Pengertian Sanksi Pidana Macam-Macam Sanksi Pidana Uqubah
dan mencegah diri orang lain dari perbuatan yang demikian.
7
Dalam hukum Islam, penjatuhan hukuman juga bertujuan membentuk masyarakat yang baik
yang dikuasai rasa saling menghormati dan mencintai antara sesama anggotanya dengan mengetahui batas-batas hak dan kewajibannya.
Hukuman dapat dibagi menjadi beberapa golongan menurut segi tinjauannya: 1 Berdasarkan Pertalian Satu Hukuman dengan Lainnya, maka hukuman
dapat dibagi menjadi empat: a. Hukuman pokok al-uqubah al-Asliyyah, hukuman pokok yaitu
hukuman yang telah ditetapkan pada satu tindak pidana, seperti hukuman qisas bagi tindak pidana pembunuhan, hukuman rajam
bagi pelaku tindak pidana zina, dan hukuman potong tangan bagi tindak pidana pencurian;
8
b. Hukuman pengganti al-Uqubah al-Badaliyah, yaitu hukuman yang menggantikan hukuman pokok apabila hukuman pokok tidak
dapat dilaksanakan karena adanya alasan yang syar’i; c. Hukuman tambahan al-‘Uqubah al-Tabaiyyah, yaitu hukuman
yang mengikuti hukuman pokok tanpa memerlukan keputusan sendiri;
7
Ahmad. Hanafi, Asas-Asas Hukum Pidana Islam, Jakarta: Bulan Bintang, 2005, cet. Ke-6, h. 191
8
Ahsin Sakho Muhammad, Ensikopedi Hukum Pidana Islam, Jakarta: Karisma Ilmu, 2007, jld III, cet. Ke-1, h. 39
d. Hukuman pelengkap al-‘Uqubah al-Taklimiyyah, yaitu hukuman yang mengikuti hukuman pokok dengan adanya putusan tersendiri
dan hakim. 2 Berdasarkan Kekuasaan Hakim dalam Menentukan Bentuk dan Jumlah
Hukuman, maka hukuman dapat dibagi dua; a. Hukuman yang hanya memiliki satu batas, artinya tidak memiliki
batas tertinggi atau batas terendah. Hukuman ini tidak dapat dikurangi atau ditambah meskipun pada dasarnya bisa ditambah
atau dikurangi; b. Hukuman yang memiliki dua batas, yaitu batas tertinggi dan batas
terendah. Dalam hal ini hakim diberi kekuasaan untuk memilih hukuman sesuai antara kedua batas tersebut.
3 Berdasarkan Kewajiban Menjatuhkan Suatu Hukuman, dalam hal ini
ada dua macam hukuman, yaitu: a. Hukuman yang telah ditentukan bentuk dan jumlahnya, yaitu
hukuman yang telah ditetapkan jenisnya dan telah dibatasi oleh syar’i Allah dan Rasul-Nya;
b. Hukuman yang tidak ditentukan bentuk jumlahnya, yaitu hukuman yang diserahkan kepada hakim untuk memilihnya dari sekumpulan
hukuman yang dianggap sesuai dengan keadaan tindak pidana serta pelaku.
4 Berdasarkan Tempat Dilakukannya Hukuman, hukuman ini dibagi menjadi tiga, yaitu:
a. Hukuman badan Uqubah Badaniyah, yaitu hukuman yang dijatuhkan atas badan si pelaku, seperti hukuman mati, dera, dan
penjara; b. Hukuman Jiwa Uqubah Nafsiyyah, yaitu hukuman yang
dijatuhkan atas jiwa si pelaku. Contohnya hukuman nasihat, celaan, dan ancaman;
c. Hukuan Harta Uqubah Maliyyah, yaitu hukuman yang ditimpakan pada harta pelaku, seperti hukuman diyat, denda, dan biaya
administrasi.
9
5 Berdasarkan Macamnya Tindak Pidana yang Diancamkan Hukuman, adapun rincian hukuman tersebut adalah sebagai berikut:
a. Hukuman yang telah ditetapkan terhadap tindak pidana hudud. Hukuman hudud terbagi menjadi tujuh macam, sesuai dengan
bilangan tindak pidana hudud, yaitu: a Zina;
b Qazaf;
c Meminum minuman keras; d Mencuri;
9
Ibid., h. 40
e Melakukan hirabah gangguan keamanan; f Murtad;
g Memberontak. Hukuman yang ditetapkan terhadap segala tindak pidana tersebut
adalah had hudud. Huhud adalah hukuman yang telah ditetapkan sebagai hak Allah SWT atau hukuman yang telah ditetapkan untuk
kemaslahatan masyarakat. Dikatakan sebagai hak Allah karena hukuman ini tidak dapat digugurkan, baik oleh individu maupun
masyarakat. Para fuqaha menjadikan suatu hukuman sebagai hak Allah SWT ketika kemaslahatan masyarakat menuntut demikian, yakni
menghilangkan kerusakan dari manusia dan mewujudkan pemeliharaan dan ketentraman untuk mereka.
10
a Hukuman Zina Dalam hukum Islam hukuman atas tindak pidana zina ada tiga:
− Jilid cambuk atau dera;
− Taghrib diasingkan − Rajam.
Hukuman dera dan pengasingan ditetapkan bagi pelaku zina ghairu muhsan
belum pernah menikah, sedangkan rajam ditetapkan bagi pelaku zina muhsan pelaku yang sudah melakukan
10
Ibid., h. 41
hubungan seksual melalui pernikahan yang sah. Apabila keduanya ghairu muhsan
, hukumannya adalah dibuang, tetapi jika keduanya muhsan
hukumannya adalah rajam. Apabila salah satunya muhsan sedangkan yang lain ghairu muhsan, pelaku pertama dijatuhi
hukuman rajam, sedangkan yang ghairu muhsan dijatuhi hukuman cambuk.
b Hukuman Qazaf menuduh orang baik-baik melakukan zina tanpa
bukti yang jelasfitnah Dalam hukum Islam tindak pidana qazaf dikenai hukuman:
− Hukuman Pokok Berupa Hukuman Dera;
− Hukuman Tambahan Berupa Tidak Diterima Persaksian. Dasar hukum qazaf adalah firman Allah SWT dalam Q.S AnNur
24:4.
Ο δρ‰=_ù ™‰κ− πè‘ θ?ƒ Ο9 ΝO M≈ΨÁsϑ9 βθΒ ƒ ⎦⎪ρ
βθ¡≈9 Νδ 7×≈9ρρ ‰ ο‰≈κ− Νλ; θ=7? ρ ο_ ⎦⎫Ζ≈ΚO ω
: ر
ّﻮ ﻨﻟا
∩⊆∪
Artinya: ‘‘Dan orang-orang yang menuduh wanita-wanita yang
baik-baik berbuat zina dan mereka tidak
mendatangkan empat orang saksi, Maka deralah mereka yang menuduh itu delapan puluh kali dera,
dan janganlah kamu terima kesaksian mereka buat selama-lamanya. dan mereka Itulah orang-orang yang
fasik.’’
c Hukuman Meminum Minuman Keras − Hukuman Dera
Hukum Islam menjatuhkan delapan puluh kali dera bagi pelaku tindak pidana meminum minuman keras. Ini merupakan hukuman
yang memiliki satu batas karena hakim tidak dapat mengurangi, manambah, atau menggantinya dengan hukuman yang lain.
d Hukuman Pencurian − Hukuman Potong Tangan dan Kaki
Hukum Islam mengancam hukuman potong tangan dan kaki bagi pelaku tindak pidana pencurian.
11
e Hukuman Gangguan Keamanan Hirabah −
Hukuman Mati Hukuman ini wajib dijatuhkan kepada pengganggu keamanan
yang melakukan pembunuhan. Hukuman ini adalah hukuman hudud
, bukan qisas, sehingga tidak bisa dimaafkan oleh wali korban.
− Hukuman Mati Disalib Hukuman ini wajib dijatuhkan terhadap pengganggu keamanan
yang melakukan pembunuhan dan perampasan harta. Jadi hukuman ini dijatuhkan atas pembunuhan dan pencurian harta sekaligus.
12
11
Ibid., h. 57
− Pemotongan Anggota Badan al-Qat’u Hukuman ini harus dijatuhkakn kepada pelaku hirabah
gangguan keamanan jika ia mengambil harta, tetapi tidak melakukan pembunuhan.
− Hukuman Pengasingan pembuangan Hukuman ini ditetapkan bagi pelaku hirabah apabia ia hanya
menakut-nakuti orang, tetapi tidak mengambil harta dan tidak membunuh.
f Hukuman Tindak Pidana Murtad −
Hukuman Mati Hukum Islam menjatuhkan hukuman mati kepada pelaku murtad
karena perubahan itu ditujukan terhadap agama Islam sebagai sistem sosial masyarakat. Sikap menggampangkan dan
ketidaktegasan dalam menghukum tindak pidana murtad mengakibatkan terguncangnya sistem masyarakat tersebut. Karena
itu, tindak pidana ini dijatuhi hukuman terberat untuk menumpas para pelakunya untuk melindungi masyarakat dan sistem sosial
mereka dari satu sisi sebagai peringatan dan pencegahan umum dari sisi lainnya.
13
12
Ibid., h. 61
13
Ibid., h. 65
− Perampasan Harta musadarah Hukuman tambahan bagi pelaku tindak pidana murtad adalah
perampasan harta pelakunya. g Hukuman pemberontakan
Tindak pidana pemberontakan ditujukan kepada sistem hukum dan pelaksanaannya. Dalam hal ini hukum Islam bersikap keras
karena apabila bersikap memudahkan, akan timbul fitnah, kekacauan, dan ketidakstabilan yang pada akhirnya akan
menyebabkan kemunduran dan kehancuran masyarakat umum. b. Hukuman Tindak Pidana-Tindak Pidana Qishas-Diat
Tindak pidana
qishash-diat itu ada lima macam, yaitu:
1 Pembunuhan disengaja; 2 Pembunuhan menyerupai disengaja;
3 Pembunuhan karena kesalahan tidak disengaja; 4 Penganiayaan disengaja; dan
5 Penganiayaan karena tidak disengaja. Adapun hukuman yang telah ditetapkan untuk pelaku tindak
pidana ini adalah: a Qishash;
b Diat; c Kifarat;
d Hilangnya hak waris dan hak wasiat.
14
Adapun hukuman-hukuman yang diancamkan terhadap tindak pidana tersebut adalah qishash, diat, kafarat, hilangnya hak
mewaris, dan hilangnya hak menerima wasiat. a Hukuman qishash
Pengertian qishash adalah menghukum pelaku seperti apa yang telah diakukannya terhadap korban, pelaku dibunuh apabila ia
membunuh dan dilukai apabila ia melukai. b Hukuman diat
Diat adalah hukuman pokok untuk tindak pidana pembunuhan dan penganiayaan menyerupai sengaja dan tidak sengaja khata’.
Sumber hukuman ini di antaranya adalah: Q.S An-Nisa 4:92.
ΨΒσΒ ≅F ⎯Βρ ↔Üz ω ΖΒσΒ ≅Fƒ β ⎯Βσϑ9 χ. Βρ θ‰Áƒ β ω ⎯δ ’ πϑ=¡Β πƒŠρ πΨΒσΒ π7‘ ƒ sGù ↔Üz
∩®⊄∪ ٩
: ءﺎ
ّﺴ ﻨﻟ
ا
Artinya: ‘‘Dan tidak layak bagi seorang mukmin membunuh seorang
mukmin yang lain, kecuali Karena tersalah Tidak sengaja, dan barangsiapa membunuh seorang mukmin
Karena tersalah hendaklah ia memerdekakan seorang hamba sahaya yang beriman serta membayar diat yang
diserahkan kepada keluarganya si terbunuh itu,
14
Ahmad Wardi Muslich, Pengantar dan Asas Hukum Pidana Islam: Fikih Jinyah, Jakarta: Sinar Grafika, 2004, cet. Ke-1, h. 154
kecuali jika mereka keluarga terbunuh bersedekah...
‘‘
Meskipun bersifat hukuman, namun diat merupakan harta yang diberikan kepada korban atau keluarganya, bukan kepada
perbendaharaan negara. c Hukuman kifarat
Kifarat adalah hukuman pokok berupa memerdekakan seorang hamba mukmin. Apabila tidak bisa mendapatkan hamba tersebut
atau tidak bisa memperoleh uang seharganya, ia harus berpuasa selama dua bulan berturut-turut.
15
Hukuman kifarat dijatuhkan atas pembunuhan karena kekeliruan tidak sengaja dan menyerupai
sengaja. Hal ini didasarkan firman Allah SWT dalam Q.S An-Nisa 4:92
χ.ρ ⎯Β πθ? ⎦⎫èFFΒ ⎦⎪ γ© Π‹Áù ‰fƒ Ν9 ⎯ϑù ∩®⊄∪ ϑŠ6m ϑŠ=ã
٩ :
ءﺎ ّﺴ
ﻨﻟا
Artinya: ‘‘barangsiapa yang tidak memperolehnya, Maka hendaklah
ia si pembunuh berpuasa dua bulan berturut-turut untuk penerimaan Taubat dari pada Allah. dan adalah
Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana.’’
15
Sakho Muhammad, Ensikopedi Hukum Pidana Islam, h. 80
d Pencabutan hak waris dan wasiat Pencabutan hak waris dan hak wasiat adalah hukuman tambahan, di
samping hukuman pokok untuk tindak pidana pembunuhan. c. Hukuman yang Telah Ditetapkan Terhadap Tindak Pidana Takzir
Hukuman takzir adalah hukuman pendidikan atas dosa-dosa atau memberi pengajaran
ﺐ دﺄ
ﺘﻟا
at-Ta’dib .
16
Hukuman takzir adalah hukuman untuk jarimah-jarimah takzir. Jarimah takzir jumlahnya
sangat banyak, karena mencakup semua perbuatan maksiat yang hukumannya belum ditentukan oleh syara’ dan diserahkan kepada ulil amri
untuk mengaturnya. Jenis-jenis hukuman takzir ini adalah sebagai berikut:
a Hukuman mati Meskipun tujuan diadakannya hukuman takzir adalah untuk
memberi pengajaran dan tidak boleh sampai membinasakan, namun kebanyakan para fuqaha membuat suatu pengecualian, yaitu
dibolehkannya hukuman mati, apabila hukuman itu dikehendaki oleh kepentingan umum. Dalam hal ini penguasa ulil amri harus
menentukan jenis-jenis jarimah yang dapat dijatuhi hukuman mati.
16
Hanafi, Asas-Asas Hukum Pidana Islam, h. 8
b Hukuman dera jilid Hukuman dera merupakan salah satu hukuman pokok dalam
hukum Islam dan juga merupakan hukuman yang ditetapkan untuk tindak pidana takzir. Hukuman ini bahkan merupakan hukuman
yang diutamakan bagi tindak pidana takzir berbahaya. Sebab-sebab pegutamaan hukuman tersebut adalah beberapa hal berikut:
− Hukuman jilid lebih banyak berhasil dalam memberantas para penjahat yang biasa melakukan tindak pidana;
− Hukuman jilid mempunyai batas, yaitu batas tertinggi dan batas terendah, sehingga hakim bisa memilih jumlah dera yang terletak
antara keduanya yang sesuai dengan tindak pidana dan keadaan diri pelaku sekaligus;
− Biaya pelaksanaan tidak merepotkan keuangan negara. Di samping itu hukuman tersebut tidak mengganggu kegiatan usaha
terhukum, sehingga keluarga tidak terlantar, karena hukuman jilid bisa dilaksanakan seketika dan setelah itu terhukum bisa
bebas; − Dengan hukuman jilid, pelaku dapat terhindar dari akibat-akibat
buruk hukuman penjara, seperti rusaknya akhlak dan kesehatan.
c Hukuman kawalan penjara kurungan Dalam syariat Islam ada dua macam hukuman kawalan, yaitu
hukuman kawalan terbatas dan hukuman kawalan tidak terbatas. Pengertian terbatas dan tidak terbatas dalam konteks ini adalah dari
segi waktu. − Hukuman kawalan terbatas
Hukuman kawalan terbatas ini paling sedikit adalah satu hari, sedangkan batas tertingginya tidak ada kesepakatan para fuqaha.
Hukuman kawalan tidak terbatas Orang yang dikena hukuman kawalan tidak terbatas ini adalah
orang yang berbahaya, orang yang terbiasa melakukan tindak pidana. Hukuman kawalan tidak terbatas tidak ditentukan masanya
terlebih dahulu, melainkan dapat berlangsung terus sampai terhukum mati atau melakukan taubat dan pribadinya menjadi baik.
d Hukuman pengasingan Masa pengasingan dalam jarimah takzir menurut Syafi’iyah dan
Hanabilah, tidak boleh lebih dari satu tahun, agar tidak melebihi masa pengasingan dalam jarimah zina yang merupakan hukuman
had. Sedangkan menurut Imam Abu Hanifah, masa pengasingan bisa lebih dari satu tahun, sebab pengasingan di sini merupakan
hukuman takzir, bukan hukuman had. Pendapat ini juga
dikemukakan oleh Imam Malik, akan tetapi tidak mengemukakan batas waktunya dan menyerahkan hal itu kepada pertimbangan
penguasa hakim.
17
e Hukuman salib Untuk hukuman takzir, hukuman salib sudah pasti tidak
dibarengi atau didahului oleh hukuman mati. Si terhukum disalib hidup-hidup dan tidak dilarang makan dan minum, tidak dilarang
wudhu untuk mengerjakan shalat, tetapi terhukum shalat dengan cara isyarat.
f Hukuman peringatan al-Waz’u dan hukuman yang lebih ringan darinya
Dalam hukum Islam, hukuman peringatan termasuk kategori hukuman takzir. Hakim hanya boleh menghukum pelaku dengan
hukuman perigatan bila hukuman ini cukup membawa hasil, yakni memperbaiki diri pelaku dan mencagahnya untuk mengulangi
perbuatannya berefek jera. g Hukuman pengucilan al-hajr
Di antara hukuman takzir adalah hukuman pengucilan sebagai hukuman yang dijatuhkan kepada istri, sebagaimana termaktub
dalam Q.S An-Nisa 4:34.
17
Muslich, Pengantar dan Asas Hukum Pidana Islam, h. 160
’ û ⎯δρ fδρ ∅δθàèù ∅δ—θ±Σ βθùƒB ©L≈9ρ
: ءﺎ
ّﻨ ا
∩⊂⊆∪ ⎯δθÑρ ì_Òϑ9
Artinya: ‘‘wanita-wanita yang kamu khawatirkan nusyuznya, Maka
nasehatilah mereka dan pisahkanlah mereka di tempat
tidur mereka, dan pukullah mereka. ‘‘
h Hukuman teguran Taubikh Hukuman takzir dalam hukum Islam antara lain adalah hukuman
teguranpencelaan taubikh. Apabila hakim memandang bahwa hukuman teguran dapat memperbaiki dan mendidik terpidana,
cukup baginya untuk menjatuhkan hukuman taubikh kepadanya. i Hukuman ancaman Tahdid
Hukuman ancaman Tahdid juga termasuk di antara hukuman takzir, dengan syarat bukan ancaman kosong dan hukumam ini akan
membawa hasil serta dapat memperbaiki keadaan terpidana dan mendidiknya. Hukuman tahdid antara lain dengan ancaman apabila
terpidana mengulangi perbuatannya, ia akan didera, dipenjara, atau dijatuhi hukuman yang lebih berat.
j Hukuman penyiaran nama pelaku Tasyhir Tasyhir adalah mengumumkan tindak pidana pelaku kepada
publik. Hukuman tasyhir dijatuhkan atas tindak pidana yang terkait dengan kepercayaan, seperti kesaksian palsu dan penipuan.
k Hukuman-hukuman lainnya Hukuman yang telah disebutkan di atas adalah hukuman takzir
terpenting yang bersifat umum dan dapat diterapkan pada setiap tindak pidana. Selain hukuman tersebut, ada beberapa bentuk
hukuman yang tidak bersifat umum dan tidak dapat diterapkan pada semua jenis tindak pidana, antara lain:
− Dicabut dari hak kepegawaian pemecatanal-azlu minal
wazifah − Pencabutan hak-hak tertentu al-Hirman
Artinya, sebagian hak terpidana yang ditetapkan oleh hukum Islam dicabut, seperti hak menduduki suatu jabatan, memberikan
kesaksian, tercabutnya hak mendapat rampasan perang, gugurnya hak mendapatkan nafkah bagi isteri yang nusyuz, dan sebagainya.
− Perampasan hartamateriil al-musadarah
Perampasan yang dilakukan meliputi penyitaan barang bukti tindak pidana dan barang terlarang.
− Pemusnahan izalah Dalam hal ini termasuk memusnahkan bekaspengaruh tindak
pidana atau perbuatan yang diharamkan, seperti melenyapkan
bangunan yang berada di jalanan umum dan melenyapkan botolbotol minuman keras.
l Hukuman denda al-Gharamah Suatu hal yang disepakati oleh fuqaha bahwa hukum Islam
menghukum sebagian tindak pidana takzir dengan denda. Para fuqaha masih berbeda pendapat tentang digunakannya hukuman
denda bsebagai hukuman untuk setiap jarimah. Sebagian ada yang membolehkan dan sebgian lagi tidak membolehkannya. Di antara
ulama yang membolehkannya adalah Imam Abu Yusuf, Imam
Syafi’i, Imam Malik, dan Imam Ahmad. Sedangkan yang tidak
membolehkannya adalah Imam Abu Hanifah dan Imam Muhammad bin Hasan.
18