Sejarah Kota Medan Gambaran Umum Kota Medan .1 Letak geografis

3.1.2 Sejarah Kota Medan

Kota Medan didirikan oleh Guru Patimpus Sembiring Pelawi pada tahun 1590. Secara historis, perkembangan Kota Medan sejak awal memposisikannya menjadi jalur lalu lintas perdagangan. Posisinya yang terletak di dekat pertemuan Sungai Deli dan Babura, serta adanya Kebijakan Sultan Deli yang mengembangkan perkebunan tembakau dalam awal perkembangannya, telah mendorong berkembangnya Kota Medan sebagai Pusat Perdagangan ekspor-impor tembakau sejak masa lalu. Sebagai tambahan John Anderson merupakan orang Eropa pertama yang mengunjungi Deli atau Kota Medan pada tahun 1833 menemukan sebuah kampong yang bernama Medan. Kampung itu berpenduduk 200 orang dan dinyatakan sebagai tempat kediaman Sultan Deli. Pada tahun 1883, Medan telah menjadi kota yang penting di luar Jawa, terutama setelah pemerintah kolonial Belanda membuka perusahaan perkebunan secara besar-besaran. Daerah Kesawan tahun 1920-an, akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20 terdapat dua gelombang migrasi besar ke Medan, gelombang pertama berupa kedatangan orang Tionghoa dan Jawa sebagai kuli kontrak perkebunan. Tetapi setelah tahun 1880 perusahaan perkebunan berhenti mendatangkan orang Tionghoa, karena sebagian besar dari mereka lari meninggalkan kebun dan sering melakukan kerusuhan. Perusahaan kemudian sepenuhnya mendatangkan orang Jawa sebagai kuli perkebunan. Orang-orang Tionghoa bekas buruh perkebunan kemudian didorong untuk mengembangkan sektor perdagangan. Gelombang kedua ialah kedatangan orang Minangkabau, Mandailing, dan Aceh. Mereka datang ke Medan bukan untuk Universitas Sumatera Utara bekerja sebagai buruh perkebunan, tetapi untuk berdagang, menjadi guru, dan ulama. Kehadiran Kota Medan sebagai suatu bentuk kota memiliki proses perjalanan sejarah yang panjang dan kompleks, hal ini dibuktikan dengan berkembangnya daerah yang dinamakan sebagai “Medan” ini menuju pada bentuk kota metropolitan. Sebagai hari lahir Kota Medan adalah 1 Juli 1590. Keberadaan Kota Medan saat ini tidak terlepas dari dimensi historis yang panjang, dimulai dari dibangunnya Kampung Medan Putri tahun 1590 oleh Guru Patimpus, Kota Medan berkembang dari sebuah kampung bernama Kampung Medan Putri, yang didirikan oleh Guru Patimpus sekitar tahun 1590-an. Guru Patimpus adalah seorang putra Karo bermarga Sembiring Pelawi dan beristrikan seorang putri Datuk Pulo Brayan. Dalam bahasa Karo, kata “Guru” berarti “Tabib” ataupun “Orang Pintar”, kemudian kata “Pa” merupakan sebutan untuk seorang Bapak berdasarkan sifat atau keadaan seseorang, sedangkan kata “Timpus” berarti bundelan, bungkus, atau balut. Dengan demikian, maka nama Guru Patimpus bermakna sebagai seorang tabib yang memiliki kebiasaan membungkus sesuatu dalam kain yang diselempangkan di badan untuk membawa barang bawaannya, hal ini dapat diperhatikan pada Monumen Guru Patimpus yang didirikin di sekitar Balai Kota Medan. Kota Medan berkembang menjadi Kesultanan Deli pada tahun 1669 yang diproklamasikan oleh Tuanku Perungit yang memisahkan diri dari Kesultanan Aceh. Perkembangan Kota Medan selanjutnya ditandai dengan perpindahan ibukota Residen Sumatera Timur dari Bengkalis menuju Medan, tahun 1887, sebelum Universitas Sumatera Utara akhirnya statusnya diubah menjadi Gubernemen yang dipimpin oleh seorang Gubernur pada tahun 1915. Keberadaan Kota Medan tidak lepas dari peranan para pendatang asing yang datang ke Medan sebagai pedagang maupun lainnya. Nienhuys sebagai pendatang asing mempunyai peranan sebagai pemilik modal perkebunan tembakau yang berkawasan di daerah Maryland telah menjadi cikal-bakal pertumbuhan Medan. Nienhuys pada proses perkembangan perkebunan tembakau telah memindahkan pusat perdagangan tembakau miliknya ke Medan Putri, yang pada saat sekarang ini dikenal dengan kawasan Gaharu. Proses perpindahan ini telah dapat menciptakan perkembangan cikal-bakal Kota Medan seperti sekarang ini. Sedang dijadikannya Medan menjadi ibukota dari Deli juga telah mendorong Medan berkembang menjadi pusat pemerintahan, sebagaimana terdapat dalam konsep modern mengenai perkembangan kota. Sampai saat ini, disamping merupakan salah satu daerah kota, juga sekaligus ibukota Propinsi Sumatera Utara.

3.1.3 Sarana dan Prasarana