Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Suatu perubahan terjadi dikarenakan terdapat suatu proses pergeseran dari bentuk awal ke bentuk baru dan dari pergeseran inilah dapat menimbulkan beberapa perubahan baik dari segi fisik dan non fisik, materi dan non materi. Oleh karena itu peneliti mengangkat tema Dampak Perubahan Pemanfaatan Tanah Di Situ Kuru Terhadap Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Sekitar, karena dari perubahan yang terjadi seputar alih fungsi lahan Situ Kuru tersebut menimbulkan beberapa dampak yang dirasakan masyarakat setempat. Tak bisa dipungkiri dari perubahan ini juga mengakibatkan perubahan sosial, seperti pada pola fikir individu yang turut merubah Situ Kuru menjadi lahan bisnis yang pada awalnya daerah ini adalah daerah resapan air. Banyak ditemukan fakta bahwa sebagian lahan di perkoataan di uruk atau di keruk untuk kepentingan bisnis maupun kepentingan yang menguntungkan pribadi atau individu lainnya dengan mengorbankan fungsi awal lahan tersebut. Mengingat pentingnya suatu danau atau Situ bagi kehidupan dan keseimbangan alam ini, berikut penjelasan mengenai pengertian dari Situ serta fungsinya. Situ secara alamiah mempunyai manfaat untuk konservasi air tanah dan pengendalian banjir. Situ-situ merupakan aset negara yang berupa cekungan atau bagian dari sungai yang membengkak, Situ juga merupakan kekayaan alam dan merupakan sumber air, pengimbuh air tanah, penampung air banjir atau parkir air, untuk perikanan, pariwisata dan lain-lain, namun yang sangat disayangkan akhir-akhir ini keberadaan Situ sangat memprihatinkan dan terancam kelestariannya, akibat terjadinya pengendapan sedimen, pengurugan pemukiman sekitar Situ dan penyerobotan tanah di keliling Situ. Selain bermanfaat untuk konservasi air tanah dan pengendalian banjir, Situ dapat dimanfaatkan untuk berbagai tujuan diantaranya yaitu untuk irigasi, perikanan air tawar, air baku dan pariwisata. Di wilayah Jabotabek keberadaan Situ-situ sangat bermanfaat dan merupakan sumber daya air yang perlu dilestarikan keberadaannya, dan perlu dikembangkan guna keperluan yang bermanfaat. Kenyataanya pada saat ini Situ berada dalam keadaan yang memprihatinkan dan semakin terancam kelestariannya, akibat pengendapan sedimentasi, pengurugan pemukiman sekitar situ dan penyerobotan tanah sekeliling situ, maka kapasitas tampung situ berkurang. Akibat berkurangnya luas Situ tersebut maka fungsi Situ menjadi menurun sehingga menimbulkan masalah banjir, kekeringan, air tanah menurun, sarana rekreasi berkurang dan lain-lain. Dengan banyaknya manfaat yang dimiliki oleh Situ, maka diperlukan suatu usaha untuk mempertahankan keberadaan Situ-situ tersebut. 1 Oleh karena itu melihat dari permasalahan di atas peneliti tertarik melakukan penelitian di Situ Kuru hal ini pun sebagai salah satu upaya untuk mencegah punahnya atau hilangnya Situ Kuru karena bukan hal yang tidak mungkin suatu saat nanti jika lahan Situ benar-benar tidak ada pengawasan 1 Sumber data diperoleh dari Balai Besar Sungai Ciliwung Cisadane dalam penelitian ”Studi Detail Desain Situ-situ di Kabupaten Tangerang dan Kabupaten Bekasi”, oleh PT. Aria Jasa Konsultan akan dibangun atau didirikan bangunan yang nantinya akan mengilangkan fungsi daerah lingkungan tersebut yang berfungsi sebagai daerah resapan air. Bahkan mirisnya Situ Kuru dinyatakan hilang karena sudah tidak terpantau oleh satelit. Hal ini justru akan menjadi masalah terlebih berkaca pada beberapa Situ yang telah hilang atau tidak diketahui lagi letak persis lahan tersebut. Mengingat banyaknya bangunan-bangunan yang berdiri di atas lahan Situ Kuru, Pak widya selaku Ketua Rt setempat pun menyatakan “Ada sekitar 30 bangunan yang berdiri tanpa surat izin”. Ia menyebut, pemilik bangunan di kawasan itu tak hanya warga pendatang melainkan juga ada di antaranya pegawai dan dosen UIN Jakarta. 2 Hal ini lah yang menjadi salah satu penyebab hilangnya sebagian lahan Situ Kuru. Berbicara soal kabar mengenai hilangnya Situ-stu di daerah Tangerang Selatan, Dosen Planologi Institut Teknologi Indonesia ITI Tangerang Kusparmadi mengatakan, di Kota Tangerang Selatan ini terdapat sembilan Situ, yakni Situ Pamulang atau Tujuh Muara di Pamulang, Situ Kedaung di Pamulang, Situ Parigi di Pondok Aren, Situ Rawa Kutub di Serpong Utara, Situ Gintung di Cirendeu Ciputat Timur, Situ Legoso sekarang Situ Kuru di Kelurahan Cempaka Putih, Ciputat Timur, Situ Rumpang di Kecamatan Ciputat, Situ Bungur di Kelurahan Pondok Ranji Kecamatan Ciputat Timur, dan Situ Antap di Ciputat. 2 http:www.uinjkt.ac.idindex.phpcomponentcontentarticle3-seputar-kampus1593- situ-kuru-riwayatmu-kini.html “Dari sembilan situ yang telah kita inventarisir, empat di antaranya telah hilang keberadaannya,” kata Kusparmadi seperti dikutip Radar Banten 202. Dijelaskan Kusparmadi, keempat situ yang dinyatakan hilang itu masing- masing adalah Situ Kuru di Kelurahan Cempaka Putih, Kecamatan Ciputat Timur, Situ Rumpang di Kecamatan Ciputat, Situ Bungur, di Kelurahan Pondok Ranji, Ciputat Timur, dan Situ Antap di Ciputat. “Keempat Situ itu keberadaannya kini sudah tak terlihat di peta bahkan tak terpantau satelit,” jelasnya. Kusparmadi mengaku prihatin dengan keberadaan situ-situ tersebut. Ke depan, ia berharap agar Pemkot Tangsel segera melakukan pendataan kembali terhadap keberadaan situ-situ yang ada di kawasan tersebut. 3 Sementara itu, Kepala Bidang Pengairan Dinas Bina Marga Kabupaten Tangerang Yulianto mengatakan, awalnya keberadaan situ-situ itu tidak terurus. Akibatnya, terjadi pendangkalan dan oleh warga lalu dijadikan area permukiman. Rektor UIN Jakarta Prof Dr Komaruddin Hidayat saat berdialog dengan Pejabat Walikota Tangsel HM Saleh MT dalam beberapa kesempatan sempat meminta agar Situ Kuru dibenahi dan dikembalikan fungsinya sebagai daerah resapan air. Harapan yang sama dikemukakan kembali saat berdialog dengan sejumlah anggota DPRD Kota Tangsel di kampus UIN Jakarta. “Kami meminta agar Situ Kuru dibenahi karena sekarang sudah banyak diambil alih 3 http:www.uinjkt.ac.idindex.phpcomponentcontentarticle3-seputar-kampus1593- situ-kuru-riwayatmu-kini.html seba gai permukiman warga,” katanya. Tak hanya itu, UIN Jakarta melalui Lembaga Pengabdian kepada Masyarakat LPM belum lama ini juga telah melayangkan surat permohonan serupa. Surat yang ditujukan ke Pemkot Tangsel, DPRD Tangsel, dan Balai Besar Kali Ciliwung dan Cisadane itu mendesak agar Situ Kuru segera dial ihfungsikan kembali sebagai daerah resapan air dan taman wisata. “Kami ingin Situ Kuru seperti tahun 70-an dan kelak dibuatkan joging track untuk olahraga. 4 Harian republika pun sempat melakukan wawancara dengan Profesor Amsal Bachtiar pada hari Ahad minggu 28 November terkait Situ Kuru,, dan memuat artikel yang menyatakan bahwa, Situ Kuru adalah sebuah Situ alam yang terletak di belakang Kampus Universitas Islam Negeri UIN Syarif Hidayatullah, Kecamatan Ciputat Timur, Kota Tangerang Selatan Tangsel memprihatinkan. Pihak UIN Syarif Hidayatullah dan Pemerintah Kota Pemkot Tangsel meminta pemerintah pusat untuk segera memperbaiki Situ Kuru supaya fungsinya sebagai daerah konservasi air dikembalikan. Hal tersbut justru turut menjadi tanggungan Universitas Islam Negeri pula yang berlabelkan Islam dan menjunjung tinggi kebersihan, karena dalam suatu hadist dijelasan bahwa kebersihan adalah sebagian dari iman. Jika dikatakan insan akademis UIN beriman, maka sudah sepatutnya lah turut menjaga kebersihan lingkungan sekitar. Namun kini mirisnya kondisi Situ Kuru justru seperti 4 http:www.uinjkt.ac.idindex.phpcomponentcontentarticle3-seputar-kampus1593- situ-kuru-riwayatmu-kini.html kebalikannya. Jika UIN makin membesar, maka Situ Kuru makin mengecil. Jika UIN makin megah, Situ Kuru justru makin merana. Jika UIN makin Indah, Situ Kuru makin membuat jengah. Jika UIN setiap pagi dihampiri bau parfum yang dipake mahasiswa dan pegawainya, Situ Kuru justru melawannya dengan bau air tak bisa mengalir. Jika UIN dipoles warna hijau menyejukkan, Situ Kuru justru berbalut hitam menyedihkan. 5 Seperti yang telah diuraikan sebelumnya salah satu Situ yang menjadi lokasi penelitian peneliti yaitu Situ Kuru ini sendiri yang berada persis di samping kampus UIN Jakarta yang dibelah Jalan Pesanggrahan. Luas danau semula mencapai sekitar lima hektar, namun kini telah menyusut hingga 7.500 meter persegi saja. Belum diketahui persis kapan sejarah situ tersebut dibangun. Tapi yang jelas, riwayat Situ Kuru kini semakin memprihatinkan. Selain sudah banyak yang diurug, tak sedikit pula warga mendirikan bangunan berupa hunian dan tempat usaha. Ironisnya, bangunan-bangunan itu didirikan tanpa izin yang jelas. 6 Kebanyakan orang mungkin tidak mengetahui apa yang terjadi dengan danau Situ Kuru. Bahkan tidak sedikit orang yang tidak tahu bahwa sebenarnya kubangan air yang terdapat di Situ Kuru tersebut merupakan danau alam yang memang berasal dari alam bukan merupakan danau buatan manusia. Suasana yang dapat dilihat saat ini justru kubangan tersebut menjadi tempat 5 http:save-our-situ.blogspot.com 6 http:www.uinjkt.ac.idindex.phpcomponentcontentarticle3-seputar-kampus1593- situ-kuru-riwayatmu-kini.html pembuangan sampah yang sangat menjijikan, menjadi lahan yang tidak seharusnya menjadi tempat pembuangan akhir. 7 Lagi-lagi hal ini disebabkan karena penyempitan lahan yang terjadi di area strategis. Bisa dikatakan demikian karena letak situ kuru yang dekat dengan area kampus membuat atau menumbuhkan sektor perdagangan dan menjadikannya lahan bisnis. Sumber daya lahan di perkotaan memiliki masalah yang serius sebagai akibat dari keterbatasan lahan. Jumlah penduduk yang meningkat mengindikasikan bahwa penggunaan lahan juga akan semakin meningkat. Lahan di perkotaan sudah mulai terbatas karena telah banyak dimanfaatkan untuk kepentingan umum maupun kepentingan pribadi sehingga menimbulkan persaingan dalam memperoleh lahan terutama lahan yang berada di lokasi strategis pusat kota. Semakin strategis suatu kawasan maka harga lahan akan semakin tinggi. Nilai komersial lahan yang terus naik mendorong pemilik modal melakukan penguasaan lahan. Investasi di sektor lahan dipandang sangat menguntungkan karena dalam waktu yang relatif singkat bisa memberikan capital gain. Maka banyak spekulan memburu lahan-lahan yang berpotensi untuk dijadikan pusat bisnis. 8 Dari penjelasan yang dikutip peneliti pada artikel tersebut, peneliti menemukan kesamaan permasalahan seperti yang terjadi di Situ Kuru, lahan tersebut kini di manfaatkan untuk kebutuhan pribadi yang komersial. Diakui bersama bahwa lingkungan kita saat ini masuk dalam kondisi 7 Tantan Hermansah dalam artikel “Situ Kuru Sebuah Pandangan Lapangan”. Monografi Situ Kuru: Dinamika Sunyi Danau dekat Masyarakat Intelektual 8 http:iirc.ipb.ac.idjspuibitstream123456789177461H08aar_abstract.pdf krisis, jika tidak mau dinyatakan ‘rusak di mana-mana’. Tidak hanya bentuk krisis lingkungan fisik seperti krisis air, tanah, udara, bahkan iklim, tetapi juga krisis lingkungan biologis dan tentunya lingkungan sosial. Dalam kerangka pendekatan historis sosiologis, jelas bahwa saat berinteraksi dengan alamlah kebudayaan diciptakan. Manusia lebih cerdas, kemudian menemukan langkah- langkah bagaimana lebih memanfaatkan alam demi memenuhi kebutuhan mereka itu. Alam merupakan sarana untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Interaksi manusia dengan lingkungan ditandai dengan watak yang berubah- ubah. Ketika ilmu pengetahuan modern berkembang pesat industrialisasi menjelma sebagai gaya hidup baru, manusia tak lagi memanfaatkan lingkungan dalam jumlah yang wajar namun mereka sudah menjadikan alam sebagai objek apa yang bisa dilakukan. Mungkin cara berpikir mereka kurang lebihnya sepe rti ini “ kalau sanggup mengeruk alam sebanyak-banyaknya mengapa tidak?”. Muncul sifat baru manusia yang jelas-jelas tidak sama dengan karakter sebelumnya, yakni “ manusia sebagai penakluk lingkungan”. Penakluk di sini berarti menjadikan alam menjadi makhluk pelayan, tidak berkutik dan sekadar menghamba untuk memenuhi kebutuhan manusia. 9 Situ Kuru yang tanahnya berada di bawah kekuasaan PEMDA kini makin tidak jelas bentuk pengawasannya , dan hal ini yang membuat banyak penyerobot lahan berdatangan untuk turut memenuhi area bisnis tersebut, karena letaknya yang di samping kampus Universitas Islam Negeri, dan seperti yang kita ketahui Situ Kuru merupakan daerah resapan air, di masa 9 Rachmad K. Dwi Susilo SOSIOLOGI LINGKUNGAN jakarta, PT RajaGrafindo Pesada 2008. keemasannya Situ Kuru pun masih sesuai fungsinya, bahkan sampai ada yang mempergunakan airnya untuk kebutuhan sehari-hari seperti mencuci dan pernah pula di jadikan objek wisata bermain masyarakat setempat, seperti terdapat perahu karena ukurannya dulu yang masih luas. Namun kini logikanya semakin besar kampus UIN dan bertambahnya jumlah mahasiswa semakin mengecil lah Situ Kuru, karena banyak berdiri bangunan-bangunan baru untuk kepentingan lahan bisnis atau tempat tinggal, seperti rumah makan, rental komputer, warnet, kos-kosan, toko sembako, toko buku, toko aksesoris dan lain sebagainya yang kini memadati Situ Kuru. Selama melakukan penelitian tentang Situ Kuru pada semester lalu tepatnya saat mendapat mata kuliah Ekologi, peneliti mendapat informasi dari hasil wawancara pada salah satu dosen Fakultas Ilmu Dakwah Dan Komunikasi bahwa “mulanya lahan Situ Kuru ada di bawah pengawasan PEMDA, namun karena kurang pengawasan atau seperti tidak ada yang mengelola maka bermunculan orang-orang yang ingin mengambil alih lahan tersebut. Pernah ada suatu perjanjian bahwa lahan Situ Kuru sejauh 12 M dari jalan masih boleh di dirikan bangunan namun apabila sudah melebihi batas tersebut maka bisa disebut menyerobot atau mengeruk lahan Situ K uru.” 10 Pada masa kejayaan atau belum terjadi perubahan manfaat lahan karena penyerobotan tersebut luas Situ Kuru masih terbentang dan mirisnya kini hanya seluas 7.500 meter dan sebatas kubangan air yang berwarna hijau kelam dan dipadati sampah di bantaran Situ tersebut. Meningkatnya jumlah mahasiswa 10 Hasil Wawancara dengan salah satu dosen fakultas ilmu dakwah dan komunikasi Maret 2010 Universitas Islam Negeri memicu perubahan alih fungsi dari daerah resapan air yang ini menjadi lahan bisnis. Hal ini terbukti saat kita melintasi daerah sekitar Situ Kuru yang kini terlihat sudah banyak bangunan-bangunan yang memadati lahan tersebut dan membuat Situ Kuru pun semakin mengecil dan tak lagi berfungsi sebagai daerah resapan air. Bahkan seperti yang peneliti jelaskan lebih mirip seperti kubangan air, airnya kini hijau kelam dan tak lagi mengalir, banyak sampah menumpuk di pingggiran Situ Kuru karena sudah tak terawat juga kini menimbulkan bau tak sedap, bisa saja menimbulkan banyak macam virus penyebab penyakit. Hal ini mungkin terjadi karena sebagian besar yang berkuasa pada lahan tersebut hanya mementingkan keuntungan yang di dapat dan tidak berimbas pada kelestariaan Situ sehingga kini hanya menjadi kubangan air yang berbau tak sedap. Dalam penelitian kali ini peneliti juga akan meninjau dari segi pemberdayaan masyarakat sekitar Situ Kuru. Apakah ada letak pemberdayaan bagi masyarakat setempat atas terjadinya perubahan pemanfaatan tanah Situ tersebut. Karena jika dilihat Situ sebagai lahan bisnis apakah mengurangi tingkat pengangguran atau tidak.

B. Batasan masalah