Analisis Multivariat METODE PENELITIAN

5.4. Analisis Multivariat

Dari hasil analisis bivariat diperoleh 5lima variabel yang memiliki nilai p0,25 yaitu jenis kelamin laki-laki , status gizi kurang, berat badan lahir rendah, kepadatan hunian ruang tidur dan keberadaan perokok dalam ruangan. Kelima variable ini masuk ke dalam kandidat untuk analisis multivariate. Hasil dari analisis multivariat dapat dilihat pada tabel berikut ini : Tabel 5.27. Identifikasi Variabel Dominan Penyebab Kejadian ISPaA Pada Anak Balita di Kelurahan Mangga Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2010 No Variabel Nilai B P 95 C.I for EXP B Lower Upper 1 Jenis kelamin laki-laki 0,537 0,188 0,770 3,801 2 Status gizi kurang 1,044 0,097 0,828 9,749 3 Berat badan lahir rendah 1,360 0,102 0,763 19,921 4 Kepadatan hunian ruang tidur 0,720 0,090 0,895 4,718 5 Keberadaan perokok dalam ruangan 1,009 0,015 1,216 6,191 Overall Percentage = 68,3 Variabel akan dikeluarkan satu persatu dimulai dari variabel yang memilki nilai p paling besar sampai tidak ada lagi variable yang memiliki nilai p0,05. Hasil analisis terakhir dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 5.28. Variabel Yang Berhubungan Dengan Kejadian ISPaA pada Anak Balita di Kelurahan Mangga Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2010 No Variabel Nilai B P 95 C.I for EXP B Lower Upper 1 Keberadaan Perokok 0,971 0,018 1,183 5,890 Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa hanya ada satu variabel yang signifikan yaitu keberadaan perokok dalam ruangan, sehingga dapat dimasukkan ke dalam model persamaan regresi logistik : Universitas Sumatera Utara Y = -4,0777 + 0,971X 1 Dimana : Y = Kejadian ISPaA pada anak balita X 1 = Keberadaan perokok dalam ruangan. Berdasarkan hasil regresi logistik, estimasi probabilitas atau peluang seorang anak balita terkena ISPaA di Kelurahan Mangga Kecamatan Medan Tuntungan dapat diketahui secara matematik yaitu : 1 P = x 100 1 + e - -4,077 + 0,971X 1 Model regresi logistik mempergunakan asumsi, misal untuk melihat estimasi faktor risiko xn ada nilainya yaitu = 1, jika estimasi faktor risiko Xn tidak ada nilainya maka = 0. Contoh : Jika keberadaan perokok dalam ruangan diberi nilai X1,= 1 dan estimasi faktor resiko lainnya dianggap tidak ada = 0, maka estimasi probabilitasnya adalah : 1 P = x 100 1 + e - -4,077 + 0,9711+0 P = 2,10 Artinya = anak balita yang tinggal dalam rumah yang terdapat anggota keluarga perokok didalam rumah memiliki estimasi probabilitas untuk terkena ISPaA sebesar 2,10. Universitas Sumatera Utara

BAB 6 PEMBAHASAN

6.1. Analisis Univariat

6.1.1. Prevalens Rate ISPaA

Prevalens rate ISPaA pada balita dapat dilihat pada gambar di bawah ini: Gambar 6.1. Diagram Pie Prevalens Rate ISPaA Pada Anak Balita di Kelurahan Mangga Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2010 63,5 36,5 ISPaA Tidak ISPaA Gambar 6.1. dapat diketahui bahwa prevalens rate kejadian ISPaA pada anak balita di kelurahan Mangga Kecamatan Medan Tuntungan tahun 2010 yaitu 63,5. Penyakit ISPA sering terjadi pada bayi dan anak balita dan juga merupakan salah satu peyebab utama kunjungan pasien di sarana kesehatan. Sebanyak 40-60 kunjungan berobat di puskesmas dan 15-30 kunjungan berobat di bagian rawat jalan dan rawat inap rumah sakit disebabkan oleh ISPA. 10 Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Infeksi Saluran Pernafasan Akut (Ispa) Pada Anak Balita Di Puskesmas Panyabungan Jae Kabupatenmandailing Natal Tahun 2014

0 53 122

Analisa Kecenderungan Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut (Ispa) Pada Bayi Dan Balita Tahun 2000-2004 Untuk Peramalan Pada Tahun 2005-2009 Di Kabupaten Simalungun

0 37 101

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) Pada Batita di Kelurahan Glugur Darat I Kecamatan Medan Timur Tahun 2011

0 15 111

Analisis Beberapa Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Infeksi Saluran Pernafasan Atas Akut (ISPaA) Pada Anak Balita Di Kelurahan Kemenangan Tani Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2010

2 41 139

Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Infeksi Saluran Pernafasan Atas (ISPA) Pada Balita Di Kelurahan Ilir Gunung Sitoli Kabupaten Nias Tahun 2008

1 55 137

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN INFEKSI SALURAN PERNAFASAN AKUT (ISPA) BAGIAN ATAS PADA BALITA DI DESA NGRUNDUL KECAMATAN KEBONARUM KABUPATEN KLATEN

0 5 10

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN INFEKSI SALURAN PERNAFASAN AKUT (ISPA) PADA BALITA FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN INFEKSI SALURAN PERNAFASAN AKUT (ISPA) PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BANYUDONO 1 KABUPATEN BOYOLAL

0 2 16

PENDAHULUAN FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN INFEKSI SALURAN PERNAFASAN AKUT (ISPA) PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BANYUDONO 1 KABUPATEN BOYOLALI.

0 1 8

DAFTAR PUSTAKA FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN INFEKSI SALURAN PERNAFASAN AKUT (ISPA) PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BANYUDONO 1 KABUPATEN BOYOLALI.

0 2 4

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN INFEKSI SALURAN PERNAFASAN AKUT (ISPA) PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS CEPOGO KABUPATEN BOYOLALI TAHUN 2009.

0 3 7