Latar Belakang Faktor-faktor yang berhubungan dengan suhu tubuh pekerja Pabrik Tahu di Kecamatan Ciputat Tahun 2013

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Manusia mempertahankan suhu inti tubuh tetap konstan sekitar 37 o C agar organ-organ vital tubuh dapat terus berfungsi normal Ministry of Bussines, Innovation and Employment, 2012. Fluktuasi suhu inti tubuh akibat aktifitas fisik dan suhu lingkungan tetap dijaga agar tetap dalam batas normal. Ketika fluktuasi suhu inti tubuh melebihi batas suhu normal beberapa gangguan kesehatan atau bahkan kematian dapat terjadi. Masalah lingkungan panas lebih sering ditemukan daripada lingkungan dingin. Terpapar oleh suhu lingkungan yang tinggi selama bekerja merupakan suatu keadaan yang sangat berpotensi menimbulkan bahaya bagi keselamatan dan kesehatan. Peningkatan suhu lingkungan 5,5 o C dari suhu nyaman 24-26 o C dapat menurunkan produktifitas kerja 30 Livchak, 2005. Risiko tingkat cedera kerja dalam lingkungan panaspun juga dapat meningkat seiring ketidaknyamanan pekerja terhadap suhu lingkungan Onder dan Sarac, 2005. Selain dapat mengganggu kenyamanan, bekerja di lingkungan yang suhunya suhu tinggi juga dapat meningkatkan tekanan terhadap mekanisme sistem pertahanan suhu tubuh sehingga mengakibatkan gangguan kesehatan OSHS, 1997. Hasil penelitian di Amerika menunjukkan terjadi 400 kematian setiap tahun yang diakibatkan oleh tekanan panas Moreau dan Daater, 2005 dalam Arief, 2012. Sedangkan di Jepang dari tahun 2001- 2003 dilaporkan 483 orang tidak masuk kerja selama lebih dari 4 hari karena penyakit akibat panas. Dari 483 tersebut 63 orang meninggal Kamijo dan Nose , 2006 dalam Arief, 2012. Tingginya potensi bahaya pada lingkungan kerja panas tersebut perlu diperhatikan dan dikendalikan agar kondisi keselamatan dan kesehatan pekerja tetap terjaga. Untuk mencegah hal-hal diatas Pemerintah telah membuat Undang-Undang keselamatan dan kesehatan kerja khususnya pada Permenaker No : Per 13MenX2011 tentang Nilai Ambang Batas NAB faktor fisika dilingkungan kerja. Dalam peraturan tersebut pemerintah menetapkan standar suhu lingkungan berdasarkan kategori beban kerja dan pola istirahat kerja yang dapat diterima tenaga kerja tanpa mengakibatkan penyakit atau gangguan kesehatan dalam pekerjaan sehari-hari untuk waktu tidak melebihi 8 jam sehari atau 40 jam seminggu. Realitanya belum banyak perusahaan yang menerapkan peraturan tersebut. Salah satunya adalah industri tahu di Kecamatan Ciputat. Industri ini tergolong dalam industri skala kecil dan menengah dengan jumlah pekerja dibawah 100 orang. Perkembangan industri ini cukup subur karena luwes dalam hal tenaga kerja dan tidak terlalu mementingkan keahlian khusus dalam seleksi karyawan. Namun hal ini tidak diikuti dengan tingkat pengetahuan dan kesadaran pengusaha terhadap potensi bahaya yang dapat mengganggu proses produksi dan pencemaran lingkungan kerja yang sewaktu-waktu dapat mengakibatkan kecelakaan dan merugikan jiwa manusia Agati, 2003. Salah satu kondisi lingkungan kerja yang berpotensi menimbulkan dampak bahaya terhadap kesehatan pekerja pabrik tahu adalah iklim kerja panas Santoso, 2008. Dari studi pendahuluan yang telah dilakukan di dua tempat pabrik tahu di Kecamatan Ciputat didapatkan rata-rata hasil Indeks Suhu Bola Basah ISBB lingkungan kerja 31 o C dengan beban kerja sedang. Dibandingkan dengan standar iklim kerja Per 13MenX2011 hasil ini sudah melebihi NAB. Hal ini cukup berpotensi untuk meningkatkan suhu tubuh pekerja. Dari hasil pengukuran suhu tubuh 8 pekerja didapatkan 2 pekerja yang memiliki suhu tubuh diatas 37,6 o C. Dalam standar kategori Physiological Strain Index Moran, 1998 suhu tersebut sudah termasuk dalam kategori heat strain ringan, dimana pekerja mulai mengeluhkan pusing, kelelahan dan banyak berkeringat. Dari hasil wawancara ternyata rata-rata pekerja juga mengeluhkan hal tersebut. Selain faktor lingkungan kerja panas, terdapat beberapa faktor lain yang berhubungan dengan suhu tubuh pekerja. Seperti dalam penelitian Sari 2007 yang menyebutkan bahwa 75 dari 20 responden pekerja PT Indocement Tunggal Prakarsa yang bekerja diarea boiler dan mechanist dengan suhu panas diatas NAB juga mengalami peningkatan suhu tubuh. Indeks Massa Tubuh IMT pekerja dalam penelitian Sari 2007 berhubungan dengan peningkatan suhu tubuh pekerja. Dalam penelitian Gusman 2008 di sebuah industri logam di Cirebon disebutkan bahwa faktor umur mempunyai hubungan yang signifikan dengan peningkatan suhu tubuh pekerja. Masalah tekanan panas yang dialami beberapa pekerja pabrik tahu di Kecamatan Ciputat menjadi salah satu potensi bahaya yang perlu untuk diteliti. Ditambah lagi belum ada penelitian yang membahas tentang potensi bahaya tersebut terhadap suhu tubuh pekerja, menjadikan penelitian lebih lanjut perlu untuk dilakukan. Dengan harapan nantinya dapat memberikan sumbangsih penelitian mengenai kesehatan kerja bagi masyarakat pekerja pabrik tahu dan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN. Atas dasar pertimbangan inilah penelitian mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan suhu tubuh pekerja pabrik tahu di Kecamatan Ciputat ini dilaksanakan.

1.2. Rumusan Masalah