Entahkan jadi entahkan tidak Entah sudahkan milik orang.
Analisis : pada pantun Melayu tersebut, sudah terlihat sangat jelas perbedaannya dengan bentuk penulisan tanka. Pantun tersebut ditulis dalam
bentuk beberapa baris atau tepatnya empat baris untuk satu bait. Hal itu dikarenakan pola penulisan pantun Melayu tersebut memang menjadi salah satu
syarat ketentuan penulisan pantun Melayu. Jadi, penulisan dalam bentuk empat baris ini tidak akan berubah walaupun pantun Melayu dibuat ke dalam huruf atau
bahasa apapun. Pantun Melayu tersebut juga memiliki bait. Walaupun sebagian besar
pantun Melayu hanya terdiri dari satu bait untuk sebuah pantun Melayu. Akan tetapi, ada juga pantun Melayu yang dituliskan lebih dari satu bait untuk sebuah
pantun yang masih dalam satu tema atau antar baitnya berhubungan. Pantun Melayu tersebut juga memiliki bait karena pantun tersebut terdiri dari beberapa
baris dan masih merupakan kesatuan. Begitu juga halnya dengan pantun yang terdiri dari satu bait dikatakan memiliki bait karena terdiri dari empat baris tetapi
merupakan satu kesatuan.
3.4. Perbedaan Tanka dengan Pantun Melayu dari Segi Isi
Ada terdapat perbedaan isi yang bertemakan alam antara tanka dengan pantun Melayu. Kalimat – kalimat yang menyatakan tentang alam atau yang
melukiskan keindahan alam ada terdapat dalam isi tanka. Akan tetapi, ada yang
Universitas Sumatera Utara
dipengaruhi oleh keadaan empat musim. Hal itu dikarenakan Jepang memiliki empat musim. Lihatlah pada terjemahan tanka berikut :
Manyoshu III : 318
Sepanjang pantai Tago kami tiba di tanah terbuka
dan melihat betapa putih ia kerucut agung gunung Fuji gemerlap
diselimuti salju yang baru mengendap
Mengenal Sastra dan Sastrawan Jepang, Ajip Rosidi, 1989
Analisa : Menurut penulis, ada pengaruh musim pada tanka alam tersebut yaitu ada terdapat kata ‘salju’ yang merupakan sesuatu yang mewakili musim
dingin. Selanjutnya, isi pantun Melayu tidak ada yang menggambarkan peristiwa
empat musim. Walaupun ada yang menggambarkan tentang alam, namun tidak ada tentang keadaan empat musim. Keadaan alam yang digambarkan dalam
pantun Melayu adalah tentang peristiwa yang terjadi di alam. Contohnya pada pantun – pantun berikut :
www.melayuonline.com
Anak Madras menggetah punai Punai terbang mengirap bulu
Berapa deras arus sungai Ditolak pasang balik kehulu
Universitas Sumatera Utara
Analisa : Pantun Melayu tersebut menggambarkan tentang peristiwa terdapat di alam yang terjadi pada arus sungai tepatnya sifat arus sungai. Akan tetapi, tidak
ada kata – kata yang mewakili adanya pengaruh musim, yang ada hanya kata – kata yang menggambarkan suatu peristiwa yang terjadi di alam tepatnya di sungai.
Selain itu, perbedaan dari segi isi dikarenakan ada tema dari isi tanka yang tidak ada pada tema dari isi pantun Melayu. Tema – tema yang ada pada tanka
tetapi tidak ada pada pantun Melayu adalah tentang perjalanan yang dilakukan penyairnya dan juga tentang kematian yang terdapat pada tanka - tanka berikut :
Tujuh dari delapan puisi Hitomaro ketika melakukan perjalanan www.2001wakaforjapan.com
tamamo karu minume wo sugite natsu kusa no noshima ga saki ni pune chika tjukinu
Terjemahan : Rumput – rumput laut yang dipanen ketika melewati Minume
rumput-rumput musim panas subur ketika berhenti di Noshima kapalku mendekat
Analisa : Menurut penulis, tanka tersebut dibuat oleh Hitomaro untuk mengekspresikan keadaan yang dilaluinya selama perjalanan dan berisikan
tentang tempat yang dikunjunginya. Menurut penulis, Hitomaro menyatakan situasi ketika ia melewati Minume, ia menyaksikan rumput laut yang sedang
Universitas Sumatera Utara
dipanen. Akan tetapi, ketika berhenti di Noshima ia menyaksikan rumput musim panas yang tumbuh subur.
Goshuishu X: 575 Izumi Shikibu www.2001wakaforjapan.com
Naki hito no kuru yo to kikedo kimi mo nasi wa ga sumu yado ya tamanaki no sato
Terjemahan : Orang mati kembali malam ini, aku telah mendengar, namun
kau bukan di sini dengan nyata ditempat hunianku sebuah rumah tanpa jiwa
Analisa : Menurut penulis, tanka tersebut bertemakan tentang kematian karena terdapat kalimat yang mengekspresikan perasaan penyairnya terhadap hal
yang dinamakan kematian. Penyair tersebut merasakan adanya kehadiran orang yang telah mati tetapi ia tidak melihatnya dengan nyata.
Sementara itu, isi pantun Melayu yang tidak terdapat pada tanka yaitu pantun teka – teki dan pantun adat. Contohnya berikut :
www.melayuonline.com Kalau tuan muda teruna
Pakai seluar dengan gayanya Kalau tuan bijak laksana
Biji diluar apa buahnya
Universitas Sumatera Utara
Analisa : Pantun tersebut berisikan tentang sebuah teka – teki yang dipertanyakan tetapi dibuat dalam bentuk pantun Melayu sehingga tidak seperti
sebuah teka – teki yang dipertanyakan dalam bentuk pertanyaan biasa. Pantun jenis ini biasa dibawakan pada acara perkumpulan muda –mudi. Lihatlah pantun
Melayu berikut :
www.melayuonline.com : Lebat daun bunga tanjung
Berbau harum bunga cempaka Adat dijaga pusaka dijunjung
Baru terpelihara adat pusaka
Analisa : Pantun tersebut berisikan, tentang adat yang harus ada dijaga dan agar terpelihara adat pusaka. Pantun ini biasanya diciptakan oleh pemuka atau
tokoh – tokoh teladan dalam masyarakat Melayu agar adat tetap terjaga dan dapat diteruskan oleh generasi selanjutnya.
Universitas Sumatera Utara
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN
4.1. Kesimpulan
Tanka dan pantun Melayu merupakan karya sastra puisi klasik yang masih ada sampai sekarang di negara asalnya masing – masing yaitu tanka di Jepang dan
pantun Melayu di Indonesia. Kedua – duanya merupakan karya sastra yang berjeniskan sama yaitu puisi lama. Puisi lama identik dengan adanya aturan
pengikat tidak seperti puisi baru yang banyak bersifat tidak terikat pada suatu aturan tertentu. Aturan pengikat ini ternyata juga dimiliki oleh tanka dan pantun
Melayu.Oleh karena itu, penulis ingin membandingkan tanka dan pantun Melayu dari segi bentuk dan isinya untuk menemukan hal – hal yang menjadi persamaan
dan perbedaan antara tanka dengan pantun Melayu dari perbandingan tersebut. Setelah penulis membaca banyak data, mempelajarinya, memahaminya,
serta menguraikan perbandingan antara tanka dengan pantun Melayu dari segi isi dan bentuknya, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan bahwa :
1. Jika tanka dan pantun Melayu dibandingkan dari segi bentuknya, maka
ditemukan beberapa persamaan terhadap unsur – unsur bentuknya seperti dari segi unsur irama dan rima.
2. Persamaan dari segi unsur irama, pada tanka dan pantun Melayu yaitu
sama – sama terdapat irama yang berasal dari jeda ritme, komposi rima, dan pengulangan kata.
3. Persamaan dari segi unsur rima, yaitu pada tanka dan pantun Melayu sama
– sama terdapat rima atau persamaan bunyi.
Universitas Sumatera Utara