41
BAB V HASIL PENELITIAN
5.1. Gambaran Pabrik Tahu di Kecamatan Ciputat
Banyaknya pabrik tahu di Kecamatan Ciputat berjumlah 9 pabrik yang tersebar di beberapa lokasi, yaitu di jalan Legoso, Ciputat dan Tabanas. Dalam klasifikasi
industri menurut BPS 2012 pabrik-pabrik tahu tersebut tergolong dalam industri rumah tangga, industri kecil dan industri sedang. Berikut ini data pabrik tahu dan
pekerjanya yang ada di Kecamatan Ciputat tahun 2013.
Tabel 5.1 Daftar Pabrik Tahu di Kecamatan Ciputat dan Jumlah Pekerjanya Tahun 2013
Pabrik Jumlah Pekerja
Pabrik 1 13
Pabrik 2 8
Pabrik 3 15
Pabrik 4 11
Pabrik 5 14
Pabrik 6 4
Pabrik 7 18
Pabrik 8 6
Pabrik 9 20
Total
109
5.2. Gambaran Proses Produksi Pabrik Tahu
Tahapan pembuatan tahu dimulai dari persiapan bahan baku kedelai, penggilingan, pemasakan, penyaringan, pengendapan dan pencetakan.
Gambar 5.1. Proses Produksi Tahu 5.2.1.
Persiapan
Pada tahap ini kedelai direndam kurang lebih 3 jam untuk mempermudah proses penggilingan dan penghilangan kulit ari pada kedelai sehingga dapat
dihasilkan bubur kedelai yang kental. Setelah direndam, kedelai dicuci bersih dengan air mengalir untuk membersihkan biji-biji kedelai dari kotoran-kotoran
supaya tidak mengganggu proses penggilingan serta agar kotoran-kotoran tidak tercampur ke dalam adonan tahu.
5.2.2. Penggilingan
Proses penggilingan dilakukan dengan menggunakan mesin penggiling biji kedelai dengan tenaga penggerak dari motor lisrik. Tujuan penggilingan yaitu untuk
memperoleh bubur kedelai yang kemudian dimasak sampai mendidih. Saat proses penggilingan dialiri air secukupnya untuk didapatkan kekentalan bubur yang
diinginkan.
Persiapan Penggilingan
Pemasakan Penyaringan
Pengendapan Pencetakan
5.2.3. Pemasakan
Proses pemasakan pada masing-masing pabrik dibedakan berdasarkan sumber panas yang digunakan. Ada yang menggunakan sumber panas dari kayu
bakar yang diatasnya diletakkan tungkuwadah bubur kedelai teknik tradisional. Ada juga yang menggunakan sumber uap panas yang berasal dari ketel uap yang
diletakkan agak jauh dari proses pemasakan. Perbedaan kedua teknik tersebut berdampak kepada suhu lingkungan di sekitar pekerja dimana suhu lingkungan
yang menggunakan teknik masak tradisional lebih tinggi dibandingkan dengan suhu lingkungan yang menggunakan teknik uap.
Ketika proses memasak dilakukan, bubur kedelai diaduk dengan kedua tangan pekerja secara berulang-ulang. Tujuan tersebut adalah untuk mendenaturasi
protein dari kedelai sehingga protein mudah terkoagulasi saat penambahan asam. Titik akhir perebusan ditandai dengan timbulnya gelembung-gelembung panas dan
mengentalnya larutanbubur kedelai.
5.2.4. Penyaringan
Setelah bubur kedelai direbus dan mengental, dilakukan proses penyaringan dengan menggunakan kain saring. Tujuan dari proses penyaringan ini adalah
memisahkan antara sari kedelai dengan ampas kedelai yang tidak diinginkan. Pada proses penyaringan ini bubur kedelai yang telah mendidih dan sedikit mengental
dipindahkan ke dalam bak yang diatasnya terdapat kain saring. Bubur kedelai disaring dengan cara dialirkan keatas kain saring tersebut.
Saat penyaringan secara terus-menerus dilakukan, air ditambahkan dengan cara dituangkan pada bagian tepi saringan agar tidak ada padatan yang tersisa di
saringan. Penuangan air ini diakhiri ketika sari yang dihasilkan sudah mencukupi. Kemudian saringan yang berisi ampas diperas sampai benar-benar kering. Ampas
hasil penyaringan disebut ampas yang kering, ampas tersebut dipindahkan ke dalam karung. Ampas tersebut dimanfaatkan untuk makanan ternak ataupun dijual untuk
bahan dasar pembuatan tempe gembus. Proses penyaringan ini melibatkan seluruh aktifitas tubuh mulai dari memindahkan beban, menyaring hingga kaki menekan
saringan.
5.2.5. Pengendapan
Dari proses penyaringan diperoleh filtrat putih seperti susu yang kemudian akan diproses lebih lanjut. Filtrat yang didapat kemudian ditambahkan asam cuka
dalam jumlah tertentu. Fungsi penambahan asam cuka adalah mengendapkan dan menggumpalkan protein tahu sehingga terjadi pemisahan antara whey dengan
gumpalan tahu. Setelah ditambahkan asam cuka terbentuk dua lapisan yaitu lapisan atas whey dan lapisan bawah filtratendapan tahu. Endapan tersebut terjadi
karena adanya koagulasi protein yang disebabkan adanya reaksi antara protein dan asam yang ditambahkan. Endapan tersebut yang merupakan bahan utama yang akan
dicetak menjadi tahu.
5.2.6. Pencetakan
Proses pencetakan merupakan tahap akhir pembuatan tahu. Terdapat dua Cetakan yang digunakan, yaitu cetakan kain dan cetakan kayu berukuran 70x70 cm
yang berisi ruang-ruang persegi 5x5 cm. Sebelum proses pencetakan yang harus dilakukan adalah memasang kain
saring tipis di permukaan cetakan. Setelah itu, endapan yang telah dihasilkan pada tahap sebelumnya dipindahkan dengan menggunakan alat semacam wajan secara
pelan-pelan. Selanjutnya kain saring ditutup rapat dan kemudian diletakkan kayu yang berukuran hampir sama dengan cetakan di bagian atasnya. Setelah itu, bagian
atas cetakan diberi beban untuk membantu mempercepat proses pengepresan tahu. Waktu untuk proses pengepresan ini tidak ditentukan secara tepat, pekerja hanya
memperkirakan dan membuka kain saring pada waktu tertentu. Pemilik mempunyai parameter bahwa tahu siap dikeluarkan dari cetakan apabila tahu tersebut sudah
cukup keras dan tidak hancur bila digoyang.
5.3. Gambaran Suhu Tubuh Pekerja Pabrik Tahu di Kecamatan Ciputat
Tahun 2013
Pengukuran suhu tubuh dilakukan sekali setelah satu jam pekerja terpapar tekanan panas. Suhu tubuh pekerja didapatkan berdasarkan pengukuran suhu mulut
pekerja. Hasil penelitian mengenai suhu tubuh dapat dilihat melalui tabel berikut.
Tabel 5.2 Distribusi Suhu Tubuh Pekerja Pabrik Tahu di Kecamatan Ciputat Tahun 2013
Suhu Tubuh Pekerja N
Prosentase 37,6
o
C 39
66,1 37,6
o
C 20
33,9
Total
59 100
Dari tabel diatas, data suhu tubuh yang diambil melalui pengukuran suhu mulut terhadap 59 pekerja yang tersebar di 9 pabrik tahu di Kecamatan Ciputat menyatakan
bahwa terdapat 39 pekerja 66,1 yang memiliki suhu tubuh diatas 37,6
o
C dan 20 pekerja 33,9 yang memiliki suhu tubuh 37,6
o
C. Batas rentang suhu tubuh pekerja diatas 37,6
o
C yang paling tinggi ialah 37,8
o
C. Dibandingkan dengan standar physiological strain index Moran 1998, tingkat heat strain yang dialami pekerja
mencapai kategori sedang.
5.4. Gambaran Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Suhu Tubuh
Pekerja Pabrik Tahu di Kecamatan Ciputat Tahun 2013.
Empat variabel yang diukur sebagai faktor-faktor yang berhubungan dengan suhu tubuh meliputi tekanan panas, usia, jenis kelamin dan indeks massa tubuh
pekerja. Berikut ini tabel gambaran univariat faktor-faktor tersebut.
Tabel 5.3 Distribusi Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Suhu Tubuh Pekerja
Pabrik Tahu di Kecamatan Ciputat Tahun 2013 Variabel
Kategori N
Prosentase
Tekanan Panas Iya
50 84,7
Tidak 9
15,3 Usia
Diatas 40 tahun 10
16,9 Dibawah 40 tahun
49 83,1
Jenis Kelamin Perempuan
8 13,6
Laki-laki 51
86,4 Indeks Massa
Tubuh Gemuk
5 8,5
Sedang 44
74,6 Kurus
10 16,9
5.4.1. Tekanan Panas
Tekanan panas merupakan hasil kombinasi panas lingkungan dengan panas tubuh akibat beban kerja. Panas lingkungan diukur dari beberapa titik dimana
pekerja terpapar di masing-masing pabrik. Kemudian hasil pengukuran dibandingkan dengan menghitung beban kerja yang dialami oleh pekerja. Beban
kerja diukur dengan melihat keadaan dan posisi pada masing-masing pekerja, metabolisme basal dan dikalikan waktu berdasarkan tabel estimasi pengeluaran
energi NIOSH 1986. Kemudian hasilnya dibandingkan dengan standar nilai ambang batas tekanan panas berdasarkan lamanya kerja Permenaker No
13X2011. Hasil pengukuran ini menggambarkan pekerja yang terpapar dan yang tidak terpapar tekanan panas. Berikut ini gambaran distribusi frekuensi beban kerja,
ISBB dan tekanan panas pekerja pabrik tahu di Kecamatan Ciputat.
Tabel 5.4 Distribusi Beban Kerja Berdasarkan Perhitungan KaloriJam Pekerja
Beban Kerja Frekuensi N
Prosentase Berat 350 - 500 kkaljam
Sedang 200 - 350 kkaljam Ringan 200 kkaljam
34 15
10 57,6
25,4 16,9
Total 59
100
Tabel 5.5 Gambaran ISBB Lingkungan Kerja Pabrik Tahu di Kecamatan Ciputat
Variabel Minimum
Maximum Mean
SD WBGTi
29,0 31,0
29,924 0,8974
Dari hasil pengukuran ISBB lingkungan kerja didapatkan rata-rata pabrik tahu di Kecamatan Ciputat mempunyai ISBB diatas 29,9
o
C. Sedangkan hasil pengukuran beban kerja didapatkan rata-rata beban kerja pekerja pabrik tahu di
kecamatan Ciputat adalah sedang. Dari tabel 5.2 dapat dijelaskan bahwa pekerja yang mengalami tekanan panas berjumlah 50 pekerja 84,7. Sedangkan pekerja
yang tidak mengalami tekanan panas berjumlah 9 pekerja 15,3.
5.4.2. Usia
Data usia pekerja didapatkan melalui wawancara langsung dengan pekerja. Distribusi frekuensi usia pekerja dikategorikan dalam dua kelompok. Yaitu diatas
40 tahun dan dibawah 40 tahun. Rata-rata usia pekerja pabrik tahun Informal di
Kecamatan Ciputat lebih didominasi usia muda. Dengan rentang usia yang paling muda mulai dari 18 tahun hingga yang paling tua yaitu 60 tahun.
Dari tabel 5.2 memperlihatkan bahwa pekerja yang berusia diatas 40 tahun berjumlah 10 pekerja 16,9. Sedangkan pekerja yang berusia dibawah 40 tahun
berjumlah 49 pekerja 83,1.
5.4.3. Jenis Kelamin
Data jenis kelamin didapatkan melalui wawancara langsung. Dari hasil wawancara pekerja laki-laki lebih mendominasi. Dari tabel 5.2 memperlihatkan
bahwa pekerja perempuan berjumlah 8 pekerja 13,6. Sedangkan pekerja laki-
laki berjumlah 51 pekerja 86,4. 5.4.4.
Indeks Massa Tubuh
Data indeks massa tubuh didapatkan melalui pengukuran langsung. Dari hasil pengukuran IMT, pekerja yang mempunyai badan sedang lebih mendominasi.
Berdasarkan tabel 5.2 dapat dikatakan bahwa jumlah pekerja yang mempunyai badan gemuk adalah 5 pekerja 8,5, pekerja yang mempunyai badan sedang
adalah 44 74,6 dan pekerja yang mempunyai badan kurus adalah 10 pekerja 16,9.
5.5. Analisis Bivariat Faktor-faktor Yang Berhubungan Dengan Suhu Tubuh
Pekerja Pabrik Tahu di Kecamatan Ciputat Tahun 2013.
Faktor-faktor yang berhubungan dengan suhu tubuh pekerja dapat dilihat melalui tabel berikut:
Tabel 5.6 Hubungan Beberapa Faktor Dengan Suhu Tubuh Pekerja Pabrik Tahu di
Kecamatan Ciputat Tahun 2013.
Variabel Suhu Tubuh
Total Pvalue
37,6
o
C 37,6
o
C N
N N
Tekanan Panas
Iya 36
72 14
28 50
100
0,024
Tidak 3
33,3 6
66,7 9
100 Total
39 66,1
20 33,9
59 100
Usia
40 Tahun 7 70
3 30
10 100
0,775
40 Tahun 32 65,3
17 34,7
49 100
Total 39
66,1 20
33,9 59
100
Jenis kelamin
Perempuan 3 37,5
5 62,5
8 100
0,066
Laki-laki 36
70,6 15
29,4 51
100 Total
39 66,1
20 33,9
59 100
IMT
Gemuk 2
40 3
60 5
100
0,123
Sedang 28
63,6 16
36,4 44
100 Kurus
9 90
1 10
10 100
Total 39
66,1 20
33,9 59
100
5.5.1. Hubungan Antara Tekanan Panas Dengan Suhu Tubuh Pekerja Pabrik
Tahu di Kecamatan Ciputat Tahun 2013.
Berdasarkan tabel 5.3 dapat diketahui bahwa terdapat 36 dari 50 pekerja dengan tekanan panas 72 yang memiliki suhu tubuh 37,6
o
C dan 3 dari 9 pekerja tanpa tekanan panas 33.3 yang memiliki suhu tubuh 37,6
o
C. Dari
hasil uji statistik didapatkan nilai P-value sebesar 0,024. Hal ini dapat diartikan bahwa pada α 5 ada hubungan yang signifikan antara tekanan panas dengan suhu
tubuh pekerja.
5.5.2. Hubungan Antara Usia Dengan Suhu Tubuh Pekerja Pabrik Tahu di
Kecamatan Ciputat Tahun 2013.
Berdasarkan tabel 5.3 dapat diketahui bahwa terdapat 7 dari 10 pekerja dengan usia diatas 40 tahun 70 yang memiliki suhu tubuh 37,6
o
C dan 32 dari 49 pekerja dengan usia dibawah 40 tahun 65,3 yang memiliki suhu tubuh
37,6
o
C. Dari hasil uji statistik didapatkan nilai P-value sebesar 0,775. Hal ini dapat
diartikan bahwa pada α 5 tidak ada hubungan yang signifikan antara usia dengan suhu tubuh pekerja.
5.5.3. Hubungan Antara Jenis Kelamin Dengan Suhu Tubuh Pekerja Pabrik
Tahu di Kecamatan Ciputat Tahun 2013.
Berdasarkan tabel 5.3 dapat diketahui bahwa terdapat 3 dari 8 pekerja perempuan 37,5 yang memiliki suhu tubuh 37,6
o
C dan 36 dari 51 pekerja laki-laki 70,6 yang memiliki suhu tubuh 37,6
o
C. Dari hasil uji statistik didapatkan nilai P-value sebesar 0,066. Hal ini dapat
diartikan bahwa pada α 5 tidak ada hubungan yang signifikan antara jenis kelamin pekerja dengan suhu tubuh pekerja.
5.5.4. Hubungan Antara Indeks Massa Tubuh Dengan Suhu Tubuh Pekerja
Pabrik Tahu di Kecamatan Ciputat Tahun 2013.
Berdasarkan tabel 5.3 dapat diketahui bahwa terdapat 2 dari 5 pekerja 40 dengan IMT kategori gemuk yang mempunyai suhu tubuh 37,6
o
C. Sejumlah 28 dari 44 pekerja 63,6 dengan IMT kategori sedang yang memiliki suhu tubuh
37,6
o
C dan 9 dari 10 pekerja 90 dengan IMT kategori kurus yang memiliki suhu tubuh 37,6
o
C. Dari hasil uji statistik didapatkan nilai P-value sebesar 0,123. Hal ini dapat
diartikan bahwa pada α 5 tidak ada hubungan yang signifikan antara IMT dengan suhu tubuh pekerja.
53
BAB VI PEMBAHASAN
6.1. Keterbatasan Penelitian
1. Salah satu keterbatasan desain penenelitian cross sectional ini adalah
pengukuran variabel independen dan dependen dilakukan dalam sekali waktu dan tidak ada kontrol rasio proporsi dalam variabel independen,
sehingga hasil penelitian ini tidak dapat menilai hubungan sebab-akibat dan korelasi waktu.
6.2. Suhu Tubuh Pekerja Pabrik Tahu di Kecamatan Ciputat Tahun 2013