Kerangka Teori Tinjauan Pustaka dan Kerangka Teori 1. Tinjauan Pustaka

Menurut Nursito 2000:11 , bahwa kata pantun mengandung arti yaitu sebagai, seperti, ibarat, umpama, laksana. Dalam pantun Melayu ada istilah sampiran dan isi. R.B. Slamet Mulyana dalam bukunya “Bimbingan Seni Sastra” membuat kesimpulan bahwa mula – mula memang ada hubungan baris 1-2 dengan baris 3-4 pada pantun Melayu. Akan tetapi, karena banyak pencipta pantun Melayu yang sebenarnya tidak ahli membuat pantun Melayu, mereka akhirnya membuat pantun Melayu tidak berdasarkan aturan. Mereka hanya memperhatikan yang tampak saja dalam hal ini yaitu persamaan bunyi. Jika didasarkan pada isi, pantun Melayu banyak jenisnya. Misalnya, pantun anak – anak yang terbagi atas pantun duka dan pantun suka. Pantun remaja yang terbagi atas pantun cinta, jenaka, teka – teki. Pantun orang tua yang terbagi atas pantun agama, adat, nasehat.

1.4.2. Kerangka Teori

Menurut Abdul Rozak Zaidan,dkk dalam buku berjudul “Kamus Istilah Sastra” 1991:123 yang mengatakan bahwa sastra bandingan ialah telaah dan analisa terhadap kesamaan pertalian karya sastra berbagai bahasa dan bangsa serta salah satu bidang kajian kesusastraan bandingan adalah masalah bentuk atau jenis sastra. Oleh karena itu, Perbandingan antara tanka dengan pantun Melayu merupakan sastra bandingan. Teori yang digunakan dalam perbandingan antara tanka dengan pantun Melayu adalah teori strukturalisme dinamik. Menurut Nyoman Kutha Ratna 2004:93 secara definitif, strukturalisme memberikan perhatian terhadap Universitas Sumatera Utara analisis unsur – unsur karya. Setiap karya sastra, baik karya sastra dengan jenis yang sama maupun yang berbeda, memiliki unsur – unsur yang berbeda. Untuk itu digunakan teori tersebut dalam hal perbandingan tanka dengan pantun Melayu karena keduanya merupakan karya sastra yang memiliki jenis yang sama tetapi unsur-unsurnya sudah pasti tidak sama seluruhnya, tentu ada perbedaan di dalamnya. Oleh karena itu, penulis menggunakan teori ini untuk menemukan unsur-unsur yang berbeda. Selanjutnya mengenai bentuk dan isi tanka dan pantun Melayu. Menurut Suminto Sayuti 1985:16 , bahwa puisi memiliki unsur intrinsik yang terbagi atas unsur bentuk dan unsur isi, unsur bentuk adalah bunyi irama dan rima, kata diksi, suku kata, gaya bahasa dan tipografi baris dan bait , unsur isi adalah tema dan pesan. Berdasarkan teori tersebut dalam kaitannya dengan perbandingan tanka dan pantun Melayu, penulis membatasi hanya membahas unsur intrinsik bentuk yaitu bunyi irama dan rima, suku kata, dan tipografi baris dan bait , serta unsur isi yaitu tema dan pesan. Selanjutnya mengenai unsur ektrinsik yang membangun isi tanka dan pantun Melayu. Menurut Suminto Sayuti 1985:17 , bahwa isi sebuah puisi dibangun oleh unsur ekstrinsik karena unsur ektrinsik adalah isi yang mewarnai karya sastra. Unsur-unsur ekstrinsik yang turut mewarnai karya sastra yaitu, alam, religi, ide, pengalaman, perasaan, dan pandangan lain dari sang pengarang dalam memandang sesuatu di dunia dan kehidupan. Unsur – unsur ekstrinsik itulah yang membuat terciptanya unsur intrinsik isi puisi seperti tema dan pesan. Penulis akan membahas unsur – unsur ektrinsik yang mempengaruhi isi tanka dan pantun Universitas Sumatera Utara Melayu berdasarkan teori tersebut dalam kaitannya dengan perbandingan tanka dan pantun Melayu, Adapun pendekatan yang digunakan dalam menganalisa perbandingan antara tanka dengan pantun Melayu adalah pendekatan intrinsik dan ekstrinsik. Menurut Nyoman Kutha Ratna 2004:78-79 yang menyatakan bahwa karya sastra dapat dianalisa dengan dua cara. Pertama, menganalisa unsur-unsur yang terkandung dalam karya sastra. Kedua, menganalisa unsur-unsur diluarnya. Analisa pertama dilakukan melalui pendekatan intrinsik, sedangkan analisa yang kedua dilakukan melalui pendekatan ekstrinsik. Sastra bandingan dilakukan atas dasar kedua analisa. Berdasarkan pendapat tersebut maka akan digunakan pendekatan intrinsik dan ekstrinsik di dalam menganalisa perbandingan tanka dan pantun Melayu. Pendekatan intrinsik untuk membandingkan unsur-unsur intrinsik yang terkandung di dalam tanka dan pantun Melayu. Akan tetapi, pendekatan ekstrinsik digunakan untuk mengetahui unsur-unsur ekstrinsik dari isi tanka dan pantun Melayu. Misalnya, unsur ekstrinsik dalam tanka yaitu pengaruh empat musim yang ada di Jepang dan dalam pantun Melayu yaitu agama. Dalam hal untuk memahami isi dari tanka dan isi dari pantun Melayu, maka digunakan pendekatan semiotik karena untuk memahami isi diperlukan pemahaman terhadap makna di dalamnya. Menurut Pradopo, dkk 2001:71 menyatakan bahwa semiotika merupakan ilmu tentang tanda-tanda. Ilmu ini menganggap bahwa fenomena-fenomena sosial atau masyarakat dan kebudayaan merupakan tanda-tanda, Tanda-tanda tersebut bermanfaat dalam melihat sejauh mana peran serta sosial dalam lahirnya suatu karya sastra. Sedangkan didalam Universitas Sumatera Utara semiotika sendiri dipelajari sistem-sistem, aturan-aturan, serta konvensi-konvensi yang menunjukkan tanda-tanda tersebut memiliki arti. Tanpa memperhatikan sistem tanda, tanda dan maknanya, serta konvensi tanda, struktur karya sastra tidak dapat dimengerti maknanya secara optimal. Berdasarkan pendapat tersebut, maka penulis menggunakan pendekatan semiotik untuk menguraikan tanda-tanda dan fenomena –fenomena yang terdapat di dalam isi tanka dan pantun Melayu sehingga dapat diketahui makna isi tanka dan pantun Melayu tersebut.

1.5. Tujuan dan Manfaat Penelitian