Persamaan dari Segi Irama

3.1.1. Persamaan dari Segi Irama

Irama merupakan alun bunyi yang kedengaran pada waktu seseorang membaca sebuah puisi. Menurut Nyoman Tusthi Eddy 1991,100 , bahwa irama terjadi karena adanya pengulangan kata, teraturnya jeda ritme, komposisi rima. Hal – hal tersebut akan terasa ketika sebuah puisi dibacakan atau disuarakan. Begitu juga dengan tanka dan pantun Melayu, keduanya sama –sama memiliki irama di dalamnya. Untuk menganalisa hal tersebut, maka akan disajikan sebuah tanka yaitu sebagai berikut: www.2001wakaforjapan.com Ariwara no Motokata, Kokinshu I: 1 Toshi no uchi haru wa kinikeri hitotose wo Toshi no uchi haru wa kinikeri hitotose wo kozo to ya ihamu kotoshi to ya ihamu dan sebuah pantun Melayu yaitu sebagai berikut: www.melayuonline.com : Air dalam bertambah dalam Hujan di hulu belum lagi teduh Hati dendam bertambah dendam Universitas Sumatera Utara Dendam dahulu belum lagi sembuh. Analisa : Pada irama tanka dan pantun Melayu di atas, ada yang dipengaruhi oleh jeda ritme. Menurut Nyoman Tusthi Eddy 1991:102 , bahwa jeda ritme yaitu tempat perhentian sejenak di tengah – tengah larik atau bagian puisi untuk menciptakan irama. Dalam puisi, jeda ritme bisa ditandai dengan tanda baca atau tanpa tanda baca. Jeda ritme yang tanpa tanda baca ditandai dengan terhentinya suara sejenak di tengah – tengah larik atau di tengah – tengah bagian. Dengan jeda inilah irama dapat tercipta. Pada tanka di atas, irama yang muncul karena pengaruh jeda ritme jika dibacakan, didasarkan pada pola irama tanka yang menurut Richard MacDonald dalam artikelnya yang berjudul What Is A Tanka 1995, memiliki banyak variasi yaitu sebagai berikut : 1. Pertama : 5-7 5-7-7 suku kata onji. 2. Kedua : 5-7-5 7-7 suku kata onji. 3. Ketiga : 5 7-5 7-7 suku kata onji. 4. Keempat : 5-7 5-7 7 suku kata onji. Penulis memberikan tanda pada setiap jedanya berdasarkan pola irama tanka untuk pola irama pertama 5-7 5-7-7 suku kata yaitu sebagai berikut : toshi no uchi 5 haru wa kinikeri 7 hitotose wo 5 kozo to ya ihamu 7 kotoshi to ya ihamu 7 . Berdasarkan pola irama kedua 5-7-5 7-7 suku kata yaitu sebagai berikut : toshi no uchi 5 haru wa kinikeri 7 hitotose wo 5 kozo to ya ihamu 7 kotoshi to ya ihamu 7 . Berdasarkan pola irama ketiga 5 7-5 7-7 suku kata yaitu sebagai berikut : Universitas Sumatera Utara toshi no uchi 5 haru wa kinikeri 7 hitotose wo 5 kozo to ya ihamu 7 kotoshi to ya ihamu 7 . Berdasarkan pola irama keempat 5-7 5-7 7 suku kata yaitu sebagai berikut : toshi no uchi 5 haru wa kinikeri 7 hitotose wo 5 kozo to ya ihamu 7 kotoshi to ya ihamu 7 . Selanjutnya, pada pantun Melayu di atas irama yang muncul karena pengaruh jeda ritme jika dibacakan, penulis memberikan tanda pada setiap jeda ritmenya untuk mengetahui letaknya yaitu sebagai berikut : Air dalam bertambah dalam Hujan di hulu belum lagi teduh Hati dendam bertambah dendam Dendam dahulu belum lagi sembuh. Selain irama yang timbul karena keteraturan jeda ritme, pada tanka dan pantun Melayu tersebut juga sama –sama ditemukan irama yang timbul karena adanya komposisi rima dan pengulangan kata. Penulis memberikan tanda garis bawah pada kata – kata yang mengalami pengulangan dan menebalkan huruf yang merupakan komposisi rima yang ada pada tanka dan pantun Melayu di atas untuk mengetahui iramanya sehingga menjadi seperti berikut : Toshi no uchi haru wa kinikeri hitotose wo kozo to ya ihamu kotoshi to ya ihamu Universitas Sumatera Utara Air dalam bertambah dalam Hujan di hulu belum lagi teduh Hati dendam bertambah dendam Dendam dahulu belum lagi sembuh

3.1.2. Persamaan dari Segi Rima atau Persamaan Bunyi