ada hubungan antara status gizi anak balita dengan penyakit ISPA diperoleh nilai p = 0,001 dan Ratio Prevalens 5,980 CI 95; 2,090-17,111. Artinya balita yang
mempunyai status gizi tidak baik merupakan faktor resiko untuk terjadinya ISPA.
23
b.4. Berat Badan Lahir
Berat Badan Lahir Rendah BBLR ditetapkan sebagai suatu berat lahir yang kurang dari 2500 gram.
24
BBLR membawa akibat bagi bayi berupa : daya tahan terhadap penyakit infeksi rendah, pertumbuhan dan perkembangan tubuh lebih
lamban, tingkat kematian lebih tinggi dibanding bayi yang lahir dengan berat badan cukup.
22
Bayi dengan BBLR sering mengalami penyakit gangguan pernafasan, hal ini disebabkan oleh pertumbuhan dan pengembangan paru yang belum sempurna dan
otot pernafasan yang masih lemah.
24
b.5. Status ASI Eksklusif
ASI Air Susu Ibu merupakan makanan bayi yang paling sempurna, bersih dan sehat serta praktis karena mudah diberikan setiap saat. ASI dapat mencukupi
kebutuhan gizi bayi untuk tumbuh kembang dengan normal sampai berusia 6 bulan. ASI Eksklusif adalah pemberian ASI saja kepada bayi sampai umur 6 bulan tanpa
memberikan makanancairan lain.
26
ASI mengandung gizi yang cukup lengkap dan mengandung imun untuk kekebalan tubuh bayi. Keunggulan lainnya, ASI disesuaikan dengan sistem
pencernaan bayi sehingga zat gizi cepat terserap. Berbeda dengan susu formula atau makanan tambahan yang diberikan secara dini pada bayi. Susu formula sangat susah
diserap usus bayi sehinnga dapat menyebabkan susah buang air besar pada bayi.
Universitas Sumatera Utara
Proses pembuatan susu formula yang tidak steril menyebabkan bayi rentan terkena diare. Hal ini akan menjadi pemicu terjadinya kurang gizi pada anak dan akibat dari
kurang gizi anak lebih mudah terserang penyakit infeksi.
26
Berdasarkan hasil penelitian Agustama 2008 di Kota Medan dan Kabupaten Deli Serdang 2005 dengan desain cross sectional, berdasarkan hasil analisis bivariat
antara status ASI eksklusif dengan penyakit ISPA diperoleh nilai p=0,000, Ratio Prevalens 0,2 di Kota Medan sedangkan di Kabupaten deli Serdang RP=0,5.
Artinya ASI Eksklusif bukan merupakan faktor resiko untuk terjadinya ISPA.
27
b.6. Status Imunisasi
Imunisasi berasal dari kata imun yang berarti kebal atau resisten. Anak yang diimunisasi berarti diberikan kekebalan terhadap suatu penyakit tertentu. Dalam
imunologi, kuman atau racun kuman toksin disebut sebagai antigen. Imunisasi merupakan upaya pemberian ketahanan tubuh yang terbentuk melalui vaksinasi.
28
Imunisasi bermamfaat untuk mencegah beberapa jenis penyakit infeksi seperti, Polio, TBC, difteri, pertusis, tetanus dan hepatitis B. Bahkan imunisasi juga
dapat mencegah kematian dari akibat penyakit-penyakit tersebut. Sebagian besar
kasus ISPA merupakan penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi, penyakit yang tergolong ISPA yang dapat dicegah dengan imunisasi adalah difteri, dan batuk rejan.
Anak balita yang telah memperoleh imunisasi yang lengkap sesuai dengan umurnya otomatis sudah memiliki kekebalan terhadap penyakit tertentu maka jika
ada kuman yang masuk ketubuhnya secara langsung tubuh akan membentuk antibodi terhadap kuman tersebut.
28
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan penelitian Munjiah di Kecamatan Inderalaya Kabupaten Ogan Komering Ilir Sumatera Selatan 2002 dengan desain case control, berdasarkan
analisis bivariat menunjukkan ada hubungan antara status imunisasi dengan penyakit ISPA diperoleh p = 0,047 dan OR 3,67 CI 95; 0,596-14,070 yang berarti bayi dan
balita yang mempunyai status imunisasi tidak lengkap kemungkinan untuk mendapatkan penyakit gangguan saluran pernafasan 3,67 kali dibandingkan dengan
bayi dan balita dengan status imunisasi lengkap.
25
c. Faktor Lingkungan Environment c.1. Kepadatan Hunian Ruang Tidur