Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Ilmu Pengetahuan dan Teknologi iptek di Era Globalisasi saat ini berkembang sangat pesat. Perkembangan iptek mendorong terjadinya perubahan pola pikir manusia. Dalam hal ini ada beberapa manusia yang mengambil nilai postif dan nilai negatif akan kemajuan iptek. Kemajuan teknologi itu sendiri tak lepas dari perkembangan akan pengetahuan manusia mengenai apa yang mereka alami dalam kehidupan sehari-hari. Perkembangan iptek dalam kehidupan sehari- hari terutama dunia pendidikan khususnya pembelajaran IPA fisika sangat berkaitan sekali. Sebagai contoh banyak sekali alat-alat yang diciptakan karena kemajuan iptek televise, radio, hp, dll. Banyaknya alat-alat yang ada dalam kehidupan sehari-hari karena adanya kemajuan iptek perlu diimbangi dengan pengetahuan awal siswa mengenai sains fisika sehingga siswa dapat memahami akan fungsi teknologi. Pada saat ini banyak sekali penyalahgunaan kemajuan iptek yang dilakukan oleh siswa, karena itu diperlukan pengetahuan awal siswa mengenai sains. Tidak hanya itu, dalam proses pembelajaran biasanya guru hanya menjelaskan IPA sebatas produk yang sudah ada dan sedikit proses tanpa pembuktian. Salah satu alasan yang menyebabkan adalah banyaknya materi yang harus dibahas dan diselesaikan berdasarkan kurikulum yang berlaku. Padahal, dalam membahas IPA tidak cukup hanya menekankan pada produk, tetapi yang lebih penting adalah proses untuk membuktikan atau mendapatkan suatu teori atau hukum. Oleh karena itu, metode, pendekatan dan alat peragapraktikum sebagai alat media pendidikan untuk menjelaskan IPA sangat diperlukan. Tujuan pembelajaran IPA di SMP secara umum adalah agar siswa memahami konsep IPA dan keterkaitannya dengan kehidupan sehari-hari, memiliki keterampilan tentang alam sekitar untuk mengembangkan pengetahuan tentang proses alam sekitar, mampu menerapkan berbagai konsep IPA untuk menjelaskan gejala alam dan mampu menggunakan teknologi untuk memecahkan masalah yang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari. Perkembangan sains dan teknologi serta perubahan kondisi masyarakat yang sangat pesat ini mengharuskan para guru meningkatkan kemampuan dan mengembangkan keahliannya. Kini tugas guru semakin kompleks dan menantang, sehingga selalu dituntut untuk mengembangkan kemampuannya, baik secara individu maupun kelompok. Tugas utama seorang guru adalah membantu siswa dalam belajar, yakni berupaya menciptakan situasi dan kondisi yang memungkinkan terjadinya proses pembelajaran. Paradigma baru dalam pembelajaran sains adalah pembelajaran dimana siswa tidak hanya dituntut untuk lebih banyak mempelajari konsep-konsep dan prinsip-prinsip sains secara verbalistis, hafalan, pengenalan rumus-rumus, dan pengenalan istilah-istilah melalui serangkaian latihan secara verbal, namun hendaknya dalam pembelajaran sains, guru lebih banyak memberikan pengalaman kepada siswa untuk lebih memotivasi siswa agar dapat menggunakan pengetahuan tersebut dalam kehidupannya sehari-hari. Namun pada kenyataannya masih banyak guru tidak memperhatikan hal tersebut sehingga siswa tidak paham tentang kosep yang dipelajari. Melihat kondisi yang cukup memprihatinkan tersebut, agaknya para pemerhati maupun praktisi dunia pendidikan di Indonesia dituntut untuk segera melakukan upaya perbaikan. Dalam hal ini, penulis mencoba mengangkat salah satu pendekatan pembelajaran dalam IPA yaitu Model Sains-Teknologi- Masyarakat STM. Model Sains Teknologi Masyarakat STM merupakan suatu gerakan reformasi dalam pembelajaran sains di sekolah, sebagai upaya membuat warga negara melek sains dan teknologi science and technological literacy yang telah dimulai sejak dua decade yang lalu di negara-negara yang telah maju. Di Amerika Serikat misalnya, pendekatan STM muncul sebagai upaya nyata reformasi dalam pengajaran sains di sekolah Yager, 1993b-c; 1992b; 1991. 1 1 La Maronta Golib, Pendekatan Sains Teknologi Masyarakat Dalam Pembelajaran Sains di Sekolah, Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan No. 034 Tahun ke-8, Januari 2002, h. 39. Untuk itu pembelajaran sains dengan menggunakan pendekatan STM dapat mengantisipasi beberapa hal pokok dalam membekali peserta didik, diantaranya : 2 amenghindari ‘materi oriented’ dalam pendidikan tanpa tahu masalah-masalah di masyarakat secara lokal, nasional, maupun internasional, b mempunyai bekal yang cukup bagi peserta didik untuk menyongsong era globalisasi, c peserta didik mampu menjawab dan mengatasi setiap masalah yang berkaitan dengan kelestarian bumi, isu-isu sosial, isu-isu global, misalnya masalah pencemaran, pengangguran, kerusuhan sosial, dampak hasil teknologi dan lain-lainnya hingga pada akhirnya bermuara menyelamatkan bumi, dan d Membekali peserta didik dengan kemampuan memecahkan masalah-masalah dengan penalaran sains, lingkungan, teknologi, sosial secara integral, baik di dalam maupun di luar kelas. Model STM dimaksudkan untuk menjembatani kesenjangan antara kemajuan IPTEK, membanjirinya informasi ilmiah dalam dunia pendidikan, dan nilai-nilai IPTEK itu sendiri dalam kehidupan masyarakat sehari-hari. Dengan model STM ini diharapkan siswa memilki landasan untuk menilai pemanfaatan teknologi baru dan implikasinya terhadap lingkungan dan budaya ditengah derasnya arus pembanguan pada era globalisasi. Siswa dibiasakan untuk bersikap peduli akan masalah-masalah sosial dan lingkungan yang berkaitan dengan IPTEK. 3 Pembelajaran STM dalam pembelajaran sains merupakan perekat yang mempersatukan sains, teknologi dan masyarakat . Isu-isu sosial dan teknologi di masyarakat merupakan karakteristik kunci dari STM. 4 Isu-isu tersebut dipakai sebagai titik acuan oleh guru untuk merancang dan mengimplementasikan program pembelajaran. Melihat dasar pijakan pengembangan model STM tersebut, maka tidak berlebihan kiranya jika model STM dalam pembelajaran IPA layak dimunculkan sebagai upaya penguasaan konsep peserta didik. Hal ini bisa 2 http:ilmuwanmuda.wordpress.compembelajaran-fisika-dengan-pendekatan-sets Diakses, tanggal 01 Maret 2010 3 Rusmansyah dan Yudha Irhasyuarna, Implementasi Pendekatan STM dalam Pembelajaran Kimia di SMUN Kota Banjarmasin, Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan No. 040 Th ke-9 Januari 2003, h. 114. 4 Rai Sujanem, Penerapan Bahan Ajar yang Berwawasan Pendekatan STM Sebagai Upaya Untuk Meningkatkan Kualitas Pembelajaran Praktikum Fisika Dasar, Sikap Ilmiah, Literasi Sains dan Teknologi Mahasiswa Pendidikan MIPA STKIP Singaraja, Aneka Widya IKIP Negeri Singaraja No. 1 Th. XXXV Januari 2002, h. 124. dilihat dari hasil wawancara yang peneliti lakukan kepada seorang guru dan murid dimana menurut guru ketika mengajar fisika lebih dari 50 murid tersebut tidak paham mengenai pelajaran tersebut, tetapi ketika guru tersebut menggunakan model sains teknologi masyarakat dalam proses pembelajaran murid lebih termotifasi lagi untuk mendalami fisika. Hal ini sesuai dengan apa yang dikatakan murid, ketika guru tersebut menerapkan pendekatan sains teknologi masyarakat murid jadi mengerti apa fungsi pembelajaran tersebut dan aplikasi apa saja yang ada di masyarakat ketika belajar fisika. Berdasarkan latar belakang masalah yang telah penulis uraikan di atas, maka penulis merasa tertarik untuk membahas dan mengangkat masalah tersebut menjadi sebuah judul skripsi yaitu: “Penerapan Model Pembelajaran Sains Teknologi dan Masyarakat untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep Siswa pada Topik Usaha dan Energi.” B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka dapat diidentifikasi adanya beberapa masalah sebagai berikut: 1. Kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi IPTEK yang tidak diimbangi dengan pengetahuan awal siswa mengenai sains fisika sehingga siswa kurang memahami akan fungsi teknologi. 2. Sebagian besar guru belum mampu menciptakan suasana pembelajaran yang menarik dan menyenangkan, sehingga siswa kurang termotivasi dan merasa bosan dalam belajar fisika. 3. Proses pembelajaran fisika lebih menekankan pada pencapaian tuntutan kurikulum dan penyampaian materi semata, sehingga menyebabkan rendahnya penguasaan konsep fisika siswa.

C. Pembatasan Masalah