Delik Formil Tindak Pidana Pencemaran dan Perusakan Lingkungan Hidup Menurut

Administrative Dependent Crimes . 10 Atau dengan kata lain delik formal adalah rumusan ketentuan pidana di mana bila seorang telah melanggar ketentuan secara formal telah dapat dinyatakan sebagai pelaku delik. Berbeda dengan delik materil, delik formal tidak mendasarkan kepada suatu akibat perbuatan result, tetapi hanya melihat dari sudut formal dari perbuatan yang dilakukan. Seorang terdakwa dapat dinyatakan bersalah jika sudah memenuhi salah satu unsur delik formal yang didakwakan sekalipun akibat dari perbuatannya sama sekali tidak ada atau terbukti. Berikut akan dipaparkan beberapa contoh delik formal dalam UU RI no. 32 Tahun 2009: Pasal 113 Setiap orang memberikan informasi palsu, menyesatkan, menghilangkan informasi, merusak informasi, atau memberikan keterangan yang tidak benar yang diperlukan dalam kaitannya dengan pengawasan dan penegakan hukum yang berkaitan dengan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup sebagaimana dimaksud Pasal 69 ayat 1 huruf j dipidana dengan pidana penjara paling lama 1 satu tahun dan denda paling banyak Rp 1.000.000.000,00 satu miliar rupiah Pasal 115 Setiap orang yang sengaja mencegah, menghalang-halangi, atau menggagalkan pelaksanaan tugas pejabat pengawas lingkungan hidup danatau pejabat penyidik pegawai negeri sipil dipidana dengan pidana penjara paling lama 1 satu tahun dan denda paling banyak Rp 500.000.000, 00 lima ratus juta rupiah. 10 Husin, Penegakan Hukum Llingkungan, h. 123

3. Delik Korporasi

Dalam kamus hukum, korporasi adalah suatu perkumpulan atau organisasi yang oleh hukum diperlakukan seperti seorang manusia personal ialah sebagai pengemban hak dan kewajiban; memiliki hak menggugat atau digugat di muka Pengadilan. 11 Sedangkan menurut Undang-Undang Nomor 3 tahun 1982 Tentang Wajib daftar Perusahaan, di dalam Pasal 1 butir b mengartikan perusahaan sebagai setiap bentuk usaha yang menjalankan setiap jenis usaha yang bersifat tetap dan terus menerus dan yang didirikan, bekerja serta berkedudukan dalam wilayah Negara Republik Indonesia, dengan tujuan untuk memperoleh keuntungan dan atau laba. Korporasi dikualifikasikan sebagai subjek tindak pidana dan dapat dipertanggungjawabkan di samping orang pengurus. Dengan demikian, crimial lability dapat dibebankan baik kepada direksi, pengurus atau pimpinan suatu perusahaan, maupun juga terhadap person pemberi perintah dari perusahaan itu. 12 Pertanggungjawaban pidana oleh korporasi diatur dalam Pasal 116, 117, 118, 119 UU RI No. 32 Tahun 2009: Pasal 116 1 Apabila tindak pidana lingkungan hidup dilakukan oleh, untuk, atau atas nama badan usaha, tuntutan pidana dan sanksi pidana dijatuhkan kepada: a. Badan usaha; dan atau 11 Sudarsono, Kamus Hukum, Jakarta: Rineka Cipta, 2007, cet. Ke-5, h. 231 12 Siahaan, Hukum Lingkungan, h. 379 b. Orang yang memberi perintah untuk melakukan tindak pidana tersebut atau orang yang bertindak sebagai pemimpin kegiatan dalam tindak pidana tersebut. 2 Apabila tindak pidana lingkungan hidup sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dilakukan oleh orang, yang berdasarkan hubungan kerja atau bedasarkan hubungan lain yang bertindak dalam lingkup kerja badan usaha, sanksi pidana dijatuhkan terhadap pemberi perintah atau pemimpin dalam tindak pidana tersebut tanpa memperhatikan tindak pidana tersebut dilakukan secara sendiri atau bersama-sama. Pasal 117 Jika tuntutan pidana diajukan kepada pemberi perintah atau pemimpin tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 116 ayat 1 huruf b, ancaman pidana yang dijatuhkan berupa pidana penjara dan pidana diperberat dengan sepertiga. Pasal 118 Terhadap tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 116 ayat 1 huruf a, sanksi pidana dijatuhkan kepada badan usaha atau yang diwakili oleh pengurus yang berwenang mewakili di dalam dan di luar pengadilan sesuai dengan peraturan perundang-undangan selaku pelaku fungsional. Pasal 119 Selain pidana sebagaimana dimaksud dalam undang-undang ini, terhadap badan usaha dapat dikenakan pidana tambahan atau tindakan tata tertib berupa: a. Perampasan keuntungan yang diperoleh dari tindak pidana; b. Penutupan seluruh atau sebagian tempat usana danatau kegiatan; c. Perbaikan akibat tindak pidana; d. Pewajiban mengerjakan apa yang dilalaikan tanpa hak; danatau e. Penempatan perusahaan di bawah pengampuan paling lama 3 tiga tahun.

C. Faktor-Faktor Penyebab Terjadinya Pencemaran dan Perusakan

Lingkungan Hidup Mengingat bahwa lingkungan hidup sangat menentukan bagi kelangsungan hidup manusia, maka kemampuan daya dukung alam harus dijaga agar tidak rusak dan

Dokumen yang terkait

Pemalsuan Surat Dalam Perkawinan Dihubungkan Dengan Kitab Undang – Undang Hukum Pidana Dan Undang – Undang Nomor 1 Tahun 1974

0 30 80

Unsur Kesalahan Dalam Tindak Pidana Lingkungan Hidup Menurut Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan Dan Pengelolaan Lingkungan Hidup

1 74 95

Sanksi pidana pelaku pasif tindak pidana Pencucian uang menurut hukum pidana islam dan undang-undang nomor 8 Tahun 2010

2 29 135

Tinjauan Hukum Terhadap Pencemaran Lingkungan Air Akibat Limbah Industri Rumah Tangga Dihubungkan Dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup

0 5 49

PENEGAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA PENCEMARAN DAN PERUSAKAN LINGKUNGAN HIDUP

0 4 14

Peranggungjawaban Pidana Terhadap Pecandu Narkotika Menurut Hukum Positif dan Hukum Islam (Undang-undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika)

0 9 93

PENYELESAIAN SENGKETA LINGKUNGAN HIDUP MENURUT UNDANG UNDANG N0MOR 32 TAHUN 2009

0 0 17

KEBIJAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP KORPORASI YANG MELAKUKAN TINDAK PIDANA PERUSAKAN DAN PENCEMARAN LINGKUNGAN HIDUP (UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 2009 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP) - repo unpas

0 0 12

Sanksi Pidana Terhadap Pelaku Pencemaran dan Perusakan Lingkungan Hidup Menurut Hukum Islam dan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 - Repositori UIN Alauddin Makassar

0 0 128

UNSUR-UNSUR DAN SANKSI TINDAK PIDANA PENCEMARAN LINGKUNGAN HIDUP MENURUT UNDANG- UNDANG NO. 32 TAHUN 2009 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP

0 0 57