menyatakan usia di atas 40 tahun terkait dengan respon fisiologis kelenjar keringat yang sudah menurun.
2.4.3. Jenis Kelamin
Menurut Yousef dalam Bishop 1997, tingkat toleransi perempuan terhadap termoregulasi lebih rendah dibandingkan dengan laki-laki. Penelitian ini didukung
juga oleh Hertig, Wyndham dan Fox dalam Bishop, 1997 bahwa tingkat produksi keringat pada perempuan lebih sedikit dibanding laki-laki. Ada beberapa perbedaan
fisiologis mendasar antara perempuan dan laki-laki yang menyebabkan perbedaan dalam tingkat aklimatisasi.
Diantara perbedaan fisiologis mendasar antara pria dan wanita yaitu fluktuasi hormon estrogen dan progesteron terkait dengan siklus menstruasi yang dapat
mengubah kinerja dan toleransi terhadap lingkungan panas Lindle dkk, 1997. Nunneley 1978 menyimpulkan bahwa dibandingkan laki-laki yang sama-sama
dalam tekanan panas, perempuan memiliki suhu inti dan suhu kulit yang lebih tinggi, denyut jantung yang lebih cepat dan tingkat berkeringat yang lebih rendah.
2.4.4. Indeks Massa Tubuh IMT
Menurut Cheung 2000, Individu dengan proporsi lemak tubuh yang lebih tinggi memiliki toleransi panas yang lebih rendah karena penurunan kemampuan
menyimpan panas tubuh. Secara sederhana orang yang tidak gemuk mempunyai luas permukaan tubuh lebih kecil daripada orang yang gemuk sehingga panas yang
hilang dari tubuh akibat evaporasi lebih sedikit. Selain itu orang yang gemuk mempunyai fungsi sirkulasi yang lebih buruk daripada orang yang tidak gemuk.
Orang yang tidak berbadan gemuk relatif lebih tahan panas pada saat melakukan pekerjaan mulai dari kapasitas kerja minimum sampai kapasitas kerja maksimum.
Pekerja dengan berat badan berlebih mempunyai risiko tinggi dalam lingkungan panas maupun dingin karena ketidakseimbangan transfer panas tubuh MBIE,
2012.
2.4.5. Kondisi Kesehatan
Pekerja yang sakit berisiko tinggi terkena stress lingkungan kerja. Menurut Bishop 1997, demam dapat menimbulkan efek pada sistem saraf dan suhu tubuh
di atas kondisi nomal. Ini artinya beberapa pekerja yang demam akan menghasilkan penyimpanan panas lebih tinggi dari kondisi normal dan ini sangat berbahaya bagi
pekerja. 2.4.6.
Tingkat Aklimatisasi
Aklimatisasi adalah penyesuaian tubuh terhadap panas. Diantara faktor- faktor yang dapat dikontrol, yang paling penting adalah aklimatisasi. Ketika pekerja
terpapar kondisi lingkungan kerja panas 1 sampai 6 minggu, orang tersebut akan secara perlahan-lahan berkeringat lebih banyak, seringkali meningkatkan sekresi
maksimal keringat 2 sampai 3 literjam Guyton, 1997. Evaporasi keringat yang lebih bayak ini dapat memudahkan panas dari tubuh dengan kecepatan lebih dari 10
kali kecepatan pembentukan panas basa normal. Peningkatan efektivitas mekanisme berkeringat ini disebabkan oleh peningkatan langsung pada kemampuan kelenjar
keringat itu sendiri.
2.4.7. Konsumsi Alkohol