Syarat Pantun Melayu Pantun Melayu 1. Pengertian Pantun Melayu

bunyi terakhir pada baris kedua b, bunyi terakhir pada baris ketiga a, dan bunyi terakhir pada baris keempat b . Biasanya jumlah kata pada tiap-tiap baris adalah empat kata. Dua baris pertama pada pantun Melayu merupakan sampiran dan dua baris terakhir pada pantun Melayu merupakan isi dari pantun Melayu. Selanjutnya, mengenai kata ‘pantun’ itu sendiri. Ada berbagai pendapat mengenai asal dan makna kata ‘pantun’. Ada yang berpendapat bahwa makna pantun sama dengan ‘umpama’. Menurut Zuber Usman, kata pantun berasal dari ‘pa-tuntun’ pa-tuntun = penuntun . Sementara itu, A.A. Navis 1985 dalam bukunya Alam Terkembang Jadi Guru menjelaskan bahwa, perubahan bunyi ‘pa- tuntun’ menjadi ‘pantun’ adalah hal yang lazim dalam bahasa Melayu, seperti halnya kata ‘rumput-rumput’ menjadi ‘rerumput’ dan ‘laki-laki’ menjadi ‘lelaki’. Beberapa pantun Melayu sendiri menunjukkan bahwa kata ‘sepantun’ sama dengan ‘seumpama’.

2.2.2. Syarat Pantun Melayu

Pantun Melayu merupakan karya sastra puisi lama dan puisi lama memiliki bentuk terikat. Bentuk terikat tersebut dikarenakan adanya beberapa syarat yang harus dipenuhi dalam menciptakan sebuah pantun Melayu sehingga sebuah puisi yang diciptakan dapat dikatakan atau digolongkan sebagai puisi yang berjeniskan pantun Melayu. Syarat – syarat yang harus dipenuhi oleh sebuah puisi agar dapat digolongkan atau dikatakan sebagai sebuah pantun Melayu adalah sebagai berikut : a. Ditulis dalam empat baris Universitas Sumatera Utara b. Pola bunyi a-b-a-b. Maksudnya, bunyi akhir pada kata terakhir dalam baris yang pertama adalah a, bunyi akhir pada kata terakhir dalam baris yang kedua adalah b, bunyi akhir pada kata terakhir dalam baris yang ketiga adalah a, bunyi akhir pada kata terakhir dalam baris yang keempat adalah b. Namun, a-b-a-b tersebut hanya umpama. Maksud yang sebenarnya adalah bunyi akhir pada kata terakhir dalam baris yang pertama dan ketiga adalah huruf dengan bunyi yang sama. Selanjutnya, bunyi akhir pada kata terakhir dalam baris yang kedua dan keempat juga huruf dengan bunyi yang sama. Akan tetapi, bunyi akhir pada kata terakhir dalam baris yang pertama dan ketiga tidak sama dengan bunyi akhir pada kata terakhir dalam baris yang kedua dan keempat. c. Baris pertama dan kedua dijadikan sebagai sampiran dari sebuah pantun Melayu. d. Baris ketiga dan keempat dijadikan sebagai isi dari sebuah pantun Melayu. e. Sebuah pantun Melayu haruslah memiliki irama yang baik. Untuk memenuhi irama yang baik inilah, maka pantun Melayu setiap baris harus terdiri dari 8 suku kata dan tidak lebih dari 12 suku kata. f. Menurut Nyoman Tusthi Eddy 1991:102 , menyatakan bahwa pola irama pantun Melayu bersifat tetap yaitu tiap selesai dua kata ada jeda yang ditandai dengan tanda yaitu sebagai berikut : Orang berbangsi di rumah buruk Anak tiung melompat – lompat Cintakan buah tangisan beruk Seumur hidup bilakan dapat. Universitas Sumatera Utara

2.2.3. Sejarah Pantun Melayu