B. Lingkungan Hidup Menurut Konsepsi Islam
Di dalam Islam, masalah lingkungan hidup tidak hanya terbatas pada masalah sampah, pencemaran, penghutanan kembali maupun sekedar pelestarian alam. tetapi
lebih dari itu semua, masalah lingkungan hidup merupakan bagian dari suatu pandangan hidup, sebab ia merupakan kritik terhadap kesenjangan yang diakibatkan
oleh pengurasan energi dan keterbelakangan yang diakibatkan oleh pengejaran pertumbuhan ekonomi yang optimal dan konsumsi yang maksimal.
Dengan kata lain lingkugan hidup berkaitan dengan pandangan dan sikap hidup manusia untuk melihat dirinya sendiri maupun pada titik pengertian yang demikian
inilah norma-norma fiqih yang merupakan penjabaran dari nilai-nilai dasar Al-Qur
’an
dan Sunnah.
11
Alam semesta lingkungan hidup adalah karunia yang diberikan oleh Allah SWT kepada manusia, di mana alam semesta beserta segala isinya diciptakan oleh
sang Khaliq untuk kelangsungan hidup manusia di muka bumi. Allah SWT memberikan langit, bumi, air, tumbuh-tumbuhan, laut, sungai dan segala keperluan
hidup manusia dengan tujuan agar manusia dapat hidup dan menikmati segala fasilitas yang Allah SWT berikan.
11
Ali Yafie, Menggagas Fiqih Sosial Dari Soal Lingkungan Hidup, Asuransi, Hingga Ukhuwah, Bandung: Mizan, 1995, cet. Ke- 5, h. 133
Seperti firman-Nya dalam Q.S. Ibrahim 14 ayat 32-34 yang berbunyi:
⎯ Β ⎯μ l zù ™Β ™ϑ¡9
Ν 39 ‚™ρ ⎯ν Β s79 ’û
∩ ⊂⊂∪ ‘κ]9ρ ≅‹9 Ν39
‚™ρ ⎯≈¡Σ} χ δθÁtB ω
∅Β Α“Ρρ Ú‘{ρ N≡θ≈ϑ¡9 ,={ “
“ fG9 =9 Ν39 ‚™ρ Ν39 —‘ N≡ ϑV9
⎦⎫7←Š ϑ9ρ §ϑ±9 Ν39 ‚™ρ ∩⊂⊄∪ ≈γΡ{ MϑèΡ ρ‰è? βρ νθϑG9™ Β ≅2 ⎯Β Ν39?™ρ
- :
ﺎه ﺮ
ﺑإ ∩⊂⊆∪ ‘2 Πθ=à9
Artinya: ‘‘Allah-lah yang Telah menciptakan langit dan bumi dan menurunkan
air hujan dari langit, Kemudian dia mengeluarkan dengan air hujan itu berbagai buah-buahan menjadi rezki untukmu; dan dia Telah menundukkan bahtera bagimu
supaya bahtera itu, berlayar di lautan dengan kehendak-Nya, dan dia Telah menundukkan pula bagimu sungai-sungai. Dan dia Telah menundukkan pula
bagimu matahari dan bulan yang terus menerus beredar dalam orbitnya; dan Telah menundukkan bagimu malam dan siang. Dan dia Telah memberikan kepadamu
keperluanmu dan segala apa yang kamu mohonkan kepadanya. dan jika kamu menghitung nikmat Allah, tidaklah dapat kamu menghinggakannya. Sesungguhnya
manusia itu, sangat zalim dan sangat mengingkari nikmat Allah. ’’
Dalam ayat di atas sangat jelas bahwa alam semesta dan segala isinya merupakan fasilitas yang diberikan oleh Allah SWT kepada makhluknya di bumi khususnya umat
manusia. Nikmat yang tidak ternilai dan sangat besar. Dengan karunia-Nya Allah SWT memerintahkan kepada manusia untuk memanfaatkan segala faslitas yang
sudah tersedia, karena Allah menganggap bahwa manusia sudah diberi kelebihan yang tidak diberikan kepada makhluk lain. Allah juga memberikan wewenang kepada
manusia agar mengelola bumi ini dengan sebaik-baiknya, karena kedudukan manusia
adalah sebagai khalifah di muka bumi. Dengan mengelola dan menjaga bumi dari kerusakan berarti manusia sudah dapat mewujudkan tugasnya sebagai khalifah.
Kendatipun manusia diberi kewenangan untuk mengolah isi alam semesta ini, namun tidak berarti manusia memiliki kekuasaan tak terbatas terhadap alam semesta
dan segala isinya. Bahkan sebaliknya, justru manusia harus menjaga kelestarian alam agar tidak dirusak, dieksploitasi dan dicemari secara liar, karena pencemaran dan
kerusakan lingkungan hidup dapat mangakibatkan hilangnya manfaat lingkungan hidup itu sendiri bagi manusia.
Allah SWT telah memerintahkan kepada manusia untuk memperlakukan bumi dengan ramah, memperbaikinya, dan tidak membuat kerusakan di atasnya. Semua itu
merupakan bentuk pemenuhan amanah kekhilafahan yang diemban, dengan mensyukuri nikmat-Nya, serta melaksanakan di atasnya. Dalam hal ini juga manusia
berbuat baik terhadap bumi, maka bumi akan bebuat baik pula terhadap kita. Karena sesuatu yang baik untuk yang baik pula. hal tersebut dijelaskan dalam Q.S. Al-A
’raf
7:58
79≡‹2 ‰3Ρ ω l ƒ† ω ]7z “ρ ⎯μ‘ βŒ …μ?6Ρ l ƒ† =‹Ü9 79ρ :
ﺎﺮ ﻷ
ا ∩∈∇∪ βρ 3±„ Θθ9 M≈ƒψ ∃ÇΡ
Artinya: ‘‘Dan tanah yang baik, tanaman-tanamannya tumbuh subur dengan
seizin Allah; dan tanah yang tidak subur, tanaman-tanamannya Hanya tumbuh merana. Demikianlah kami mengulangi tanda-tanda kebesaran kami bagi orang-
orang yang bersyukur. ’’
Dari ayat di atas, dapat kita lihat bahwa bentuk perlakuan yang baik yang teragung adalah pencegahan terhadap segala bentuk pencemaran dan perusakan yang
dapat mematikan segala potensi baik dan berkah dalam tanah yang teah diciptakan Allah SWT sesuai dengan fitrahnya. Dan manusia tidak dibenarkan mengubah fitrah
tanah yang telah digariskan oleh Allah SWT. Karena segala penyimpangan dari fitrah dalam bidang apapun merupakan bentuk pengerusakan yang dilarang.
Dalam peranannya sebagai khalifah, manusia yang harus mengurus,
memanfaatkan, dan memelihara, baik langsung maupun tidak langsung amanah dari Allah SWT berupa bumi dan segala isinya, seperti gunung-gunung, laut, air, awan,
dan angin, tumbuh-tumbuhan, sungai, binatang-binatang justru banyak tingkah lakunya yang tidak diimbangi dengan pemikiran akan masa depan kehidupan generasi
berikutnya. Banyak kemajuan yang diraih oleh manusia membawa dampak buruk terhadap kelangsungan lingkungan hidup.
Jika kita membuka kitab suci Al-Qur’an dan mengkajinya, sebenarnya di dalam Al- Qur’an tersebut sebuah ayat yang menerangkan bahwa bencana alam dan krisis
lingkungan adalah ulah dari manusia itu sendiri. Hal demikian diterangkan dalam Q.S. Ar-Rum 30:41
θ=Ηå “ Ùè Νニ‹9 ¨Ζ9 “‰ƒ M6¡ ϑ s79ρ 99 ’û Š¡9 γß .
: ّﻮ
ﺮ ا
∩⊆⊇∪ βθè_ ƒ Νγ=è9
Artinya: “Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan Karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari
akibat perbuatan mereka, agar mereka kembali ke jalan yang benar.”
Ayat di atas menerangkan bahwa, terjadinya kerusakan di muka bumi ini adalah disebabkan oleh ulah tangan manusia, dan pada akhirnya akan memberikan dampak
buruk bagi manusia itu sendiri. Bencana yang datang silih berganti mengringi kerusakan alam yang semakin hari semakin parah ini bukan salah siapapun.
Melainkan salah dari manusia itu sendiri. Sebagai contoh, perilaku manusia yang merusak hutan berakibat pada banjir yang merenggut nyawa dan meleyapkan harta
benda manusia. Ketika bencana alam itu datang, manusia seharusnya menyadari kesalahannya dalam mengeksploitasi alam secara semena-mena.
12
Oleh sebab itu, yang mengemban tugas untuk menjadikan agar alam ini kembali bersahabat dan
menjadi tempat yang nyaman bagi kelangsungan hidup manusia adalah manusia itu sendiri.
Di bawah ini ada beberapa ayat Al-Qur’an yang menerangkan agar manusia senantiasa memelihara dan selalu menjaga karunia Allah SWT yang terbesar yaitu alam
semesta beserta isinya. Di antaranya dalam Q.S. An-Nahl 16:30
‹Ρ‰9 ν‹≈δ ’û θΖ¡m ⎥⎪9 z θ9 Ν3‘ Α“Ρ ŒΒ θ? ⎦⎪9 ≅Šρ ∩⊂⊃∪ ⎦⎫Gϑ9 ‘Š ΝèΖ9ρ z ο zψ ‘ρ πΖ¡m
: ّﻨ
ا
Artinya: “Dan dikatakan kepada orang-orang yang bertakwa: Apakah yang Telah diturunkan oleh Tuhanmu? mereka menjawab: Allah Telah menurunkan
kebaikan. orang-orang yang berbuat baik di dunia Ini mendapat pembalasan yang
12
Nadjamudddin Ramly, Membangun Lingkungan Hidup yang Harmoni dan Berkepribadian, Jakarta: Grfindo Khazanah Ilmu, 2005, cet. Ke-1, h. 5
baik. dan Sesungguhnya kampung akhirat adalah lebih baik dan Itulah sebaik-baik tempat bagi orang yang bertakwa.”
Ayat di atas menerangkan bahwa orang-orang yang berbuat baik di dunia akan mendapat pembalasan yang baik dari Allah SWT. Arti dari berbuat baik di sini
dikatakan juga berbuat baik dalam menjaga lingkungan, dalam ayat ini Allah SWT menjanjikan kepada manusia yang berbuat baik dalam arti luas, baik terhadap Tuhan,
terhadap diri sendiri, kepada sesama manusia dan terhadap alam semesta lingkungan, akan mendapat balasan yang baik dari-Nya.
13
Kemudian dalam Q.S. Al-A’raf 7:56
=ƒ MΗq‘ β èϑÛρ ùθz νθãŠρ γ ≈=¹ ‰è Ú‘{ †û ρ‰¡? ωρ s
∩∈∉∪ ⎦⎫Ζ¡sϑ9 ∅Β :
ﺎ ﺮ
ﻷ ا
Artinya: “Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah Allah memperbaikinya dan berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut Tidak akan
diterima dan harapan akan dikabulkan. Sesungguhnya rahmat Allah amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik.”
Ayat di atas menujukan larangan untuk berbuat kerusakan atau tidak bermanfaat dalam bentuk apa pun, baik menyangkut perilaku, seperti merusak, membunuh,
mencemari sungai, dan lain-lain, maupun menyangkut akidah, seperti kemusyrikan, kekufuran, dan segala bentuk kemaksitan.
14
Apabila kita sebagai manusia tidak dapat
13
M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah Pesan, Kesan, dan Keserasian Al-Qur’an, Jakarta: Lentera Hati, 2007, vol. 7, cet. Ke-8, h. 221
14
Tim Penyusun Lajnah Pentashilan Mushaf Al-Qur’an, Pelestarian Lingkungan Hidup Tafsir Al-Qur’an Tematik,
Jakarta: Lajnah Pentashilan Mushaf Al-Qur’an Badan Litbang Dan Diktat Departmen Agama RI, 2009, h. 273
menjaga dan melestarikan lingkungan kita sendiri, maka akan mengakibatkan kerusakan dan gangguan serta hilangnya keseimbangan lingkungan hidup.
Jadi, pemeliharaan dan perawatan adalah hal yang sangat penting dalam pengembangan dan pelestarian lingkkungan hidup dan segala hasil cipta pekerjaan
manusia itu. Juga terhadap segala sumber daya yang memungkinkan ia mencipta dan bekerja. Selain itu, manusia senantiasa ingin hidup dalam keadaan tenteram lalu ia
menjaga terpeliharanya tata tertib kehidupan dalam lingkungan rumah tangganya dan pergaulan ramai di masyarakatnya. Hal yang demikian inilah yang diisyaratkan dalam
ajaran sunnah yang menegaskan bahwa kalian manusia adalah pemelihara ra’in. Dan pemelihara itu haruslah memikul tanggung jawab mas’ul.
15
Untuk itu, sebagai khalifah di muka bumi tugas manusia adalah menjaga, memelihara, dan melestarikan alam ini dengan pengetahuan yang dimilikinya. Jangan
justru menyalahgunakan ilmu pengetahuan yang dimilikinya untuk merusak dan menjadikan alam ini menjadi tidak nyaman sebagai tempat tinggal makhluk hidup.
C. Unsur-Unsur Lingkungan Hidup