Infeksi Saluran Pernafasan atas Akut ISPaA seperti Faringitis dan Tonsilitis akut dapat disebabkan oleh karena infeksi virus, bakteri ataupun jamur. Setengah
dari infeksi ini disebabkan oleh virus yakni virus influenza, parainfluenza, adeno virus, respiratory sincytial virus dan rhino virus.
18
b. Faktor Host Pejamu b.1. Umur
Umur mempunyai pengaruh yang cukup besar untuk terjadinya ISPA. Oleh sebab itu kejadian ISPA pada bayi dan anak balita akan lebih tinggi jika
dibandingkan dengan orang dewasa. Kejadian ISPA pada bayi dan balita akan memberikan gambaran klinik yang lebih berat dan jelek, hal ini disebabkan karena
ISPA pada bayi dan anak balita umumnya merupakan kejadian infeksi pertama serta belum terbentuknya secara optimal proses kekebalan secara alamiah. Sedangkan
orang dewasa sudah banyak terjadi kekebalan alamiah yang lebih optimal akibat pengalaman infeksi yang terjadi sebelumnya.
12
Hasil survei kesehatan Rumah tangga SKRT tahun 1992 menunjukkan prevalensi ISPA untuk bayi 42,4 dan anak umur 1-4 tahun 40,6 sedangkan Case
Spesific Death Rate CSDR karena ISPA pada bayi 21 dan untuk anak 1-4 tahun 35.
19
b.2. Jenis Kelamin
Berdasarka hasil penelitian dari berbagai negara termsuk Indonesia dan berbagai publikasi ilmiah, dilaporkan berbagai faktor risiko yang meningkatkan
insiden ISPA adalah anak dengan jenis kelamin laki-laki.
5
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan hasil penelitian Ruli Handayani Kota Palembang Tahun 2004, dengan desain Prospectice Cohort Study berdasarkan hasil uji statistik menunjukkan
ada hubungan antara jenis kelamin dengan kejadian gangguan saluran pernafasan diperoleh p value = 0,089 dan diperoleh nilai Relative Risk RR 1,77 CI 95 :
1,162-2,716 artinya risiko anak laki-laki terkena gangguan saluran pernafasan sebesar 1,77 dibandingkan dengan anak perempuan.
20
b.3. Status Gizi
Salah satu faktor yang mempengaruhi status gizi anak adalah makanan dan penyakit infeksi yang mungkin diderita oleh anak. Anak yang mendapat makanan
baik tetapi sering diserang penyakit infeksi dapat berpengaruh terhadap status gizinya. Begitu juga sebaliknya anak yang makanannya tidak cukup baik, daya tahan
tubuhnya pasti lemah dan akhirnya mempengaruhi status gizinya. Gizi kurang menghambat reaksi imunologis dan berhubungan dengan tingginya prevalensi dan
beratnya penyakit infeksi.
21
Keadaan gizi yang buruk muncul sebagai faktor resiko yang penting untuk terjadinya penyakit infeksi. Dalam keadaan gizi yang baik, tubuh mempunyai cukup
kemampuan untuk mempertahankan diri terhadap infeksi. Jika keadaan gizi menjadi buruk maka reaksi kekebalan tubuh akan menurun yang berarti kemampuan tubuh
mempertahankan diri terhadap serangan infeksi menjadi turun. Oleh karena itu, setiap bentuk gangguan gizi sekalipun dengan gejala defisiensi yang ringan merupakan
pertanda awal dari terganggunya kekebalan tubuh terhadap penyakit infeksi.
22
Hasil penelitian Calvin S di wilayah puskesmas Curug Kabupaten Tangerang 2004, dengan desain cross sectional, berdasarkan hasil analisis bivariat menujukkan
Universitas Sumatera Utara
ada hubungan antara status gizi anak balita dengan penyakit ISPA diperoleh nilai p = 0,001 dan Ratio Prevalens 5,980 CI 95; 2,090-17,111. Artinya balita yang
mempunyai status gizi tidak baik merupakan faktor resiko untuk terjadinya ISPA.
23
b.4. Berat Badan Lahir