Tabel di atas menunjukkan data jenis kelamin responden. Jumlah responden laki-laki adalah 20 orang 69 dan jumlah responden perempuan
adalah 9 orang 31 . Dari data di atas dapat dilihat responden yang berkecimpung di dunia
LSM didominasi oleh laki-laki yaitu lebih dari 50 . Hal ini dikarenakan tugas lapangan yang cukup berat dilakukan di lembaga sehingga membutuhkan tenaga
dan waktu yang lebih, dalam menjalankan tugas dengan baik. Keterbatasan kaum perempuan dalam bekerja di lapangan menyebabkan sekitnya kaum perempuan
yang tetap memfokuskan diri di pergerakan LSM. Berdasarkan hasil pengamatan peneliti di lapangan, strutur kepengurusan LSM yang menjadi sampel dalam
penelitian ini didominasi oleh laki-laki.
4. 3.1.3 Tingkat Pendidikan Tabel 4.3
Tingkat Pendidikan Responden No.
Keterangan Frekuensi Persen
1. SMA Sekolah Menengah Atas
5 17,2
2. PT Perguruan Tinggi
20 69,0
3. Akademi
2 6,9
4. Lain-lain
2 6,9
Total 29
100,0 Sumber : P.04FC.05
Tingkat pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat mempengaruhi seseorang dalam memandang suatu permasalahan dan mencari
jalan keluarnya. Untuk mencapai suatu keptusana yang baik dalam suatu lembaga dibutuhkan orang-orang yang mampu berfikir secara sistematis dan mempunyai
banyak referensi. Tabel di atas menunjukkan tingkat pendidikan dari responden.
Responden yang pendidikan terakhirnya Sekolah Menengah Atas SMA adalah 5 orang 17.2, Perguruan Tinggi PT adalah 20 orang 69, Akademi 2 orang
6,9, dan berpendidikan lain adalah 2 orang 6.9. Dari data tersebut dapat diketahui bahwa umumnya responden yang
bekerja di Lembaga Swadaya Masyrakat LSM mempuyai latar belakang pendidikan yang tinggi. Umumnya responden sudah mengalami proses menjadi
seorang mahasiswa 75.9, sehingga kekritisan mereka dalam memandang suatu permasalahan dapat dijadikan modal awal bagi lembaga. Kekritisan yang
didukung oleh argumen yang kuat akan menelurkan suatu pemikiran cerdas untuk membantu masyarakat yang tidak tersentuh oleh kebijakan negara.
Dengan melihat tingkat pendidikan responden, dapat diartikan mereka mengetahui dan memahami apa itu pendapat umum bagaimana pendapat umum
bekerja dan apa yang bisa dilakukan oleh pendapat umum tersebut. Bagai mana pendat umum dapat menjadi suatu kekuatan yang tak terkalahkan dalam
masyarakat. Responden juga mampu memberikan gambaran bagaimana peran polling dalam pengambilan kebijakan lembaga.
4.3.1.4 Jabatan di Lembaga Tabel 4.4
Jabatan di Lembaga
No. Keterangan Frekuensi
Persen
1. Pimpinan
10 34,5
2. Sekjen
3 10,3
3. Ketua Divisi
10 34,5
4. Lain-lain
6 20,7
Total 29
100,0 Sumber : P.05FC.06
Tabel di atas memaparkan data mengenai jabatan dari responden. Dari seluruh jumlah sampel yaitu sebanyak 29 orang, yang menjabat sebagai pimpinan
di Lembaga Swadaya Masyarakat Kota Medan adalah 10 orang 34.5, menjabat sebaga sekjen sebanyak 3 orang 10.3, menjabat sebagai ketua divsisi seayak
10 orang 34.5, dan 6 orang 20.7 menjabat jabatan lain di lembaga. Pembatasan jabatan ini dilakukan agar data yang diperoleh peneliti
sesuai dengan apa yang ingin dicapai dari penelitian ini. Dalam pembahasan sampel dipaparkan yang berhak menjadi sampel dalam penelitian ini adalah
perwakilan dari setiap LSM yang ditunjuk sebagai sampel dan mengetahui segala sesuatu mengenai kebijakan di dalam Lembaga. Dengan demikian, sampel dapat
menjelaskan secara gamblang mengenai apa kebijakan yang diambil dalam lembaga, bagaimana kebijakan itu diambil dan apa saja faktor yang dapat
mempengaruhi kebijakan tersebut. Dari hasil penelitian jumlah responden didominasi oleh pimpinan 10
orang dan ketua divisi 10 orang dari lembaga yang menjadi sampel. Pimpinan dan ketua divisi adalah orang yang paling paham mengenai kebijakan, baik
kebijakan lembaga secara umum ataupun kebijakan dalam setiap divisi. Sehingga apa yang disanpaikan responden baik dalam kuisioner maupun wawancara, cukup
berkompeten dalam mewakili pendapat lembaga secara keseluruhan.
4.3.1.5 Lama Aktif di Lembaga Tabel 4.5
Lama Aktif di Lembaga
No. Keterangan
Frekuensi Persen 1.
1 tahun - 5 tahun 16
55,2 2.
6 tahun - 10 tahun 8
27,6 3.
11 tahun - 15 tahun 4
13,8 4.
lebih dari 15 tahun 1
3,4
Total 29 100,0
Sumber : P.06FC.07
Tabel di atas menjelaskan tentang lamanya responden aktif dalam dunia swadaya masyarakat. Sebanyak 16 orang 55.2 manyatakan telah aktif di
lembaga selama 1 tahun - 5 tahun, sebanyak 8 orang 27.6 menyatakan telah aktif di lembaga selama 6 tahun – 10 tahun, sebanyak 4 orang 13.8 menyatakn
telah aktif di lembaga selama 11 tahun – 15 tahun, dan lebihnya sebanyak 1 orang 3.4 menyatakan telah aktif di lembaga selama lebih dari 15 tahun.
Dari data yang didapatkan, terlihat bahwa lebih dari 50 responden 59 baru aktif di lembaga selama 1 tahun - 5 tahun. Hasil wawancara dengan
responden EA, Pimpinan Lembaga Fitra hal ini dilakukan guna memperbaiki regenarasi di dalam lembaga sendiri, sehingga kepengurusan selalu ditempati
oleh orang-orang muda yang memiliki ide-ide segar yang sangat menunjang bagi kelancaran jalannya roda organisasi.
Keaktifan responen di dunia LSM juga berkaitan dengan masih mudanya pergerkan LSM bergerak secara aktif di Medan. Menurut hasil
wawancara dengan salah satu responden, perkembangan LSM di kota Medan baru mendapat sorotan pasca Reformasi 1998.
4.3.1.5 Jenis LSM yang Dikelola Tabel 4.5
Jenis LSM yang Dikelola oleh Responden No.
Keterangan Frekuensi Persen
1. Anak
4 13,8
2. Perempuan
2 6,9
3. Buruh
2 6,9
4. HAM
4 13,8
5. Lingkungan
3 10,3
6. Petani
6 20,7
7. Pendidikan
Politik 1
3,4
8. Lain-lain
7 24,1
Total 29
100,0 Sumber : P.07FC.08
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa sebanyak 4 orang 13.8 responden mengelola LSM yang bergerak di bidang perlindungan anak,
sebanyak 2 orang 6.9 responden mengelola LSM yang bergerak di bidang perlingdungan perempuan, sebanyak 2 orang 6.9 mengelola LSM yang
bergerak di bidang perburuhan, sebanyak 4 orang 13.8 mengelola LSM yang bergerak di bidang perlindungan HAM, 3 orang 10.3 mengelola LSM yang
bergerak di bidang lingkungan, sebanyak 6 orang 20.7 mengelola LSM yang bergerak di bidang pertanian, sebanyak 1 orang 3.4 mengelola LSM yang
bergerak di bidang pendidikan politik, dan sebanyak 7 orang 24.1 mengelola LSM yang bergerak di bidang lain.
Pengelompokkan responden ini dilakukan bertujuan agar terdapat keterwakilan dari masing-masing LSM, sehingga data yang didapatkan menjadi
representative untuk mewakili suara populasi yaitu 115 LSM yang ada di Kota Medan.
Dari data yang didapatkan, LSM yang bergerak di luar pilihan yang tersedia 7 responeden bergerak di bidang pengembangan teknologi, bantuan
hukum, dan pengembangan masyarakat pinggiran. Responden yang berasal dari lembaga yang bergerak di bidang pertanian cukup besar, ini disebabkan karena di
Kota Medan banyak terdapat lahan pertanian dan perkebunan. LSM sangat dibutuhkan untuk menmgatasi semua permasalahan dari petani. Mulai dari
permasalahan harga yang rendah, kelangkaan pupuk, keterbatasan teknologi pertanian, sampai permasalahan sengketa lahan antara masyarakat dengan pihak
swasta ataupun pemrerintah.
4.3.2 Polling Sebagai Metode Pengekspresian Pendapat Umum 4.3.2.1 Polling Sebagai Metode Pengekspresian Pendapat Umum
Tabel 4.6 Polling Sebagai Metode Pengekspresian Pendapat Umum
No. Keterangan Frekuensi Persen
1. Tidak Setuju
2 6,9
2. Kurang
Sutuju 10
34,5
3. Setuju
15 51,7
4. Sangat Setuju
2 6,9
Total 29
100,0 Sumber : P.08FC.09
Dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa sebanyak 2 orang 6.9 tidak setuju dengan polling sebagai cara dalam pengekspresian pendapat umum.
Sebanyak 10 orang 34.5 kurang setuju, sebanyak 15 orang 51.7 setuju, dan sebanyak 2 orang 6.9 sangat setuju dengan polling sebagai cara dalam
pengekspresian pendapat umum. Responden yang setuju dan sangat setuju dengan pemakaian polling
dalam mengekspresikan pendapat umum 58.6, berpendapat bahwa polling merupakan cara yang paling kontemporer dalam menyampaikan pendapat umum.
Hasil wawancara dengan salah satu responden yang setuju dengan metode polling NS, Ketua Divisi Yayasan Handal Mahardika, berpendapat bahwa “dengan
menggunakan polling lembaga bisa mendapat gambaran umum tentang tema yang diangkat di dalam polling dan polling merupakan metode yang ilmiah
sehingga data yang dihasilakan dapat dipertanggungjawabkan kevalidannya”. Responden yang kurang setuju dengan pemakaian metode polling
34.5 berpendapat bahwa polling hanya bisa dijadikan data tambahan dalam melihat suatu permasalahan dalam masyarakat. Polling seharusnya diawali dengan
pendekatan kepada responden dan hasil polling harus memiliki Rencana Tindak Lanjut RTL yang jelas sehingga pengekspresian pendapat umum tidak hanya
sebatas keterangan dalam sebuah data statistik. Sedangkan responden yang tidak sepakat dengan pemakaian polling 6.9 berpendapat bahwa penyelenggaraan
polling dalam media membawa kepentingan dari satu golongan sehingga tidak dapat mewakili aspirasi seluruh masyarakat.
4.3.2.2 Polling sebagai Cara yang Paling Tersistematis dan Akurat Tabel 4.7
Polling Sebagai Cara Yang Paling Tersistematis dan Akurat
No. Keterangan Frekuensi Persen
1. Tidak Setuju
4 13,8
2. Kurang Sutuju
12 41,4
3. Setuju
9 31,0
4. Sangat Setuju
4 13,8
Total 29
100,0 Sumber : P.09FC.10
Dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa sebayak 4 orang 13.8 yang tidak setuju dengan polling merupakan cara yang tersistematis dan akurat
dalam penyampaian pendapat umum. Sebanyak 12 orang 41.4 kurang setuju dan sebanyak 9 orang 31.4 setuju dengan polling merupakan cara yang
tersistematis dan akurat dalam penyampaian pendapat umum. Selebihnya sebanyak 4 orang 13.8 sangat setuju.
Berdasarkan jawaban dari oertanyaan terbuka, responden yang tidak setuju dengan polling merupakan cara yang tersistematis dan akurat dalam
penyampaian pendapat umum karena poling tidak dapat mewakili seluruh variabel yang kompleks dalam masyarakat dan pertanyaan dalam polling sering kali
mengarahkan pada satu jawaban. Hal tersebut didukung oleh seringnya penyelenggaraan polling yang hanya dilakukan secara reaksioner sehingga tidak
mepunyai follow-up yang jelas bagi masyarakat yang dijadikan sampel. Masyarakat tidak mengetahui dan mengerti latar belakang dan tujuan diadakannya
polling tersebut.
4.3.2.3 Frekuensi Mengikuti Hasil Polling Dalam Rubrik Jajak Pendapat Tabel 4.8
Frekuensi Mengikuti Hasil Polling
No. Keterangan
Frekuensi Persen
1. Jarang 1-2 kali dalam sebulan 9
31,0
2. Sering 3-4 kali dalam sebulan 16
55,2 3. Selalu
4 13,8
Total 29
100,0 Sumber : P.10FC.11
Frekuensi responden dalam mengikuti rubrik “jajak pendapat” pada Harian Kompas menjadi faktor yang cukup penting dalam penelitian ini, karena
ini akan mempengaruhi pendapat responden mengenai hasil polling tersebut. Beradasarakan tabel di atas, dapat diketahui sebanyak 9 orang 31
responden mengikuti 1-3 kali jajak pendapat di Harian Kompas. Sebanyak 16 responden 55.2 mengkuti 4-6 kali dalam sebulan, dan 4 responden 13.8
selalu mengikuti rubrik “jajak pendapat” pada Harian Kompas dalam setiap bulannya. Dari data tidak terdapat responden yang tidak pernah mengikuti rubrik
“jajak pendapat”. Lebih dari 50 responden sering 3-4 kali dalam satu bulan. mengikuti
rubrik “jajak pendapat di Harian kompas. Berdasarkan hasil wawancara dengan responden, mereka tidak selalu mengikuti hasil polling karena terkadang tema
yang diangkat polling tidak relevan dengan kebutuhan lembaga. Dalam penelitian ini peneliti menggunkan teknik penarikan sampel
purposive sampling. Teknik penarikan sampel ini mencakup orang-orang yang diseleksi atas dasar kriteria-kriteria tertentu yang dibuat peneliti berdasarkan
tujuan penelitian. Kriteria sampelnya adalah lembaga yang sudah berlangganan Harian Kompas minimal 3 bulan terakhir. Ini menunjukkan bahwa yang berhak
menjadi sampel yaitu individu yang bekerja di lembaga yang sudah berlangganan
Kompas.
4.3.2.4 Hasil Polling Secara Metode Dapat Dipertanggungjawabkan Tabel 4.9
Hasil Polling Secara Metode Dapat Dipertanggungjawabkan
No. Keterangan Frekuensi Persen
1. Tidak Setuju 4
13,8 2. Kurang Sutuju
6 20,7
3. Setuju 18
62,1 4. Sangat Setuju
1 3,4
Total 29 100,0
Sumber : P.11FC.12
Dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa sebanyak 4 responden 13.8 tidak setuju dengan hasil polling secara metodologi dapat
dipertanggungjawabkan, sebanyak 6 responden 20.7 menyatakan kurang setuju, sebanyak 18 responden 62.1 menyatakan setuju, dan sebanyak 1
responden 3.4 menyatakan sangat setuju dengan hasil polling secara metodologi dapat dipertanggungjawabkan.
Responden yang setuju dan sangat setuju 65.5 dengan hasil polling secara metodologi dapat dipertanggungjawabkan karena mereka berpendapat
bahwa polling adalah cara pengekspresian pendapat umum dengan menggunakan
metode ilmiah yang telah terbukti kebenarannya. Polling juga bisa dijabarkan melalui data-data statistik yang bisa diuji keakuratannya. Seperti yang dilakukan
oleh Harian Kompas yang selalu mempublikasikan metode apa yang digunakan dalam pengumpulan data dan penarikan sampel.
Sementara responden yang kurang setuju 20.7 mengemukakan bahwa dalam penyelenggaraan polling, sering terjadi kesalahan penentuan sampel
sehingga data yang didapatkan tidak mewakili realitas sebenarnya dan dalam penyelenggaraan polling sering terjadi pemanipulasian data. Hal tersebut
didukung oleh pendapat yang disampaikan oleh responden yang tidak setuju 13.8 menyatakan bahwa metode dalam penyelenggaraan polling seringkali
dimanipulasi sesuai dengan kepentingan si penyelenggara polling.
4.3.2.5 Polling Mengangkat Isu Dengan Tema Yang Cukup Popular dan Menyangkut Hajat Hidup Orang Banyak
Tabel 4.10 Polling Mengangkat Isu Dengan Tema Yang Cukup Popular dan
Menyangkut Hajat Hidup Orang Banyak No. Keterangan Frekuensi Persen
1. Tidak Setuju 2
6,9 2. Kurang Sutuju
5 17,2
3. Setuju 22
75,9
Total 29
100,0 Sumber : P.11FC.13
Dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa sebanyak 2 responden 6.9 menyatakan tidak setuju mengenai polling mengangkat isu dengan tema
yang cukup popular dan menyangkut hajjat hidup orang banyak. Sebanyak 5 responden 17.2 kurang setuju, sebanyak 22 responden 75.9 setuju
mengenai polling mengangkat isu dengan tema yang cukup popular dan menyangkut hajjat hidup orang banyak.
Sesuai dengan tema yang diangkat dalam rubrik jajak pendapat pada Harian Kompas, peneliti mengelompokkan menjadi tiga tema besar yaitu
mengangkat isu sosial, isu politik dan isu budaya. Berdasarkan jawaban dari pertanyaan terbuka responden yang tidak
setuju dan kurang setuju 24.1 berpendapat bahwa isu atau tema yang diangkat dalam setiap penyelenggaraan polling selalu disesuaikan dengan kebutuhan si
penyelenggara polling bukan berdasarkan dari kebutuhan masyarakat. Sementara responden yang setuju 75.9 berpendapat bahwa polling
yang diselenggarakan setiap lembaga survei dan media selalu mempunyai latar belakang dari realitas yang terjadi di dalam masyrakat. Suatu isu hangat yang
kontroversial dalam masyarakat selalu menjadi tema poling-poling yang diadakan. Teori yang berhubungan dengan pendapat umum juga memaparkan bahwa yang
berhak menjadi isu dalam sebuah pendapat umum adalah isu yang kontroversial dalam masyarakat dan menyangkut kepentingan orang banyak.
4.3.2.6 Hasil Polling Menggambarkan Sikap atau Perilaku Masyarakat Indonesia
Tabel 4.11 Hasil Polling Menggambarkan Sikap atau Perilaku Masyarakat Indonesia
No. Keterangan Frekuensi Persen
1. Tidak Setuju 5
17,2 2. Kurang Sutuju
5 17,2
3. Setuju 18
62,1 4. Sangat Setuju
1 3,4
Total 29
100,0 Sumber : P.11FC.14
Dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa sebanyak 5 responden 17.2 tidak setuju mengenai hasil polling menggambarkan sikap atau perilaku
masyarakat Indonesia. Sebanyak 5 responden 17.2 kurang setuju, 18 responden menyatakan setuju, dan sebanyak 1 orang menyatakan sangat setuju
mengenai hasil polling menggambarkan sikap atau perilaku masyarakat Indonesia. Responden yang tidak setuju dan kurang setuju berpendapat bahwa
polling hanya dapat mendeskripsikan realitas sosial secara umum dan dianggap belum mampu berperan sebagai suara masyarakat seutuhnya atau menggambarkan
sikap dan perilaku masyarakat secara holistik. Sementara responden yang setuju 62.1 dan sangat setuju
memberikan argumen bahwa polling dapat menggambarkan sikap masyarakat
Indonesia dalam mengahadapi isu yang diangkat sebagai tema polling. Hal ini dikarenakan responden yang diambil sebagai sampel dari setiap penyelenggaraan
polling adalah orang yang melek dam kritis menyikapi persoalan bangsa dan tidak apatis dengan kondisi bangsa. Pernyataan ini juga didukung oleh argumen bahwa
dalam melakukan atau menyelenggarakan polling, setiap lembaga survei atau media menggunakan metode penarikan sampel yang sudah teruji secara ilmiah,
sehingga hasil yang didapatkanpun dapat mewakili seluruh populasi yang ditentukan dalam penelitian.
4.3.2.7 Pendapat Responden Mengenai Hasil Polling Menggambarkan Fakta Secara Sistematis dan Akurat.
Tabel 4.12 Hasil Polling Menggambarkan Fakta Secara Sistematis dan Akurat
No. Keterangan Frekuensi Persen
1. Tidak Setuju 4
13,8 2. Kurang Sutuju
12 41,4
3. Setuju 9
31,0
4. Sangat Setuju 4
13,8
Total 29
100,0 Sumber : P.11FC.15
Dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa sebayak 4 orang 13.8 yang tidak setuju dengan polling merupakan cara yang tersistemats dan akurat
dalam penyampaian pendapat umum. Sebanyak 12 orang 41.4 kurang setuju dan sebanyak 9 orang 31.4 setuju dengan polling merupakan cara yang
tersistematis dan akurat dalam penyampaian pendapat umum. Selebihnya sebanyak 4 orang 13.8 sangat setuju.
Sesuai dengan yang dipaparkan pada tabel di atas responden tidak setuju dan kurang setuju dengan hasil polling menggambarkan fakta secara
tersistematis dan akurat dalam penyampaian pendapat umum karena poling tidak dapat mewakili seluruh variabel yang kompleks dalam masyarakat dan pertanyaan
dalam polling sering kali mengarahkan pada satu jawaban. Mereka juga berpendapat bahwa pemilihan sampel yang dilakuakn secara reaksioner tanpa
adanya pendekatan terlebih dahulu, membuat jawaban yang diberikan oleh responden adalah jawaban yang tidak sesuai dengan relitas sebenarnya.
4.3.3 Peran Polling Pada Harian Kompas dalan Penentuan Kebijakan Internal di Lembaga Swadaya Masyarakat
4.3.3.1 Kepercayaan Responden Terhadap Peran Polling 4.3.3.1.1 Isu Sosial
Tabel 4.13 Kepercayaan Terhadap Polling Mengenai Isu Sosial
No. Keterangan
Frekuensi Persen
1. Tidak Percaya 5
17,2 2. Kurang Percaya
13 44,8
3. Percaya 11
37,9
Total 29
100,0
Sumber : P.12FC.16
Dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa sebanyak 5 responden 17.2 tidak percaya terhadap hasil polling mengenai isu sosial berperan dalam
pengambilan kebijakan internal lembaga. Sebanyak 13 responden 44.8 kurang percaya dan sebanyak 11 responden 37.9 percaya terhadap hasil polling
mengenai isu sosial berperan dalam pengambilan kebijakan initenal lembaga. Berdasarkn hasil wawancara dengan responden yang kurang percaya
dengan hasil polling mengenai isu sosial di Harian Kompas berperan dalam penentuan kebijakan internal LSM, menyatakan bahwa isu sosial yang diangkat
sering kali tidak relevan dengan kebijakan-kebijakan lembaga yang tidak terlepas dari kondisi objektif masyarakat lokal.
4.3.3.1.2 Isu Politik Tabel 4.14
Kepercayaan Terhadap Peran Polling Mengenai Isu Politik
No. Keterangan Frekuensi Persen
1. Tidak Percaya
5 17,2
2. Kurang Percaya
10 34,5
3. Percaya
14 48,3
Total 29 100,0
Sumber : P.12FC.17
Tabel di atas memeparkan mengenai kepercayaan responden menganai peran polling mengenai isu politik beperan dalam pengambilan
kebijakan internal. Sebanyak 5 responden 17,2 tidak percaya, sebanyak 10 responden 34.5 kurang percaya, dan sebanyak 14 responden 48.3 percaya
hasil polling berperan dalam pengambilan kebijakan internal LSM. Hasil wawancara dengan responden yang percaya 48.3 dengan
hasil polling mengenai isu politik berperan dalam pengambilan kebijakan internal, menyatakan hasil polling yang mengangkat isu politik dibutuhkan bagi lembag
untuk dapat melihat kondisi politik secara taktis.
4.3.3.1.3 Isu Budaya Tabel 4.15
Kepercayaan Responden Terhadap Peran Polling Mengenai Isu Budaya No. Keterangan
Frekuensi Persen
1. Tidak Percaya
5 17,2
2. Kurang Percaya
14 48,3
3. Percaya
10 34,5
Total 29
100,0 Sumber : P.12FC.18
Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui 5 responden 17.2 tidak percaya hasil polling menenai isu budaya berperan dalam pengambilan kebijakan
internal lembaga. Sebanyak 14 responden 48.3 kurang percaya dan sebanyak 10 responden 34.5 percaya hasil polling mengenai isu budaya berperan dalam
pengambilan kebijakan lembaga. Kepercayaan dalam khalayak dibetuk dari kebutuhan,
kepentingan,dan pengetahuan dari kahlayak tersebut. Ketidak percayaan khalayak terhadap isu-isu yang diangkat dalam polling di Harain Kompas, yaitu isu sosial,
politik, budaya 17.2 dikarenakan pengetahuan dari responden. Responden mengetahui bahwa polling mempunyai beberapa kekurangan baik dalam metode
pngolahan data, penentuan sampel ataupun penganalisisan isu yang diangkat sebagai tema.
Namun responden yang percaya dengan peran hasil polling pada Harian Kompas dalam penentuan kebijakan lembaga berpendapat bahwa secara
metodologi Kompas adalah salah satu media yang cukup berkompeten dalam
penyelenggaraan polling, ini dibuktikan setiap polling yang dipublikasikan selalu dilengkapai dengan metode yang digunakan.
Tingkat kepercayaan responden juga dipengaruhi oleh kebutuhan dan kepentingan mereka terhadap data tersebut. Responden yang membutuhkan data
yang berhubungan dengan isu sosial akan lebih sering mengkonsumsi hasil polling dengan tema tersebut, sehingga nantinya akan mempengaruhi tingkat
kepercayaannya dalam memandang hasil polling tersebut.
4.3.3.2 Sikap Responden Terhadap Peran Polling 4.3.3.2.1 Isu Sosial
Tabel 4.16 Sikap Terhadap Peran Polling Mengenai Isu Sosial
No. Keterangan
Frekuensi Persen
1. Tidak Mendukung
6 20,7
2. Kurang Mendukung
11 37,9
3. Mendukung
12 41,4
Total 29
100,0 Sumber : P.13FC.22
Dari tabel di atas, diketahui sebanyak 6 responden 20.7 tidak mendukung hasil polling mengenai isu sosial di Harian Kompas mengenai isu
sosial berperan dalam pengambilan kebijakan internal. Sebanyak 11 responden 37.9 kurang mendukung dan 12 responden 41.4 mendukung peran hasil
polling mengenai isu sosial di Harian Kompas dalam penetuan kebijakan lembaga.
Sikap mendukung responden 41.4 dikarenakan responden mndukung peran hasil polling selama polling menggonakan metode pendekatan
terhadap isu sosial yang akan diteliti terlebih dahulu, sehingga data yang didapatkan sesuai dengan tujuan dari polling tersebut. Polling pada Harian
Kompas juga diharapakan lebih sering mengangkat isu mengenai masyarakat kelas bawah
4.3.3.2.2 Isu Politik Tabel 4.17
Sikap Terhadap Peran Polling Mengenai Isu Politik
No. Keterangan
Frekuensi Persen
1. Tidak Mendukung
6 20,7
2. Kurang Mendukung
8 27,6
3. Mendukung
15 51,7
Total 29
100,0 Sumber : P.13FC.23
Tabel di atas memaparkan sikap responden dalam menanggapi peran polling mngenai isu politik di Harian Kompas dalam penentuan kebijakan internal
lembaga. Sebanyak 6 responden 20.7 tidak mendukung hasil polling mengenai isu politik di Harian Kompas mengenai isu soial berperan dalam
pengambilan kebijakan internal. Sebanyak 8 responden 27.6 kurang mendukung dan 15 responden 51.7 mendukung peran hasil polling mengenai
isu politik di Harian Kompas dalam penetuan kebijakan lembaga.
IV.3.3.2.3 Isu Budaya Tabel 4.18
Sikap Peran Polling Mengenai Isu Budaya
No. Keterangan
Frekuensi Persen
1. Tidak Mendukung
6 20,7
2. Kurang Mendukung
9 31,0
3. Mendukung
14 48,3
Total 29 100,0
Sumber : P.13FC.24
Dari tabel di atas, diketahui sebanyak 6 responden 20.7 tidak mendukung hasil polling mengenai isu budaya di Harian Kompas berperan dalam
pengambilan kebijakan internal. Sebanyak 9 responden 31 kurang mendukung
dan 14 responden 48.3 mendukung peran hasil polling mengenai isu budaya di Harian Kompas dalam penetuan kebijakan lembaga.
Sikap responden dalam menyikapi peran hasil polling di Harian Kompas dalam pengambilan kebijakan internal lembaga dipengaruhi oleh tingkat
kepercayaan mereka terhadap hasil polling tersebut. Sikap mendukung dari responden diaplikasikan dengan menjadikan hasil polling di Harian Kompas
sebagai salah satu referensi pendukung dalam pengambilan kebijakan di internal lembaga.
Sikap kurang setuju dari responden didasari oleh argumen bahwa hasil polling di Harian Kompas hanya bisa dijadikan data tambahan dalam
pengambilan kebijakan. Harian Kompas yang merupakan harian nasional akan menyelenggarakan polling juga dalam sekup nasional sehingga kurang
bersentuhan dengan kebijakan internal lembaga yang kebanyakan bersifat lokal.
4.3.3.3 Pendapat Responden Terhadap Peran Polling 4.3.3.3.1 Isu Sosial
Tabel 4.19 Pendapat Terhadap Peran Polling Mengenai Isu Sosial
No. Keterangan Frekuensi Persen
1. Tidak Setuju
5 17,2
2. Kurang Sutuju
14 48,3
3. Setuju
9 31,0
4. Sangat Setuju
1 3,4
Total 29 100,0
Sumber : P.14FC.28
Dari tabel di atas, diketahui sebanyak 5 responden 17.2 tidak setuju dengan hasil polling mengenai isu sosial di Harian Kompas berperan dalam
pengambilan kebijakan internal. Sebanyak 14 responden 48.3 kurang setuju, 9 responden 31 setuju, dan 1 responden 3.4 sangat setuju dengan dengan
peran hasil polling mengenai isu sosial di Harian Kompas dalam penetuan kebijakan lembaga.
Berdasarkan hasil wawancara dengan responden yang kurang setuju 48.3 dengan peran ilmu sosial dalam penentuan kebijakan LSM , dikarenakan
polling mengenai ilmu sosial yang hanya bisa dijadikan data mentah untuk lebih menyelidiki mengenai permasalahan sosial yang diangkat.
4.3.3.3.2 Isu Politik Tabel 4.20
Pendapat Terhadap Peran Polling Mengenai Isu Politik No. Keterangan Frekuensi Persen
1. Tidak Setuju
5 17,2
2. Kurang Sutuju
9 31,0
3. Setuju
14 48,3
4. Sangat Setuju
1 3,4
Total 29
100,0 Sumber : P.14FC.29
Dari tabel di atas, diketahui sebanyak 5 responden 17.2 tidak setuju dengan hasil polling mengenai isu politik di Harian Kompas berperan
dalam pengambilan kebijakan internal. Sebanyak 9 responden 31 kurang setuju, 14 responden 48.3 setuju, dan 1 responden 3.4 sangat setuju dengan
peran hasil polling mengenai isu politik di Harian Kompas dalam penetuan kebijakan lembaga.
4.3.3.3.3 Isu Budaya Tabel 4.21
Pendapat Terhadap Peran Polling Mengenai Isu Budaya
No. Keterangan Frekuensi Persen
1. Tidak Setuju
5 17,2
2. Kurang Sutuju
11 37,9
3. Setuju
12 41,4
4. Sangat Setuju
1 3,4
Total 29
100,0 Sumber : P.14FC.30
Dari tabel di atas, diketahui sebanyak 5 responden 17.2 tidak setuju dengan hasil polling mengenai isu budaya di Harian Kompas berperan
dalam pengambilan kebijakan internal. Sebanyak 11 responden 37.9 kurang setuju, 12 responden 41.4 setuju, dan 1 responden 3.4 sangat setuju dengan
dengan peran hasil polling mengenai isu budaya di Harian Kompas dalam penetuan kebijakan lembaga.
Pendpat merupakan suatu proses penyampaian pesan yang sudah melalui proses komunikasi terlebih dahulu. Dalam hal ini pendapat responden
akan mewakili lembaga yang menjadi sampel dalam penelitian ini. Responden yang bependapat setuju dengan peran hasil polling di Harian Kompas dalam
pengambilan kebijakan lembaga mengemukakan bahawa hasil polling dapat dijadikan data awal dan acuan dalam penentuan kebijakan. Polling juga mampu
menambah wacana bagi lembaga dalam memandang permasalahan isu sosial, politik, dan budaya. Yang nantinya akan dijadikan referensi bagi lembaga dalam
melaksanakan penelitian lebih lanjut sesuai dengan kebutuhan lembaga tersebut. Sementara responden yang kurang setuju dengan peran hasil polling
di Harian Kompas dalam pengambilan kebijakan lembaga, berpendapat bahwa polling yang diselenggarakan kompas tidak mampu mewakili seluruh aspek yang
menjadi pertimbangan dalam pengambilan kebijaka lembaga yang kompleks. Cakupan kerja lembaga LSM di kota Medan yang bersifat lokal semakin
memperkecil peran polling di Harian Kompas dalam mempengaruhi kebijakan. Dan bagi responden yang tidak setuju menganggap bahwa tidak ada hubungan
antar hasil polling di Harian Kompas dengan pengambilan kebijakan, karena pengambilan kebijakan lembaga ditekankan berdasarkan kondisi onbjektif
lembaga itu sendiri.
4.3.4 Peran Polling Pada Harian Kompas dalan Penanganan Masyarakat Dampingan