Akan tetapi, rima yang ada pada tanka merupakan rima yang berasal dari suku kata. Hal ini dikarenakan sistem huruf pada tanka tidak seperti pada pantun
Melayu dimana huruf vokal dan konsonan terpisah. Misalnya, huruf pada pantun Melayu terdiri dari huruf a sampai z, lalu digabungkan beberapa huruf-huruf yang
dari a sampai z tersebut untuk menciptakan sebuah kata. Akan tetapi, sistem penulisan huruf pada tanka terdiri dari huruf vokal saja dan huruf konsonan
bergabung dengan huruf vokal. Huruf konsonan tidak dapat berdiri sendiri. Contohnya, bunyi ‘ko’ pada kata ‘kozo’ dan ‘kotoshi’ tidak dapat dikatakan
rimanya terdapat pada bunyi ‘k’ karena ‘k’ dan ‘o’ merupakan satu huruf . Oleh karena itu, tanka tidak mengenal sistem aliterasi yaitu bunyi konsonan yang sama.
Selain itu, pada pantun Melayu terdapat rima akhir dengan pola rima berpeluk. Akan tetapi, pada tanka tidak ada rima akhir dengan pola – pola tertentu.
Hal itu dikarenakan tanka merupakan satu bagian yang sama yang dipisahkan oleh pola jumlah suku kata dan bukan dipisahkan seperti pantun Melayu yang dibuat
terpisah baris tiap baris.
3.3.3. Perbedaan dari Segi Suku Kata
Suku kata tanka memiliki jumlah yang tetap dan ganjil yaitu 5 dan 7 suku kata karena itu telah merupakan syarat mutlak tanka. Akan tetapi, jumlah suku
kata pada pantun Melayu tidak memiliki jumlah tetap seperti tanka. Jumlah suku kata pada pantun Melayu aturan jumlahnya sebagian besar sekitar 8 sampai 12
suku kata dan itu tidak menjadi syarat mutlak. Akan tetapi, yang menjadi syarat mutlak adalah suku kata tersebut harus memenuhi pola bunyi pantun Melayu.
Universitas Sumatera Utara
Untuk menganalisanya lihatlah tanka yang telah ditandai tanda - serta nomor urut bagiannya seperti berikut :
To-shi-no-u-chi 1 ha-ru-wa-ki-ni-ke-ri 2 hi-to-to-se-wo 3 ko-zo-to-ya-i-ha-mu 4 ko-to-shi-to-ya-ihamu 5
Analisa : Pada tanka tersebut, penulis tidak menemukan suku kata yang jumlahnya lebih dari 5 atau tujuh. Hal ini telah membuktikan bahwa suku kata
tanka tidak sama dengan suku kata pantun Melayu. Pada masing – masing bagian tanka tersebut, penulis hanya melihat jumlah suku katanya berjumlah tetap yaitu 5
dan 7 dan ini dipengaruhi oleh syarat pola suku kata tanka. Selain itu, suku katanya berasal dari bunyi konsonan saja dan bunyi konsonan yang didampingi
vokal. Selanjutnya, untuk menganalisa suku kata pada pantun Melayu yang
berbeda dengan tanka, lihatlah pada contoh pantun yang telah ditandai tanda - seperti berikut :
A-ir-da-lam-ber-tam-bah-da-lam Hu-jan-di-hu-lu-be-lum-la-gi-te-duh
Ha-ti-den-dam-ber-tam-bah-den-dam Den-dam-da-hu-lu-be-lum-la-gi-sem-buh
Analisa : Penulis melihat jumlah suku kata pada pantun tersebut tidak ada kurang dari 8 suku kata dan lebih dari 12 suku kata. Pada suku kata tersebut,
terdapat pengaruh syarat pola bunyi pantun yaitu setiap bunyi akhir pada setiap baris. Huruf suku katanya juga tidak seperti tanka yang berasal dari bunyi
Universitas Sumatera Utara
konsonan saja dan bunyi konsonan yang didampingi vokal. Huruf suku katanya terdiri dari bunyi konsonan saja dan bunyi konsonan yang didampingi vokal, serta
bunyi konsonan yang didampingi vokal dan didampingi konsonan lagi.
3.3.4. Perbedaan dari Segi Baris dan Bait