Persamaan Tanka dengan Pantun Melayu dari Segi Isi

bunyi ‘d’ pada kata ‘dalam’ baris pertama kata kedua , ‘di’ baris kedua kata kedua , ‘dendam’ baris ketiga kata kedua , dan ‘dahulu’ baris keempat kata kedua . Ada juga rima tengah antar baris berupa bunyi ‘a’ dan ‘m’ pada kata ‘dalam’ baris pertama kata kedua dan ‘dendam’ baris ketiga kata kedua serta bunyi ‘hulu’ pada kata ‘hulu’ baris kedua kata ketiga dan ‘dahulu’ baris keempat kata kedua . Ada juga rima tengah antar baris berupa bunyi yang sama karena adanya perulangan kata yaitu kata ‘bertambah’ baris pertama dan ketiga dan kata ‘belum lagi’ baris kedua dan keempat . Dalam pantun Melayu tersebut, rima akhirnya merupakan rima bersilang dengan pola bunyi abab. Hal ini juga berlaku bagi semua pantun Melayu karena sudah menjadi syarat dalam membuat sebuah pantun Melayu. Rima akhir dengan pola bersilang pada pantun Melayu tersebut berupa bunyi ‘am’ pada kata ‘dalam’ baris pertama kata terakhir dan kata ‘dendam’ baris ketiga kata terakhir , juga berupa bunyi ‘uh’ pada kata ‘teduh’ baris kedua kata terakhir dan kata ‘sembuh’ baris keempat kata terakhir . Dikatakan rima bersilang karena bunyi akhir baris pertama dan ketiga yang sama diselangi dahulu oleh bunyi akhir baris kedua. Bunyi akhir baris kedua dan keempat yang sama diselangi dahulu oleh bunyi akhir baris ketiga.

3.2. Persamaan Tanka dengan Pantun Melayu dari Segi Isi

Tanka dan pantun Melayu merupakan karya sastra berjeniskan puisi dan puisi memiliki isi di dalamnya. Menurut Suminto Sayuti 1985:17 , bahwa isi sebuah puisi dibangun oleh unsur ekstrinsik karena unsur ektrinsik adalah isi yang mewarnai karya sastra. Unsur-unsur ekstrinsik yang turut mewarnai karya sastra Universitas Sumatera Utara yaitu seperti, alam, religi, ide, pengalaman, perasaan, dan pandangan lain dari sang pengarang dalam memandang sesuatu di dunia dan kehidupan. Unsur – unsur ekstrinsik itulah yang membuat terciptanya unsur intrinsik isi puisi seperti tema dan pesan. Akan tetapi, penulis hanya akan membahas persamaan tema saja yang ada pada tanka dan pantun Melayu. Penulis menemukan tema yang sama pada isi tanka dan pantun Melayu. Tema yang sama tersebut yang pertama adalah tema percintaan. Untuk menganalisa hal tersebut lihatlah tanka berikut : MYS IV: 748 www.2001wakaforjapan.com Kohishinamu soko mo onaji zo nani semu ni hitöme hito goto kochitami are semu Terjemahan : Mati disebabkan cinta itu semua ada oh, mengapa perlukah kerlingan dan lidah-lidah dengki sangat menyakitkan aku Analisa : Tanka tersebut isinya bertemakan tentang cinta dan cinta itu tidak semuanya menghasilkan kebahagiaan tetapi ada juga yang menyakitkan. Hal tersebut tergambarkan dalam kalimat ‘Mati disebabkan cinta, perlukah kerlingan dan lidah-lidah dengki, sangat menyakitkan aku’. Penulis melihat ada unsur ekstrinsik berupa perasaan penyairnya. Perasaan tersebut merupakan perasaan sedih karena cinta yang menyakitkan yang dirasakan oleh penyair. Universitas Sumatera Utara Selanjutnya, penulis akan menganalisa pantun Melayu yang sama seperti tanka yaitu yang sama – sama bertemakan cinta. Lihatlah pantun berikut : www. melayuonline.com : Coba-coba menanam mumbang moga-moga tumbuh kelapa coba-coba bertanam sayang moga-moga menjadi cinta Analisa : Pantun Melayu tersebut isinya bertemakan tentang cinta yang diharapkan penyairnya yang berasal dari usahanya menanamkan sayang pada orang yang dicintainya. Kata – katanya mengisyaratkan makna bahwa dengan memberikan sayang, penyairnya mengharapkan pemberian sayangnya tersebut dapat menimbulkan rasa cinta. Hal itu tergambar dalam kalimat ‘coba – coba bertanam sayang, moga – moga menjadi cinta’. Penulis melihat ada unsur ekstrinsik berupa perasaan penyairnya. Perasaan tersebut merupakan perasaan yang mengharapkan cinta sebagai hasil dari menanam rasa sayang. Tema yang sama yang kedua adalah tema religi. Untuk menganalisa hal tersebut lihatlah tanka berikut : Manyoshu XX: 4468 www.2001wakaforjapan.com utsusemi wa kazu naki mi nari yama kawa no sayakeki mitsutsu michi wo tazune na Universitas Sumatera Utara Terjemahan : Dunia kita ini tidak lain adalah sesuatu yang melewati sebuah arus gunung kemurnian bersih di dalam tatapanku aku akan temukan jalan Analisa : Puisi ini merupakan puisi yang mengandung tema religi. Puisi ini dibuat oleh Yakamochi di saat ia sakit. Ia menyatakan keinginannya untuk mengikuti suatu jalan. Menurut penulis, jalan yang dimaksud adalah jalan yang menuntunnya kepada Tuhannya yaitu sang Budha. Dalam menemukan jalan tersebut ia harus memiliki kemurnian dan kebersihan pandangannya yang tentu saja berasal dari kemurnian dan kebersihan pikiran yang dimiliki dalam menghadapi kehidupan. Menurut penulis, di dalamnya ada pengaruh unsur ekstrinsik berupa pengalaman religi, dan pandangan penyairnya terhadap pengalaman religi tersebut. Selanjutnya, pantun Melayu yang sama – sama bertemakan religi seperti tanka sebelumnya yaitu sebagai berikut : www.melayuonline.com Daun terap diatas dulang Anak udang mati dituba Dalam kitab ada terlarang Yang haram jangan dicoba Analisa : Menurut penulis, pantun ini bertemakan religi. Pantun tersebut mengisyaratkan bahwa ada unsur ekstrinsik pandangan religi penyair yang Universitas Sumatera Utara menyatakan persetujuannya pada hal – hal di dalam kitab dengan menyatakan jangan mencoba sesuatu yang haram. Dalam pantun tersebut terdapat kata ‘kitab’ yang menurut penulis merupakan kitab suci karena diikuti oleh kata ‘haram’. Kitab suci merupakan kitab pedoman umat dalam beragama. Di dalamnya terdapat hal – hal yang dianjurkan atau dihalalkan dan yang dilarang atau diharamkan. Tema yang sama yang ketiga pada tanka dan pantun Melayu adalah tema kesedihan. Contohnya, tentang kesedihan karena kehilangan orang tua. Untuk menganalisa hal tersebut lihatlah terjemahan tanka yang berasal dari kumpulan sajak kinkaishuu yang merupakan karya Minamoto Sanetomo berikut : Bagaimana menyedihkan pemandangan yang mengalirkan air mata tak hentinya seorang anak yatim piatu cari ibunya yang hilang sia – sia Nio Joe Lan, 94,Sastera Djepang Sekilas Mata. Analisa : Menurut penulis, tanka tersebut mengekspresikan perasaan sedih penyair terhadap nasib seorang anak yatim piatu yang kehilangan ibunya. Perasaan sedih tersebut ditandai dengan kalimat ‘pemandangan yang mengalirkan air mata tak hentinya’. Penulis melihat ada unsur ekstrinsik perasaan dan pengalaman penyair. Menurut penulis, penyair tersebut mengalami bertemu dengan seorang anak yatim piatu dan melihat keadaannya, lalu penyair tersebut merasakan perasaan yang menyedihkan karena pengalaman tersebut. Untuk pantun Melayu yang bertemakan kesedihan dan sama seperti tanka di atas, contohnya pada pantun Melayu berikut : Universitas Sumatera Utara www.melayuonline.com Sri Mersing lagulah Melayu Dikaranglah oleh pujangga dahulu Hatiku runcing bertambahlah pilu Mengenangkan nasib yatim piatu Analisa : Menurut penulis, pantun tersebut menggambarkan kesedihan penciptanya karena memiliki nasib sebagai orang yang kedua orang tuanya telah tiada. Hal itu diwakili oleh kalimat ‘hatiku runcing bertambahlah pilu’ dan kalimat ‘mengenangkan nasib yatim piatu’. Penulis juga melihat ada unsur ekstrinsik perasaan dan pengalaman penyair. Menurut penulis, penyair tersebut mengalami langsung menjadi seorang anak yatim piatu lalu pengalaman tersebut menimbulkan perasaan yang menyedihkan dirinya. Tema yang sama yang keempat pada isi tanka dan pantun Melayu adalah tema nasehat. Untuk menganalisa hal tersebut lihatlah tanka dan terjemahannya berikut : Manyoshu V : 803 銀 金 玉 何せ に さ 宝子にし や Shirogane mo kogane mo tama mo Nanisen ni masareru takara konishikame yamo. Terjemahan : Apa guna buatku perak, emas dan permata, tidak ada harta yang lebih mulia dari anak – anak kita. Universitas Sumatera Utara Analisis : Tanka tersebut bertemakan nasehat. Hal itu dikarenakan kalimatnya mengisyaratkan sebuah nasehat yang didasarkan pada pandangan sang penyair yang beranggapan bahwa anak adalah hal yang lebih mulia dibandingkan harta. Penyair merasa emas, perak, dan harta yang bersifat materi lainnya tidak ada gunanya dan tidak berharga jika dibandingkan dengan anak. Oleh karena itu, anak berada pada nilai yang paling mulia dan harta tidak memiliki nilai apapun dibandingkan dengan anak. Selanjutnya, penulis akan menganalisa pantun Melayu yang sama seperti tanka sebelumnya yaitu sama – sama bertemakan nasehat yaitu pantun berikut : www.melayuonline.com Pisang mas bawa berlayar Masak sebiji di atas peti Hutang mas dapat dibayar Hutang budi dibawa mati Analisa : Menurut penulis, pantun tersebut mengandung unsur nasehat yang terdapat pada kalimat ‘hutang emas dapat dibayar’, dan ‘hutang budi dibawa mati. Kalimat tersebut mengandung unsur nasehat yang memiliki arti bahwa hutang harta tidak sama nilainya dengan hutang budi. ‘Budi’ adalah perbuatan baik orang lain terhadap kita. Oleh karena itu, dikatakan hutang harta dapat dibayar sedangkan hutang budi tidak dapat dibayar dengan harta atau pemberian yang bersifat materi kecuali dengan budi atau dengan kata lain kita membalas berbuat baik juga pada orang yang telah berbuat baik pada kita. Jika budi tidak dapat dibalas maka budi tersebut dibawa mati oleh yang terhutang budi. Universitas Sumatera Utara Tema yang sama yang kelima pada isi tanka dan pantun Melayu adalah tema tentang alam.Untuk menganalisanya, lihatlah terjemahan tanka berikut : Manyoshu III : 318 Sepanjang pantai Tago kami tiba di tanah terbuka dan melihat betapa putih ia kerucut agung gunung Fuji gemerlap diselimuti salju yang baru mengendap Mengenal Sastra dan SastrawanJepang,Ajip Rosidi, 1989 Analisa : Menurut penulis, isi tanka tersebut menggambarkan keindahan alam yang terdapat pada gunung Fuji. Kalimat yang menyatakan ‘betapa putih ia’ yang menunjukkan betapa indahnya gunung Fuji yang ditutupi oleh salju. Selain itu, kalimat yang menyatakan ‘tiba di tanah terbuka’ menggambarkan keadaan alam di tempat mereka menikmati keindahan gunung Fuji tersebut. Penulis melihat ada unsur ektrinsik penyair yaitu berupa pengalamannya menyaksikan pemandangan alam tersebut dan tentunya sudah pasti ada unsur ektrinsik alam di dalamnya. Selanjutnya, pantun Melayu yang bertemakan tentang alam dan sama seperti tanka sebelumnya adalah sebagai berikut : www.melayuonline.com Anak Madras menggetah punai Punai terbang mengirap bulu Universitas Sumatera Utara Berapa deras arus sungai Ditolak pasang balik ke hulu Analisa : Pantun Melayu tersebut menggambarkan tentang peristiwa terdapat di alam yang terjadi pada arus sungai tepatnya sifat arus sungai. Menurut penulis, pencipta pantun tersebut memperhatikan keadaan sungai terlebih dahulu, lalu ia membuat sampiran pada pantun tersebut, dan terakhir baru memasukkan isinya tentang sungai dan sifatnya berdasarkan pengalaman dan pandangannya sendiri. Sifat sungai menurut penciptanya bagi penulis terdapat pada kalimat ’Berapa deras air sungai, Ditolak pasang balik kehulu’. Menurut penulis, pantun tersebut benar terjadi di alam karena air sungai yang ditolak pasang atau ditolak ke arah yang berlawanan dengan arah arusnya akan bergerak berbalik ke arah yang berlawanan tersebut atau dengan kata lain balik ke hulu. Tema yang sama yang keenam pada isi tanka dan pantun Melayu adalah tema cinta yang disertai perasaan yang sama yaitu tentang harapan untuk bertemu. Untuk menganalisanya, lihatlah terjemahan tanka dan pantun Melayu berikut : Manyoshu IV: 747 www.2001wakaforjapan.com Wagimoko ga katami no koromo shita ni kite tada ni afu made wa ware nukakame ya mo Universitas Sumatera Utara Terjemahan : Kekasihku tandamata yang menyelimuti aku pakai di bawah pakaianku sampai kita bertemu lagi perlukah aku mengenakannya Analisa : Menurut penulis tanka tersebut berisikan tentang harapan seseorang untuk bertemu kembali dengan seseorang. Di Jepang, pada masa lalu para pencinta biasanya sering menukar bahan dari pakaian sebagai tandamata - tandamata disertai dengan janji agar memakainya sampai mereka dapat bertemu kembali. Jadi, kalimat ‘perlukah aku mengenakannya sampai kita bertemu kembali’ mengandung makna adanya harapan agar dapat bertemu kembali tetapi diungkapkan seperti bertanya atau dengan kata lain secara tak langsung menanyakan tentang adanya harapan untuk bertemu lagi. Selanjutnya, pantun Melayu yang sama seperti tanka di atas yaitu bertemakan cinta yang disertai perasaan yang sama yaitu tentang harapan untuk bertemu adalah sebagai berikut : www.melayuonline.com Bunga Cina bunga karangan Tanamlah rapat tepi perigi Adik dimana abang gerangan Bilalah dapat bertemu lagi Analisa : Menurut penulis, pantun Melayu tersebut berisikan perasaan yang sama seperti tanka sebelumnya. Dilihat dari isinya, ada tergambar perasaan Universitas Sumatera Utara yang berisi harapan untuk bertemu seseorang di dalam kalimat isi pantun tersebut. Harapan tersebut terdapat pada kalimat ’adik dimana abang gerangan, bilalah dapat bertemu lagi’. Ada harapan ingin bertemu kembali tetapi tidak tahu akan keberadaan orang yang diharapkan dapat ditemui lagi. Tema yang sama yang ketujuh pada isi tanka dan pantun Melayu adalah tema perpisahan. Untuk menganalisanya, lihatlah tanka berikut : Manyoshu II: 218 www.2001wakaforjapan.com Sasanami no shiga tsu no kora ga makari michi no kapase no michi wo mireba sabushi mo Terjemahan : Koncah-koncah di Shigatsu, rumah mu, nyonya, alur perpisahanmu di antara sungai dangkal satu pandangan sekilas membawa duka cita Analisa : Tanka tersebut dibuat oleh Kakinomoto No Hitomaro pada saat kematian seorang gadis yang menunggu di wilayah yang bernama Kibi. Tema tanka tersebut adalah perpisahan yaitu perpisahan antara dirinya dengan gadis tersebut yang disebabkan kematian gadis tersebut. Kalimat ‘satu pandangan sekilas membawa duka cita’ memiliki makna pandangan di sekitar tempat asal atau gadis tersebut tinggal, mengingatkannya pada gadis tersebut dan menimbulkan kesedihan bagi dirinya atas perpisahan yang terjadi antara dia dengan gadis itu. Kalimat ‘pada Shigatsu, rumah mu, nyonya’ dan kalimat ‘di Universitas Sumatera Utara antara sungai dangkal’merupakan gambaran dari tempat gadis tersebut berada . Sementara itu, pantun Melayu yang sama seperti tanka tersebut yaitu pada pantun berikut : www.melayuonline.com Pucuk pauh delima batu Anak sembilang ditapak tangan Biar jauh dinegeri satu Hilang dimata dihati jangan Analisa : Menurut penulis, pantun Melayu tersebut menyatakan perasaan seseorang yang berpisah dengan orang yang dikasihinya. Perpisahan itu diekspresikan oleh kalimat ’biar jauh di negri satu’ yang bermakna bahwa orang yang dikasihi tersebut berda di suatu negeri yang tempatnya jauh dari orang tersebut. Akan tetapi, perpisahan tersebut, disertai harapan yang diwakili kalimat ’hilang di mata dihati jangan’ yang bermakna harapan agar tidak saling melupakan satu sama lain walaupun terpisah oleh jarak yang jauh. 3.3. Perbedaan Tanka dengan Pantun Melayu dari Segi Bentuk 3.3.1. Perbedaan dari Segi Irama