Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia yang mempunyai 17.508 pulau. Indonesia terbentang antara 6 derajat garis lintang utara sampai 11 derajat garis lintang selatan, dan dari 97 derajat sampai 141 derajat garis bujur timur serta terletak antara dua benua yaitu benua Asia dan AustraliaOceania. Posisi strategis ini mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap kebudayaan, sosial, politik, dan ekonomi. Wilayah Indonesia terbentang sepanjang 3.977 mil antara Samudra Hindia dan Samudra Pasifik. Apabila perairan antara pulau-pulau itu digabungkan, maka luas Indonesia menjadi 1,9 juta mil persegi. 1 Sebagai sebuah negara yang dihuni oleh penduduk yang multi-etnik dan multi-kultural, Indonesia telah menjadi negara yang kaya dengan berbagai nilai sejarah dan sosial budaya yang dapat dijadikan modal bagi pembangunan bangsa. 2 Namun, di samping itu semua Indonesia termasuk negara yang rawan bencana bila ditinjau dari letak geografi, kondisi topografi, keadaan iklim, dinamika bumi, 1 Tentang Indonesia , artikel diakses pada 13 April 2011 dari http:www.indonesia.bgindonesianindonesiaindex.htm 2 Rusli Wahid, dkk, Untukmu Kami Hadir, Jakarta: Sekretariat Ditjen Bantuan dan Jaminan Sosial, Direktorat Jenderal Bantuan dan Jaminan Sosial Departemen Sosial, 2006, h. 75 1 faktor demografi dan kondisi sosial ekonomi. Indonesia telah menjelma menjadi negeri bencana. Betapa tidak. Dalam kurun waktu yang relatif singkat, negeri ini dihajar oleh bencana bertubi-tubi dengan korban ratusan ribu jiwa dan harta benda yang tidak terkira. Sebagaimana diketahui, secara geologis wilayah Indonesia terletak di dalam jalur lingkaran bencana gempa ring of fire. Jalur sepanjang 1.200 km dari barat sampai ke timur Indonesia yang merupakan batas-batas tiga lempengan besar dunia, yaitu lempeng Indo-Australia, Eurasia, dan Pasifik, akan berpotensi memicu berbagai kejadian alam yang besar. Berada pada pertemuan tiga sistem pegunungan Alpine Sunda, Circum Pacific, dan Circum Australia, lebih 500 gunung api 128 aktif, negara kepulauan, 23 liter air, 5000 sungai besar dan kecil 30 melintasi wilayah padat penduduk, jumlah penduduk yang besar dan tidak merata, keanekaragaman suku, agama, adat, budaya, golongan. Kondisi demikian menyebabkan Indonesia menjadi sangat rawan akan bencana. 3 Di dalam Islam, bencana adalah sesuatu yang menimpa atau membinasakan, kemalangan dan kejadian yang tidak diinginkan. Bencana juga lazim disebut dengan musibah. Dua kata itu memiliki makna yang sama. 4 3 Hadi Purnomo dan Ronny Sugiantoro, Manajemen Bencana: Respons dan Tindakan Terhadap Bencana, Yogyakarta: Medpress, 2010, h. 31 4 Hasan Muafif Ambary, dkk, Ensiklopedi Islam, Jakarta: PT. Ichtiar Baru van Hoeve, 1999, jld. 3, h. 308 Namun, sebelum bencana itu terjadi sudah selayaknya manusia sebagai salah satu penghuni muka bumi ini untuk senantiasa merawat, melestarikan serta menjaga bumi ini dari hal-hal yang negatif yang dapat merusak alam semesta. Paling tidak dapat mengurangi terjadinya bencana yang disebabkan oleh ulah tangan-tangan manusia dan kelalaiannya yang berakibat fatal. 5 Berbagai macam bencana alam dapat menyerang kapan saja, menyebabkan kehilangan harta dan nyawa. Gempa bumi, angin puting beliung, banjir, kebakaran hutan, hujan asam, dan gelombang pasang yang umum disebut bencana alam, semuanya akan menyebabkan kerusakan. Namun ada yang perlu direnungkan apakah memang bencana itu datang dari kehendak-Nya? Sebab berbagai bencana itu tidak bisa dilepaskan dari campur tangan manusia yang terus mengeksploitasi alam tanpa pernah mempertimbangkan keseimbangan alam itu sendiri. 6 Akhir-akhir ini kerusakan lingkungan merupakan suatu isu global di samping isu demokrasi dan Hak Asasi Manusia. Di antara isu tersebut kerusakan lingkungan merupakan isu yang paling terkristalisasi. Di Indonesia, tata kehidupan yang berwawasan lingkungan sebenarnya telah diamanatkan dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, selanjutnya penulis akan singkat menjadi UU RI No. 32 Tahun 2009, BAB I Ayat 3 yang berbunyi: Pembangunan yang berkelanjutan yang 5 Agus Mustofa, Menuai Bencana, Surabaya: PADMA Press, 2005, h. 236. 6 Purnomo, Manajemen Bencana, h. 21 berwawasan lingkungan hidup adalah upaya sadar dan terencana, yang memajukan lingkungan hidup, termasuk sumber daya ke dalam proses pembangunan untuk menjamin kemampuan, kesejahteraan, dan mutu hidup generasi masa kini dan masa depan. 7 Lingkungan sebagai sumber daya merupakan aset yang dapat diperlukan untuk mensejahterakan masyarakat. Hal ini sesuai dengan perintah Pasal 33 ayat 3 Undang-Undang Dasar 1945, yang selanjutnya disebut dengan UUD 1945 yang menyatakan bahwa , “Bumi, air, dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dipergunakan sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat.” Dengan demikian menurut Otto Soemarwoto sebagaimana dikutip oleh Supriyadi, sumber daya mempunyai daya regenerasi dan asimilasi yang terbatas. Selama eksploitasi alam atau permintaan layanan ada di bawah batas daya regenerasi dan asimilasi, sumber daya terbaharui itu dapat digunakan secara lestari. Tetapi apabila batas itu dilampaui, sumber daya itu akan mengalami kerusakan dan fungsi sumber daya itu sebagai faktor produksi dan konsumsi atau sarana pelayanan akan mengalami gangguan. 8 Berdasarkan penjelasan di atas dapat terlihat bahwa alam atau lingkungan sangat berpengaruh bagi kelangsungan hidup manusia, karena manusia berinteraksi dengan lingkungannya. Manusia mempengaruhi dan dipengaruhi oleh lingkungan hidupnya, membentuk dan terbentuk juga oleh lingkungan hidupnya. 7 Tim Redaksi Pustaka Yustisia, Perundangan Tentang Lingkungan Hidup, Yogyakarta: Pustaka Yustisia, 2010, h. 130 8 Supriadi, Hukum Lingkungan di Indonesia, Jakarta: Sinar Grafika, 2006, h. 4. Melihat betapa pentingnya pengaruh lingkungan bagi manusia, maka yang harus dilakukan adalah menjaga dan melestarikan lingkungan untuk kelangsungan hidup manusia itu sendiri. Dalam UU RI No. 32 Tahun 2009 Pasal 65 ayat 1 menyebutkan bahwa: “ Setiap orang berhak atas lingkungan hidup yang baik dan sehat sebagai bagian dari hak asasi manusia.” Namun, begitu besarnya kekayaan alam Indonesia terutama sub-sektor kehutanan sudah seharusnya menjadi perhatian kita guna memanfaatkan dan melestarikannya. Terlebih ini harus diperhatikan dengan serius oleh para pemegang kebijakan negeri ini. Berbagai kerusakan lingkungan akibat eksploitasi, penebangan kayu ilegal, dan penjarahan kekayaan alam lainnya yang terjadi telah mengakibat berbagai kerusakan dan bencana. Bahkan membawa kerugian yang besar bagi Indonesia, di mana diperkirakan kerugian mencapai ratusan juta bahkan milyaran rupiah. Penjarahan kekayaan alam terutama di sub-sektor kehutanan dengan maraknya penebangan kayu ilegal memang tidak terlepas dari aktivitas produksi perusahaan- perusahaan besar swasta. Dan bahkan diperkirakan 70-75 dari kayu ditebang secara illegal. Menurut WWF, penebangan kayu ilegal di Indonesia dimotori oleh beberapa faktor: Kapasitas perusahaan pemotongan kayu di Indonesia dan Malaysia yang berlebihan. Keduanya memiliki fasilitas untuk mengolah kayu dalam jumlah besar walau produksi kayu sendiri telah menurun sejak masa-masa tenang di tahun 1990an. WWF melaporkan bahwa kedua negara tersebut memiliki kemampuan untuk mengolah 58,2 juta meter kubik kayu setiap tahunnya, sedangkan produksi hutan secara legal hanya mampu mensuplai sekitar 25,4 juta meter kubik. Sisa kapasitasnya digunakan oleh kayu yang ditebang secara illegal. 9 Persoalan lingkungan di masa yang akan datang akan semakin berat dan bersifat kompleks, sehingga semakin terbuka demi sistem pendidikan formal maupun informal yang telah mencoba memperkenalkan segi-segi perlindungan lingkungan. Banyak bidang ilmu yang mengkaji tentang lingkungan, tetapi meihat dari sudut pandang tertentu. Lingkungan dan permasalahannya pada akhirnya telah mempunyai spesialisasi ilmu sendiri. Sayangnya manusia tidak pernah jera dan mau mengambil pelajaran di balik bencana alam yang terjadi. Mereka bebal dan buta tuli terhadap tanda-tanda yang dihadirkan oleh alam sebagai bentuk perlawanan mereka terhadap perilaku manusia yang rakus dan serakah dalam mengesploitasi alam. Sepertinya syair Ebiet G.Ade “mungkin alam sudah enggan bersahabat dengan kita” semakin menunjukkan kebenaran faktualnya. Bahkan bukan lagi sekedar ’mungkin‘ tapi sudah benar-benar benci dan marah terhadap prilaku dekonstruktif manusia terhadap alam sekitarnya. Buktinya hampir tiap hari bencana alam akrab mengancam hidup manusia. 10 Melihat kepada fakta tersebut di mana perusakan lingkungan hidup sudah merajalela sehingga bencana datang silih berganti, jelas-jelas itu sangat bertentangan 9 Harwiyaddin Kama, Eksploitasi Atas Kekayaan Alam Indonesia, artikel diakses pada 20 Juni 2011 dari http:bumianoa.wordpress.com20100607eksploitasi-atas-kekayaan-alam-indonesia 10 Gunawan Adnan, Fiqih Lingkungan, artikel diakses pada 20 Juni 2011 dari http:bebasbanjir2025.wordpress.com04-konsep-konsep-dasarfiqih-lingkungan dengan kewajiban kita sebagai khalifah di muka bumi untuk menjaga dan merawat lingkungan di sekitar kita. Di sinilah pemerintah sangat berperan dalam menciptakan sebuah lingkungan yang jauh dari permasalahan dan dampak yang sangat mengkhawatirkan. Indonesia sebagai negara yang di dalamnya marak akan perbuatan eksploitasi alam secara illegal, masih banyak terdapat masyarakatnya yang belum mengetahui bagaimana sanksi pidana yang diterapkan Pemerintah di dalam UU RI No. 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan Dan Pengelolaan Lingkungan Hidup dan dalam hukum Islam kepada para pelaku pencemaran dan perusakan lingkungan hidup tersebut. Meski pada kenyataannya mayoritas warga negara Indonesia adalah beragama Islam. Oleh karena itu ada baiknya perspektif hukum Islam mengenai pemberian sanksi pidana kepada pelaku perusakan ligkungan hidup dimasukkan dalam pembahasan ini sebagai perbandingan. Berdasarkan latar belakang yang telah disebutkan di atas, maka penulis merasa perlu melakukan penelitian dan mengangkatnya menjadi sebuah skripsi yang berjudul: “SANKSI PIDANA TERHADAP PELAKU PENCEMARAN DAN PERUSAKAN LINGKUNGAN HIDUP MENURUT HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 2009”

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

Dokumen yang terkait

Pemalsuan Surat Dalam Perkawinan Dihubungkan Dengan Kitab Undang – Undang Hukum Pidana Dan Undang – Undang Nomor 1 Tahun 1974

0 30 80

Unsur Kesalahan Dalam Tindak Pidana Lingkungan Hidup Menurut Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan Dan Pengelolaan Lingkungan Hidup

1 74 95

Sanksi pidana pelaku pasif tindak pidana Pencucian uang menurut hukum pidana islam dan undang-undang nomor 8 Tahun 2010

2 29 135

Tinjauan Hukum Terhadap Pencemaran Lingkungan Air Akibat Limbah Industri Rumah Tangga Dihubungkan Dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup

0 5 49

PENEGAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA PENCEMARAN DAN PERUSAKAN LINGKUNGAN HIDUP

0 4 14

Peranggungjawaban Pidana Terhadap Pecandu Narkotika Menurut Hukum Positif dan Hukum Islam (Undang-undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika)

0 9 93

PENYELESAIAN SENGKETA LINGKUNGAN HIDUP MENURUT UNDANG UNDANG N0MOR 32 TAHUN 2009

0 0 17

KEBIJAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP KORPORASI YANG MELAKUKAN TINDAK PIDANA PERUSAKAN DAN PENCEMARAN LINGKUNGAN HIDUP (UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 2009 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP) - repo unpas

0 0 12

Sanksi Pidana Terhadap Pelaku Pencemaran dan Perusakan Lingkungan Hidup Menurut Hukum Islam dan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 - Repositori UIN Alauddin Makassar

0 0 128

UNSUR-UNSUR DAN SANKSI TINDAK PIDANA PENCEMARAN LINGKUNGAN HIDUP MENURUT UNDANG- UNDANG NO. 32 TAHUN 2009 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP

0 0 57