terdiri dari 4 baris dengan delapan suku kata tiap baris, mendapat pengaruh dari Arab, menggunakan huruf Jawi yaitu huruf arab dengan fonetik bahasa Melayu.
Hal itu semua dikarenakan, setelah masuknya Islam ke Indonesia dengan kerajaan Pasai sebagai pusat perkembangannya, maka runtuhlah kerajaan –
kerajaan Hindu dan Budha. Dengan demikian, seluruh peninggalan karya – karya sastra Hindu dan Budha ditulis kembali dengan menggunakan huruf Jawi. Oleh
karena itu, muncul hikayat klasik Melayu yang menggunakan motif – motif karya Hindu tetapi ada terdapat pantun Melayu dan pantun – pantun tersebut
mengandung unsur – unsur Islam. Selanjutnya, sejarah mengenai bentuk pantun. Menurut Noriah Taslim
Pantun dan Psikodinamika Kelisanan, www.pantun.usm.com bahwa, pantun Melayu pada awalnya berbentuk dua baris satu baris sampiran dan satu baris isi .
Akan tetapi, banyak pencipta pantun dahulu merasa bentuk tersebut kurang bisa memberi kebebasan bereksperesi sehingga dibuat bentuk empat baris.
Tidak hanya itu saja, para pencipta pantun juga mencoba membuat pantun dalam bentuk enam baris, delapan baris, sepuluh baris, sampai dua belas baris.
Akan tetapi, bentuk tersebut dirasakan terlalu susah untuk membuat sebuah pantun agar dapat diingat semua orang sehingga terkenal. Dengan demikian,
diputuskanlah bahwa bentuk empat baris adalah yang paling tepat untuk mengatasi kesulitan – kesulitan tersebut.
2.2.4. Jenis - jenis Pantun Melayu
Menurut Nursito 2000:12-13 , menyatakan bahwa jenis - jenis pantun Melayu yaitu pantun anak – anak yang terbagi atas pantun duka dan pantun suka,
Universitas Sumatera Utara
Pantun remaja yang terbagi atas pantun cinta, perpisahan, jenaka, teka – teki. Pantun orang tua yang terbagi atas pantun agama, adat, nasehat.
Pantun anak – anak pada umumnya bertemakan suka dan duka dalam kehidupan anak – anak. Pantun duka digumamkan pada saat sedih. Pantun suka
digumamkan pada saat gembira. Contoh pantun suka dan pantun duka adalah sebagai berikut:
www.melayuonline.com
Ramai orang bersorak –sorak Menepuk gendang dengan rebana
Alangkah besar hati awak Mendapat baju dan celana.
Sri Mersing lagulah Melayu Dikaranglah oleh pujangga dahulu
Hatiku runcing bertambahlah pilu Mengenangkan nasib yatim piatu.
Pantun orang tua digunakan dalam pertemuan – pertemuan adat sebagai selingan dalam berdialog atau berdebat. Selain itu, juga digunakan untuk
menasehati anak cucunya. Pantun adat merupakan salah satu jenis pantun Melayu yang isinya tentang suatu hal yang menjadi kebiasaan dan adat – istiadat di dalam
kehidupan masyarakat Melayu. Biasanya, di dalam pantun adat itu sendiri terdapat kata ‘adat’. Contohnya sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
www.melayuonline.com : Lebat daun bunga tanjung
Berbau harum bunga cempaka Adat dijaga pusaka dijunjung
Baru terpelihara adat pusaka
Selanjutnya, pantun agama. Isi dari pantun jenis ini tentang hal – hal yang berhubungan dengan agama. Misalnya, tentang hal – hal yang diperintahkan
dalam agama dalam agama dan yang dilarang dalam agama. Contohnya sebagai berikut:
www.melayuonline.com : Anak ayam turun sepuluh
mati seekor tinggal sembilan bangun pagi sembahyang subuh
minta ampun kepada Tuhan
Selanjutnya, pantun nasehat. Pantun ini berisikan tentang anjuran atau nasehat yang menurut orang tua zaman dulu sangat bermanfaat dalam menjalani
kehidupan bila diterapkan dalam kehidupan. Contohnya pada pantun –pantun Melayu berikut :
www.melayuonline.com
Anak gajah mandi di sumur Ambil galah dalam perahu
Anak muda jangan takabur Cobaan Allah siapa tahu.
Universitas Sumatera Utara
Parang ditetak kebatang sena Belah buluh taruhlah temu
Barang dikerja takkan sempurna Bila tak penuh menaruh ilmu.
Selanjutnya, pantun remaja yang bertemakan kehidupan remaja yang banyak didominasi pantun cinta. Isi dari pantun jenis ini mengisahkan tentang
perasaan cinta seseorang. Dalam sejarahnya, pantun Melayu digunakan sebagai ekspresi dari seorang pemuda yang jatuh cinta pada seorang wanita dalam
kehidupan masyarakat Melayu. Jika pemuda tersebut mengungkapkan pantun sebagai tanda ia suka pada seorang gadis ia juga akan berpantun untuk
mengharapkan jawaban dari gadis tersebut apakah gadis tersebut menyukainya atau tidak. Oleh karena itu, gadis tersebut juga harus membalasnya dalam bentuk
pantun sebagai jawaban bahwa ia suka dan mau menerima pemuda tersebut atau tidak. Contohnya sebagai berikut:
www.melayuonline.com : Coba-coba menanam mumbang
moga-moga tumbuh kelapa coba-coba bertanam sayang
moga-moga menjadi cinta
Ada juga pantun remaja yang sifatnya berisikan tentang sesuatu yang sifatnya menghibur . Contohnya, pantun ejekan, teka – teki. Tujuan pantun ini
Universitas Sumatera Utara
hanya untuk sebagai hiburan dan untuk menyenangkan hati. Contohnya pantun – pantun Melayu berikut :
www.melayuonline.com
Elok-elok menunggang kuda Tebing bertarah tanahnya licin
Elok-elok berbini muda Nasi hangus gulainya masin.
Gunting Cina ada pasaknya Gunting Siantan apa besinya
Bunting betina ada anaknya Bunting jantan apa isinya.
Selanjutnya, pantun remaja tentang perpisahan. Pantun ini berisikan tentang perpisahan dan biasa dibawakan ketika sepasang kekasih mau berpisah.
Selain itu juga dibawakan ketika menutup suatu acara. Contohnya pantun – pantun berikut :
www.melayuonline.com
Bunga Cina bunga karangan Tanamlah rapat tepi perigi
Adik dimana abang gerangan Bilalah dapat bertemu lagi.
Kalau ada sumur di ladang Bolehlah kita menumpang mandi
Universitas Sumatera Utara
Kalau ada umur panjang Bolehlah kita bertemu lagi.
BAB III ANALISIS PERBANDINGAN TANKA DENGAN PANTUN MELAYU
DARI SEGI BENTUK DAN ISI
3.1. Persamaan Tanka dengan Pantun Melayu dari Segi Bentuk
Pada awalnya,
tanka dan pantun Melayu memang berasal dari kata – kata yang dipikirkan lalu diucapkan oleh penciptanya. Dengan kata lain, dapat
dikatakan bahwa tanka dan pantun Melayu merupakan karya sastra yang berasal dari tradisi lisan atau merupakan karya sastra lisan. Akan tetapi, setelah
masyarakat penciptanya mengenal tulisan, maka tanka dan pantun Melayu berubah menjadi karya sastra tulisan. Oleh karena itu, dengan adanya proses
penulisan tersebut, maka tanka dan pantun Melayu yang tergolong ke dalam karya sastra yang berjeniskan puisi tersebut dapat dilihat bagaimana bentuknya.
Menurut Suminto Sayuti 1985:16 , bahwa puisi memiliki unsur intrinsik yang terbagi atas unsur bentuk dan unsur isi, unsur bentuk adalah bunyi irama
dan rima, kata diksi, suku kata, gaya bahasa dan tipografi baris dan bait , unsur isi adalah tema dan pesan.
Berdasarkan teori tersebut dalam kaitannya dengan perbandingan tanka dan pantun Melayu, penulis membatasi hanya membahas unsur intrinsik bentuk
yaitu bunyi irama dan rima, suku kata, dan tipografi baris dan bait untuk menemukan persamaan dan perbedaan unsur – unsur tersebut.
Universitas Sumatera Utara