lingkungan panas masih dalam batas aman. Dimana batas suhu aman tersebut menyatakan bahwa pekerja dalam lingkungan panas masih diperbolehkan untuk terus
bekerja Hunt, 2011. Sebanyak 59 pekerja pabrik tahu di Kecamatan Ciputat yang menjadi
responden dalam penelitian ini mempunyai riwayat bekerja tanpa terputus selama 2 minggu. Hal ini menunjukkan bahwa pekerja sudah beraklimatisasi dalam bekerja di
lingkungan panas pabrik tahu. Seluruh pekerja juga dalam keadaan fit dan sehat. Dari hasil pengukuran suhu oral 59 pekerja pabrik tahu tersebut didapatkan 39
pekerja 66,1 yang memiliki suhu tubuh diatas 37,6
o
C. Merujuk pada Physiological Strain Index Moran, 1998, suhu tersebut sudah masuk dalam level
heat strain ringan. Rentang suhu yang paling tinggi dari 39 pekerja tersebut adalah 37,8
o
C. Suhu tersebut sudah masuk dalam level heat strain sedang. Dibandingkan dengan standar OSHA untuk pekerja yang telah beraklimatisasi 38,5
o
C, tidak ada suhu tubuh pekerja yang melebihi batas suhu OSHA tersebut. Namun untuk hasil
penemuan pada penelitian ini dapat menjadi peringatan dini bagi para pekerja pabrik tahu di Kecamatan Ciputat agar lebih waspada terhadap lingkungan dan kesehatan
kerja mereka.
6.3. Hubungan Antara Tekanan Panas Dengan Suhu Tubuh Pekerja Pabrik
Tahu di Kecamatan Ciputat Tahun 2013
Berdasarkan tabel 5.3 diketahui bahwa hampir seluruh pekerja pabrik tahu di Kecamatan Ciputat 83 mempunyai beban kerja sedang dan berat dengan pola
kerja-istirahat 75-100. Disesuaikan dengan tabel 5.4, rata-rata ISBB lingkungan kerja
pabrik tahu berkisar antara 29 – 31
o
C. Dibandingkan dengan Permenaker nomor 13 tahun 2011 tentang NAB faktor fisika dan kimia di tempat kerja, hasil tersebut
menunjukkan bahwa ISBB lingkungan kerja pabrik tahu melebihi nilai ambang batas NAB yang diperkenankan yaitu 28.0° C. Hal tersebut menunjukkan bahwa rata-rata
responden terpapar tekanan panas selama bekerja. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan P
0,05 antara tekanan panas dengan suhu tubuh pekerja pabrik tahu di Kecamatan Ciputat tahun 2013. Dari hasil perhitungan kekuatan asosiasi, didapatkan nilai odds
ratio tekanan panas dengan suhu tubuh sebesar 5,143. Hal ini berarti bahwa pekerja dengan tekanan panas diatas NAB mempunyai risiko 5 kali lebih besar untuk
mengalami suhu tinggi dibandingkan pekerja dengan tekanan panas dibawah NAB. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Sari 2007 yang menemukan adanya
tekanan panas yang terjadi pada pekerja PT Indocement Tunggal Prakarsa, Tbk. Hasil penelitian Sari tersebut juga menunjukkan adanya hubungan yang signifikan dengan
suhu tubuh. Hasil penelitian yang hampir sama dikemukakan sebelumnya oleh Hunt 2011.
Dalam penelitiannya terhadap pekerja pengeboran tambang ia menemukan bahwa tekanan panas, dalam hal ini kombinasi lingkungan dan intensitas kerja berpengaruh
terhadap sistem termoregulasi tubuh. Berdasarkan hasil pemantauan suhu tubuh pekerja terdapat grafik peningkatan suhu tubuh berdasarkan peningkatan intensitas
kerja, meskipun peningkatan suhu tersebut masih dalam batas aman yang dianjurkan oleh OSHA 38,5
o
C.
Sementara itu dalam hasil penelitian ini disebutkan bahwa intesitas kerja pembuatan tahu cukup bervariasi pada masing-masing pekerja tergantung jenis dan
proses kerja. Dari hasil pengukuran selama satu jam kerja, terdapat perbedaan yang signifikan P 0,05 rata-rata beban kerja laki-laki dibandingkan dengan perempuan.
Rata-rata pekerja laki-laki mengeluarkan energi sekitatr 350 kalori perjam, sedangkan rata-rata pekerja perempuan mengeluarkan energi sekitar 126 kalori
perjam. Tingginya beban kerja membuat metabolisme tubuh pekerja semakin
meningkat, begitu juga panas tubuhpun meningkat karena proses metabolisme tersebut Nadel dalam Hunt, 2011. Karena tubuh selalu mempertahankan suhu tubuh
agar tetap dalam batas normal, jumlah panas yang dihasilkan dengan yang dikeluarkan harus tetap seimbang. Untuk menyeimbangkan suhu tersebut sebagian
panas tubuhpun harus keluar melalui keringat. Namun proses keluarnya panas melalui keringat itupun masih dipengaruhi suhu lingkungan sekitar. Karena suhu panas tubuh
mengalir menuju lingkungan yang lebih dingin, adanya lingkungan yang lebih panas dari tubuh dapat mengganggu proses transfer panas dari dalam keluar tubuh
Suma’mur, 1996. Kejadian lingkungan panas yang melebihi tubuh ini terjadi di beberapa pabrik
tahu di Kecamatan Ciputat. Hasil pengukuran 2 titik lokasi di setiap pabrik menunjukkan hasil yang cukup tinggi. Dimana Rata-rata ISBB lingkungan kerja
pabrik tahu mencapai 29,9
o
C. Suhu tersebut sudah melebihi NAB Permenaker untuk kategori beban kerja sedang dan berat. Walhasil banyak pekerja yang mengeluhkan
tekanan panas. Ketika tekanan panas mendekati batas toleransi tubuh risiko terjadinya
kelainan kesehatan seperti pusing, kelelahan dan naiknya suhu tubuh juga akan meningkat.
Tingginya tekanan panas pada pekerja pabrik tahu disebabkan karena kombinasi dua faktor, yaitu faktor beban kerja dan panas lingkungan kerja. Intensitas
beban kerja yang cukup berat menghasilkan panas tubuh yang tinggi. Sebagaimana dalam teori termodinamika sebelumnya bahwa panas tubuh mengalir ke lingkungan
yang dingin Parsons, 2003, adanya lingkungan yang panasnya dibawah panasnya tubuh menjadi syarat untuk terjadinya aliran panas keluar tubuh.
Sumber panas yang digunakan pabrik tahu untuk memasak bubur kedelai dibedakan menjadi dua, yaitu sumber panas dari pembakaran kayu bakar langsung
tradisional dan sumber panas dari ketel uap. Perbedaan dampak dua sumber panas tersebut terhadap lingkungan kerja adalah sumber panas pembakaran tradisional lebih
panas dibandingkan sumber panas dari teknik uap. Hal ini disebabkan letak sumber panas teknik uap berada agak jauh dari pekerja sekaligus ada tembok penghalang
dibandingkan dengan sumber panas masak tradisional. Pernah sekali waktu dalam pengukuran ISBB didapatkan nilai 31
o
C di pabrik tahu tradisional. Pabrik ini memasak bahan baku bubur kedelai diatas api kayu bakar langsung. Sesekali ada
aktifitas mengaduk dan berdiri menunggu bubur tersebut matang. Sebagai imbasnya pekerja dipabrik tahu tersebut sering mengeluhkan rasa ketidaknyamanan.
Melihat cukup begitu luasnya dampak tekanan panas tersebut terhadap pekerja pabrik tahu, dianjurkan bagi pengusaha dan pekerja untuk mengendalikan bahaya
tersebut agar dapat mengurangi risiko naiknya suhu tubuh secara berlebihan. Untuk mengurangi panasnya lingkungan kerja, disarankan bagi pengusaha pabrik tahu
tradisional untuk mengganti sumber panas memasak mereka dengan sumber panas teknik uap seperti yang digunakan oleh pabrik tahu lain. Bila hal ini tidak dapat
dilakukan sebaiknya tempat memasak tersebut diberikan jarak terhadap pekerja atau diberi penghalang panas seperti papan atau tembok. Selain itu pengusaha juga dapat
menetapkan jadwal batas waktu akses maksimal terhadap pekerja ketika memasak bubur kedelai. Hal ini ditujukan agar mengurangi paparan panas yang berlebihan
terhadap pekerja. Sirkulasi pergantian udara di beberapa pabrik tahu cukup terjaga karena sebagian besar pabrik tahu tidak berada pada ruangan yang sepenuhnya
tertutup. Kategori beban kerja yang berat seperti pekerja laki-laki yang memulai kerja
dari jam 7 pagi hingga jam 5 sore dengan beban kalori sekitar 350 kalori perjam membutuhkan waktu istirahat yang lebih banyak dibandingkan pekerja wanita yang
hanya menghabiskan 126 kalori perjam. Untuk itu dianjurkan bagi pekerja untuk selalu mengambil jeda setiap satu jam kerja ketika intensitas kerja tersebut mulai
terasa berat atau ketika pekerja mulai merasa pusing lelah dan banyak berkeringat. selain itu dianjurkan bagi pengusaha untuk memberikan training praktik kerja aman,
mengatur jadwal dan menyediakan alat bantu pesawat sederhana seperti alat dorong pengangkut beban dan alat pengaduk bubur kedelai. Hal ini ditujukan agar dapat
mengurangi beban kerja pekerja.
6.4. Hubungan Antara Usia Dengan Suhu Tubuh Pekerja Pabrik Tahu di