Sarana dan Prasarana Penduduk dan Mata Pencaharian

akhirnya statusnya diubah menjadi Gubernemen yang dipimpin oleh seorang Gubernur pada tahun 1915. Keberadaan Kota Medan tidak lepas dari peranan para pendatang asing yang datang ke Medan sebagai pedagang maupun lainnya. Nienhuys sebagai pendatang asing mempunyai peranan sebagai pemilik modal perkebunan tembakau yang berkawasan di daerah Maryland telah menjadi cikal-bakal pertumbuhan Medan. Nienhuys pada proses perkembangan perkebunan tembakau telah memindahkan pusat perdagangan tembakau miliknya ke Medan Putri, yang pada saat sekarang ini dikenal dengan kawasan Gaharu. Proses perpindahan ini telah dapat menciptakan perkembangan cikal-bakal Kota Medan seperti sekarang ini. Sedang dijadikannya Medan menjadi ibukota dari Deli juga telah mendorong Medan berkembang menjadi pusat pemerintahan, sebagaimana terdapat dalam konsep modern mengenai perkembangan kota. Sampai saat ini, disamping merupakan salah satu daerah kota, juga sekaligus ibukota Propinsi Sumatera Utara.

3.1.3 Sarana dan Prasarana

Sarana dan prasarana memiliki peran yang sangat penting dalam mendukung aktivitas pariwisata untuk menghubungkan wisatawan ke suatu objek dan daya tarik wisata yang diinginkannya. Sarana dan prasarana perhubungan di Kota Medan terdiri dari prasarana perhubungan darat, laut, dan udara. Transportasi lainnya adalah kereta api. Disamping itu juga telah tersedia prasarana listrik, gas, telekomunikasi, air bersih dan Kawasan Industri Medan KIM I. Universitas Sumatera Utara

3.1.4 Penduduk dan Mata Pencaharian

1. Penduduk Penduduk Kota Medan terdiri dari berbagai macam suku atau etnis. Sebelum kedatangan bangsa asing ke wilayah Medan yang merupakan bagian dari wilayah Sumatera Timur pada saat itu, penduduk Medan masih dihuni oleh suku-suku asli, seperti Melayu, Simalungun, dan Karo. Namun, seiring dengan hadir dan berkembangnya perkebunan tembakau di Sumatera Timur maka demografi penduduk Medan berubah dengan hadirnya suku-suku pendatang, seperti Jawa, Batak Toba, Cina, dan India. Suku-suku pendatang itu tinggal menetap dan telah bercampur baur dengan penduduk asli sehingga Kota Medan sampai saat ini dihuni oleh berbagai macam etnis, seperti Melayu, Simalungun, Batak Toba, Mandailing, Cina, Angkola, Karo, Tamil, Benggali, Jawa, dan lain-lain. Mayoritas penduduknya menganut agama Islam disusul kemudian oleh agama Kristen, dan Budha. Sementara agama Hindu merupakan agama yang paling sedikit dianut oleh penduduk Kota Medan. Luas Kota Medan yang mencapai 265,10 km² dan terdiri dari 21 daerah Kecamatan yang terpecah lagi pada 155 daerah Kelurahan, jumlah penduduknya mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Lihat Tabel 3.1 Table 3.1 Jumlah Penduduk Kota Medan Tahun Jumlah 2005 2.036.185 2006 2.067.288 2007 2.083.156 2008 2.102.105 2009 2.121.053 Sumber: BPS Kota Medan, 2013 Universitas Sumatera Utara 2. Mata Pencaharian Di Kota Medan mayoritas penduduknya bermata pencaharian sebagai pedagang. Rata-rata para pengusaha Medan ini menjadi pedagang di komoditas perkebunan. Di sektor perdagangan ini dikuasai oleh etnis Tionghoa dan Minangkabau. Orang-orang Mandailing menguasai bidang pemerintahan dan politik, sedangkan dalam bidang pendidikan, hukum, kesehatan, jurnalistik banyak dilakukan oleh orang Minangkabau yang menetap di Medan.

3.2 ODTW di Kota Medan