Sejarah Tanka Tanka 1. Pengertian Tanka

7-5 disebut kami-no-ku ungkapan bagian atas dan 7-7 disebut shimo-no-ku ungkapan bagian bawah . Di ujung abad ke-12, penyair-penyair yang membuat bentuk puisi dalam tiga puluh satu suku kata atau tanka telah mulai menyelidiki dengan teknik-teknik yang sedikit berbeda, seperti membagi puisi-puisi dan gambaran-gambaran mereka ke dalam dua bagian yaitu 575 dan 77 suku kata. Akan tetapi, pola puitis dari suku kata onji yang telah meningkat dari abad ke-7 adalah penggunaan dari 5 atau 7 suku kata onji untuk satu tanka atau puisi pendek yang terdiri dari 31 onji, yang diatur di dalam bentuk percakapan dari 5-7, 5, dan 7-7. Tanka digunakan dalam suatu kebiasaan yang meliputi alam di dalam mengungkapkan perasaan atau pemikiran, walaupun tidak selalu. Di dalam praktek tradisional, dua bagian pertama 5-7 melukiskan sesuatu yang tentang alam, bagian ketiga sebagai penengah dan dua bentuk akhir menyatakan satu kondisi manusia atau perasaan. Tanka pada masa lampau disebut hanka puisi kesimpulan . Hal ini dikarenakan bentuk 5-7-5-7-7 yang diperoleh merupakan kesimpulan dari satu choka atau merupakan puisi yang mewakili keseluruhan isi suatu choka tetapi jumlah suku katanya tidak sebanyak choka. Biasanya satu choka mempunyai dua perwakilan atau dua hanka atau tanka.

2.1.2. Sejarah Tanka

Menurut Japan The Official Guide hal.159 , bahwa dahulu, 17 suku pertama pada tanka yaitu tiga deret pertama dibuat oleh seseorang dan deret Universitas Sumatera Utara selanjutnya dibuat orang yang baru. Misalnya, dalam sebuah perkumpulan, seseorang yang hadir memulai acara tersebut dengan merangkai 17 suku pertama dari tanka dan orang yang lain melanjutkannya dengan merangkai 14 suku terakhir yaitu dua deret kata – kata penutupnya sehingga dengan begitu selesailah tanka tersebut. Selain itu, penyair-penyair abad ke-7 pada masa kaisar Saimei mulai menciptakan tanka dan choka yang bentuknya ada sampai saat ini. Di dalamnya terdapat nama tempat yang membangkitkan ingatan dan kata-kata bantal atau makurakotoba 枕詞 . Seiring dengan itu, kesusastraan Cina diperkenalkan di dalam Jepang juga pada abad ke-7. Sebenarnya, pada setengah abad sebelumnya, kesusastraan Cina mulai mempengaruhi kesusastraan Jepang. Sejak masa pemerintahan kaisar Temmu, bangsawan telah membuat beberapa usaha untuk menceriterakan puisi Cina. Huruf Cina merupakan simbol pendidikan dan memiliki nilai tinggi sehingga kebanyakan orang istana berpuisi di dalam bahasa Cina. Karya-karya ini dikumpulkan di dalam Kaifuso yaitu kumpulan puisi Cina yang paling awal dalam perpuisian di Jepang yang diterbitkan pada awal periode Heian. Dalam buku ini puisi kematian dari Pangeran Ōtsu masih ada hingga saat ini. Selanjutnya, tanka juga dihasilkan di dalam Kojiki yang merupakan tulisan paling tua yang muncul pada abad ke-8 yang termasuk dalam literatur Jepang. Ōno Yasumaro 太安万侶 merupakan orang yang menyusun sejarah dan mitologi Jepang yang disusun di dalam Kojiki. Banyak dari potongan-potongan tanka yang terdapat pada Kojiki berasal dari masa Jepang sebelum mempunyai Universitas Sumatera Utara tulisan. Akan tetapi, pada masa Kojiki tersebut telah ada sistem penulisan Jepang yang paling awal dan penting yang juga digunakan dalam manyoshu yaitu manyogana. Sistem penulisan ini digunakan pada masa awal Kojiki 712. Sistem penulisan ini cukup berpengaruh dalam sistem menulis yang bernama kana Manyoshu. Sistem ini menggunakan huruf Cina dalam suatu variasi dari fungsi- fungsi seperti, pikiran, logografik atau ideografik umum mereka untuk merepresentasikan suku kata Jepang secara fonetis. Penggunaan huruf Cina untuk merepresentasikan suku kata Jepang dalam kenyataannya merupakan asal usul sistem penulisan kana silabis modern, yang disederhanakan menjadi hiragana atau katakana yang berasal dari manyogana. Selanjutnya, buku sejarah paling tua dari Jepang yang selesai dua tahun setelah Kojiki, juga berisi potongan-potongan puisi tanka walaupun sebagian besar puisi yang ada di dalamnya tidak panjang dan tidak mempunyai bentuk yang tetap. Puisi pertama terdokumentasikan di dalam buku kedua ini, dihubungkan dengan satu kami dewa, yang dinamai Susanoo 須佐之男 yang merupakan adik laki-laki dari Amaterasu. Ketika ia menikahi Puteri Kushinada di propinsi Izumo, ia membuat sebuah waka yang berbentuk tanka yaitu sebagai berikut: 八雲立つ 出雲八重垣 妻籠 に 八重垣作 そ 八重垣 Yakumo tatsu Izumo yaegaki Tsuma-gomi ni Yaegaki tsukuru Sono yaegaki wo. Universitas Sumatera Utara Puisi tersebut adalah waka paling tua dan merupakan puisi tertua yang tertulis dalam bahasa Jepang. Puisi tersebut sangat dipuji dan dihormati karena diciptakan oleh seorang kami dewa. Buku selanjutnya adalah Nihonshoki yang berisi tentang tokoh-tokoh yang lebih baru dan hal-hal baru selanjutnya hingga pemerintahan kaisar Temmu dibandingkan dengan Kojiki. Tema-tema dari waka di dalam Nihonshoki yaitu; cinta, duka cita, sindiran, tangis peperangan, pujian dari kemenangan, teka-teki dan sebagainya. Banyak orang yang berkarya di dalam Kojiki tanpa nama. Sebagian orang di dalamnya berhubungan dengan kami dewa, permaisuri - permaisuri, kaisar - kaisar, jendral-jendral ,bangsawan, masyarakat biasa dan kadang-kadang musuh kerajaan. Kebanyakan karya – karya di dalamnya selalu dihubungkan dengan seorang yaitu kami dewa Susanoo. Selanjutnya, pada abad 9 di tahun 710 ibukota Jepang pindah ke Nara sehingga dimulailah periode Nara 710-794. Pada periode Nara, pengaruh Cina mencapai puncaknya. Hal tersebut ditandai dengan dibangunnya sebuah kuil budha yang bernama Todaiji. Selain itu, dibuat patung budha besar atas perintah kaisar Shumu. Pada pertengahan periode Nara tepatnya tahun 760 dihasilkan sebuah buku antologi puisi yang dikenal dengan sebutan manyoshu. Manyoshu terdiri dari 4516 puisi. 4173 puisi berbentuk tanka, 260 puisi berbentuk choka, 62 puisi berbentuk sedoka, 21 puisi berbentuk nagauta. Penyair-penyair penting waka yang juga menghasilkan tanka di dalamnya adalah Otomo No Tabito, Yamanoue No Okura, dan Yamabe No Akahito. Di dalamnya juga banyak penyair-penyair wanita yang sebagian besar menulis puisi-puisi cinta yang berbentuk tanka. Universitas Sumatera Utara Penyair-penyair manyoshu yang berasal dari kaum bangsawan dilahirkan di Nara. Akan tetapi, kadang-kadang tinggal atau menempuh perjalanan di propinsi - propinsi lain sebagai birokrat - birokrat kaisar. Penyair-penyair ini menuliskan citraan perjalanan mereka dan emosi mereka yang dinyatakan untuk anak-anak atau kekasih-kekasihnya. Kadang-kadang puisi-puisi mereka mengkritik kegagalan politik pemerintahan atau kekejaman dari pejabat-pejabat lokal. Contohnya, Yamanoue No Okura menulis satu choka yang merupakan sebuah tanya jawab dari dua orang pengemis 貧窮問答歌, Hinkyu mondoka. Dalam puisi ini, dua manusia miskin meratapi hidup mereka yang berasal dari kemiskinan. Choka tersebut disimpulkan dalam sebuah hanka tetapi berbentuk tanka sebagai berikut: 世 中 憂し やさし へ 飛び立ち つ 鳥にしあら Yononaka wo ushi to yasashi to omohe domo tobitachi kanetsu tori ni shi araneba. Terjemahan : Aku merasakan hidup adalah tak tertahankan dan sedih meskipun demikian aku tidak bisa pergi melarikan diri karena aku bukan seekor burung. Manyoshu tidak hanya berisi puisi-puisi dari kaum bangsawan tetapi juga orang-orang biasa yang tidak dikenal. Puisi-puisi tersebut dinamai Yomibito shirazu yang merupakan puisi-puisi yang pengarangnya tidak dikenal. Selanjutnya, pada periode Heian terlihat banyak tanka. Pada awal periode Heian yaitu awal abad 10 choka menjadi kurang populer karena hasil karya puisi Universitas Sumatera Utara dalam bentuk choka menjadi jarang dihasilkan. Oleh karena itu, tanka menjadi bentuk utama dari waka. Tanka menjadi populer di kalangan wanita istana, para bangsawan, dan para pendeta. Sejak itulah istilah umum waka menjadi hampir serupa dengan tanka. nada dari puisi tanka selalu mencerminkan nada kebangsawanan kaisar Jepang dan para selirnya. Pada periode Heian juga terdapat suatu penemuan baru permainan tanka yaitu dengan cara seorang penyair menciptakan separuh dari jumlah suku kata sebuah tanka dan penyair yang lainnya membalasnya dan menyelesaikannya. Permainan ini merupakan tanka kolaboratif yang disebut renga puisi yang terhubung atau bersambung . Bentuk dan peraturan tentang renga berkembang selama masa pertengahan. Pada masa selanjutnya, tanka masih ada pada antologi puisi yang bernama kokinshu yang dibuat pada tahun 950 yang dibuat atas perintah kaisar. Tanka terus berlanjut dan masih ada pada masa Kamakura 1185-1336 yaitu pada antologi puisi yang bernama shinkokinshu yang dibuat pada permulaan masa tersebut. Keberadaan tanka tampaknya masih banyak digemari oleh penyair Jepang hingga saat ini, bahkan penyair barat juga berusaha membuat puisi dengan bahasa Inggris dalam bentuk tanka.

2.1.3. Syarat Tanka