3.5 Sejarah Sastra Melayu Tionghoa
Istilah sastra Melayu rendah atau sastra Melayu Tionghoa digunakan untuk menyebutkan karya sastra dalam bahasa melayu yang ditulis oleh
peranakan Tionghoa. Kosakatanya banyak dipengaruhi oleh bahasa dalam kehidupan sehari-hari atau bahasa pasar, khususnya unsur-unsur bahasa
Tionghoa. Oleh karena itulah pada zamannya sering disebut bahasa gado-gado atau capcai. Istilah Melayu Tionghoa juga sering disebut sastra Melayu
Tionghoa peranakan. Mereka adalah golongan peranakan yang sudah lahir di Indonesia yang ikut menghasilkan, mendukung, dan menikmati karya sastra
Melayu. Mereka adalah masyarakat yang mengalami keterputusan budaya dan belum ada adaptasi budaya dan bahasa yang memadai.
Gambar 3.4 Melayu Tionghoa Peranakan
Sumber : www.sastra-indonesia.com Di samping itu sampai akhir abad 19, pemerintah kolonial melarang
bangsa Tionghoa untuk sekolah di sekolah Belanda. Bahasa Melayu rendah dilawankan dengan bahasa Melayu Tinggi, yaitu bahasa melayu yang digunakan
Universitas Sumatera Utara
di Semenanjung Melayu, yang digunakan dalam karya sastra Balai Pustaka. Bahasa Melayu Tinggi dengan demikian identik dengan bahasa sastra tinggi.
Pemerintah kolonial memang antipati terhadap etnis Cina, dan dengan demian terhadap bahasa dan sastra Tionghoa, dengan alasan bahwa masyarakat
Tionghoa menganut paham Marxis, berakiran kiri, agresif, lebih banyak menolak kebijakan pemerintah kolonial. Masyarakat Tionghoa juga ditempatkan pada
daerah tertentu dan sastranya dianggap sebagai bacaan liar. Perdebatan tentang Melayu Tionghoa belum banyak. Pada umumnya pembicaraan ini muncul dalam
kaitanya dengan masalah angkatan. Seperti diketahui, angkatan dalam sastra Indonesia modern dimulai dengan Balai Pustaka, Pujangga Baru, dan seterusnya.
Seolah ada keengganan para sarjana untuk menghindari karena : 1.
Sastra Melayu Tionghoa adalah adalah karya-karya yang secara khusus diapresiasikan di kalangan masyarakat Tionghoa peranakan, jadi bukan
merupakan bagian sastra Indonesia. 2.
Tidak adanya data yang untuk dibicarakan. Sejak awal Alisjahbana 1957:58 telah menyatakan bahwa Bahasa
Melayu Tionghoa adalah varian Bahasa Melayu yang sudah tersebar luas di kepulauan Nusantara dan telah mempengarui perkembangan Bahasa Indonesia.
Kita ketahui Bahasa Indonesia mendapatkan pengaruh Bahasa yang sangat banyak dan hal ini justru menguntungkan karena derajat Bahasa Indonesia
bertambah tingggi. Seperti yang diketahui, khazanah sastra Indonesia memiliki ciri khas yang unik yang tidak mungkin dimiliki oleh bangsa lain.
Universitas Sumatera Utara
Dengan mengutip pendapat Ajib Rosidi 1964:5-6 Pengertian modern dalam sastra Indonesia adalah semangat politis, bukan semata-mata Zaman, era,
periode, dan perkembangan historis lainya. Oleh karena itu sastra Indonesia modern pada dasarnya tidak mengenal istilah dan tidak bisa dilawankan dengan
sastra Indonesia lama sebab pengertian yang terakhir ini digantikan dengan sastra-sastra daerah, yaitu keseluruhan sastra yang ada di wilayah Nusantara.
Termasuk sastra melayu itu sendiri. oleh karena itu hubungan pergertian modern meliputi tiga aspek :
1. Ditulis dengan huruf latin dan disebarluaskan dengan teknologi modern.
2. Mengunakan bahasa Indonseia atau pada masa kolonialisme melayu.
3. Mengunakan bentuk baru, karena pengaruh sastra Barat seperti: cerpen,
novel, drama, dan puisi. Sastra yang lahir sebelum abad ke-20 diangap sebagai sastra daerah.
Sastra Melayu Tinggi dengan demikian mengalami keterputusan historis, terpecah menjadi dua kelompok baik secara liteler amaupun secara kultural.
Sebaliknya, sastra Melayu Tionghoa sejak awal pertumbuhanya hinggga abad ke-20 tetap eksis. Bila dikaitkan dengan penulsnya sastra sebelum abad ke-20
dapat dibedakan sebagai berikut: 1.
Karya sastra yang ditulis oleh orang-orang non Tionghoa seperti penulis pribumi dan belanda. Pada umumnya penulis tesebut adalah wartawan.
Seperti F.D.J. Pangemanan, H.F.R. Kommer, F. Winger, G. Francis dan Mas Marco Kartodikromo, R.M. Tirto Ardisoeryo.
Universitas Sumatera Utara
2. Karya sastra yang ditulis oleh orang Tionghoa, diawali oleh Thio Tjien
Boen Oey se,1903, Gouw Peng Liang LO Fen Koei,1903, dan Oei Soei Njai Alimah, 1904. Sejak penerbitan ini terjadi perkembangan
pesat dalam bidang sastra Melayu Rendah. Sastra Melayu Tionghoa sangat kaya, hampir selama satu abad 1870-
1960-an rentang waktu yang yang sama bahkan melebihi seluruh periode Balai Pustaka hingga tahun 2000-an. Jumlah buku yang dihasilkan sebanyak 2.757
judul buku. Yang terdiri dari anonim 248 judul, sehingga jumlah keseluruhan sekitar 3.005 judul. Dengan rincian 1398 novel dan cerpen alsi, 73 sandiwara,
183 syair, 233 terjemahan sastra Barat, 759 terjemahan karya sastra dari bahasa Cina. Kekayaan dan keberagaman sastra Melayu Tionghoa ini jauh melebihi
Khazanah Balai Pustaka. Demikian juga kekayaan yang terkandung didalamnya. Sastra Balai
Pustaka misalnya terbatas hanya menampilkan masalah kawin paksa. Sebaliknya sastra Melayu Tionghoa tema-temanya sangat beragam. Seperti politik, Kritik
sosial, nasionalisme, dan yang paling penting antikolonial. Berbeda dengan sastra Balai Pustaka yang terbatas bicara seperti hanya berbicara dalam kerangka
regional saja, yang sesuai politik orientalisme sedangkan sastra Melayu Tionghoa menampilkan hubungan antarbangsa. Dari hal ini kita dapat melihat
sebenarnya apakah peran Balai Pustaka dalam perkembangan sastra kita, kita selalu dibuat untuk menjauhi hal yang berhubungan dengan yang bersifat
Tionghoa dan dituntut untuk selalu memarginalkan mereka.
Universitas Sumatera Utara
BAB IV PERANAN PRAMUWISATA SEBAGAI PENUNJANG PERKEMBANGAN
OBJEK WISATA RUMAH TJONG A FIE
4.1 Pentingnya Pramuwisata pada Objek Wisata
Dunia pariwisata sekarang ini penuh dengan persaingan. Objek dan Daerah Tujuan Wisata ODTW yang satu selalu berusaha menarik wisatawan lebih banyak
dari ODTW yang lain. Untuk dapat memenangkan persaingan itu bukan dengan memberikan potongan harga discount yang besar atau hadiah-hadiah yang menarik,
tetapi yang penting adalah pelayanan yang profesional. Pelayanan yang profesional yang dimaksud adalah pelayanan yang dapat memuaskan wisatawan yang berkunjung
ke ODTW tersebut. Salah satu upaya untuk memberikan pelayanan yang memuaskan wisatawan
adalah dengan menyediakan pramuwisata pada objek wisata tersebut yang dapat memberikan penjelasan hal-hal sehubungan dengan objek wisata tersebut. Kriteria
Objek dan Daerah Tujuan Wisata ODTW yang perlu menyediakan pramuwisata adalah objek-objek wisata alam dan budaya serta atraksi wisata yang mempunyai
potensi untuk lebih dikembangkan serta mempunyai daya tarik bagi wisatawan. Di samping itu, objek wisata yang bersangkutan juga harus sudah secara rutin dikunjungi
oleh wisatawan lokal maupun wisatawan mancanegara dan objek wisata tersebut mempunyai jumlah kunjungan wisatawan yang tinggi.
Universitas Sumatera Utara