum Islam dan Undang-undang Anti Kekerasan Dalam Rumah Tangga,
Ambon: STAIN Ambon Press, 2007, Cet.1, h. 48-49.
27
6 enam Undang-undang Republik Indonesia..., h. 56.
Bentuk kekerasan fisik tersebut dapat diklasifikasikan dalam tiga tingkatan, yakni:
a. kekerasan fisik berat, berupa penganiayaan berat seperti menendang;
memukul, menyundut, melakukan percobaan pembunuhan atau pembunuhan dan semua perbuatan lain yang dapat mengakibatkan: a cedera berat; b
tidak mampu menjalankan tugas sehari-hari; c pingsan; d luka berat pada tubuh korban dan atau luka yang sulit disembuhkan atau yang menimbulkan
bahaya mati; e kehilangan salah satu panca indera; f mendapat cacat; g menderita sakit lumpuh; h terganggunya daya pikir selama 4 minggu lebih;
i gugurnya atau matinya kandungan seorang perempuan; dan j kematian korban.
b. Kekerasan fisik ringan, berupa menampar, menjambak, mendorong, dan
perbuatan lainnya yang mengakibatkan: a cedera ringan, dan b rasa sakit dan luka fisik yang tidak masuk dalam kategori berat.
c. Melakukan repitisi pengulangan kekerasan fisik ringan dapat dimasukkan ke
dalam jenis kekerasan berat.
28
Maksudnya; kekerasan yang dilakukan berulang-ulang dapat dimasukkan ke dalam jenis kekerasan berat.
Klasifikasi bentuk-bentuk kekerasan fisik dalam rumah tangga di atas adalah menggabungkan dua jenis kategori tindak pidana pembunuhan dan tindak pidana
penganiayaan berat. Karena tujuan atau niat pelaku dalam tindak pidana tidak
28
LBH APIK Jakarta, Bentuk-Bentuk Kekerasan Dalam Rumah Tangga, http:www.lbh.apik. or.idkdrt.bentuk.htm, diakses pada 10 Mei 2009 pkl 17.30 WIB.
semata-mata untuk melukai tubuh atau menghilangkan nyawa korban tetapi lebih pada kehendak pelaku untuk mengontrol korban agar tetap dalam posisi
subordinat konteks kekerasan domestik.
29
Terjadinya kekerasan fisik dalam rumah tangga melalui pukulan memang terjadi pada hampir semua kawasan, bukan saja Indonesia tetapi juga di Amerika
Serikat. Dari hasil polling di Amerika pada tahun 1987 yang dilakukan oleh Dr. Jon Perert, Guru Besar mata kuliah Ilmu Jiwa di Universitas Caroline
menunjukkan bahwa 89 kaum laki-laki memukul kaum perempuan, terutama mereka yang sudah menikah.
30
Karakteristik kekerasan psikis dalam rumah tangga disebutkan dalam pasal 7 undang-undang No. 23 Tahun 2004 tentang
PKDRT, bahwa: Kekerasan psikis sebagaimana dimaksud dalam pasal 5 huruf b adalah perbuatan
yang mengakibatkan ketakutan, hilangnya rasa percaya diri, hilangnya kemampuan untuk bertindak, rasa bertindak berdaya, danatau penderitaan psikis
berat pada seseorang.
31
Pembuktian kekerasan psikis harus didasarkan pada dua aspek secara terintegrasi; 1 tindakan yang diambil pelaku; 2 implikasi psikologis yang
dialami korban. Diperlukan keterangan psikologis atau psikiatris yang tidak saja menyatakan kondisi psikologis korban tetapi juga uraian penyebabnya.
LBH APIK Jakarta, Bentuk-Bentuk Kekerasan dalam Rumah Tangga.
30
Hadidjah dan La Jamaa, Hukum Islam dan Undang-undang Anti Kekerasan Dalam Rumah Tangga,
Ambon: STAIN Ambon Press, 2007, Cet.1 h. 51. 6 enam Undang-undang Republik Indonesia , Pornografi, Perlindungan Saksi dan
Korban, Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga, Hak Asasi Manusia, Pengadilan Anak Jakarta: BP. Panca Usaha, 2009, h. 56-57.
Dalam pasal 8 UU Penghapusan KDRT disebutkan karakteristik kekerasan seksual yaitu:
Kekerasan seksual sebagaimana dimaksud dalam pasal 5 huruf c meliputi: a.
Pemaksaan hubungan seksual yang dilakukan terhadap orang yang menetap dalam lingkup rumah tangga tersebut;
b. Pemaksaan hubungan seksual terhadap salah seorang dalam lingkup rumah
tangga dengan orang lain untuk tujuan komersial danatau tujuan tertentu.
32
Menurut LBH APIK Jakarta, bahwa kekerasan seksual bisa dibuktikan bila melakukan hal-hal seperti: memaksa melakukan hubungan suami istri, padahal
istri sedang tidak mau karena kondisi tubuh yang tidak memungkinkan, tidak memberikan nafkah batin kepada istri, melakukan hubungan seksual dengan cara-
cara yang tidak wajar, memaksa istri melakukan hubungan dengan orang lain, hingga menelanjangi istri dengan paksa.
33
Berdasarkan hasil penelitian dan kasus yang pernah ditangani LBH APIK Jakarta, kasus pemaksaan hubungan seksual berupa: 1 pemaksaan hubungan
seksual sesuai selera seksual suami. Seperti: anal seks memasukkan penis ke dalam anus, oral seks, dan bentuk-bentuk hubungan seksual lainnya yang tidak
dikehendaki istri; 2 pemaksaan hubungan seksual saat istri tertidur; 3 pemaksaan hubungan seksual berkali-kali dalam satu waktu yang sama; 4
pemaksaan hubungan seksual oleh suami yang sedang mabuk atau menggunakan obat perangsang untuk memperpanjang hubungan intim; 5 memaksa istri
32
Ibid., h. 57.
33
Hadidjah dan La Jamaa, Hukum Islam dan Undang-undang Anti Kekerasan Dalam Rumah Tangga,
Ambon: STAIN Ambon Press, 2007, Cet.1, h. 54.
mengeluarkan suara rintihan untuk menambah gairah seksual; 6 pemaksaan hubungan seksual saat istri sedang haidmenstruasi; 7 pemaksaan hubungan
seksual dengan menggunakan kekerasan psikis seperti mengeluarkan ancaman serta caci maki; dan 8 melakukan kekerasan fisik atau hal-hal yang menyakiti
fisik istri.
34
Kasus suami menjual istri kepada orang lain atau memaksa istri menjadi pelacur untuk tujuan komersial, seperti kasus Yudhi yang menjual istrinya, Rini
Sundari dengan tarif minimal Rp. 300.000 sekali pakai. Hasil penjualan itu digunakan Yudhi untuk berfoya-foya. Ini menunjukkan bahwa analisis LBH
APIK Jakarta bukan fantasi semata namun berdasarkan fakta aktual di lingkungan kehidupan masyarakat Indonesia.
35
2. Dampak Kekerasan Dalam Rumah Tangga