BAB I PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang Masalah
Pendapat umum bukan merupakan suatu istilah baru di bidang komunikasi dan politik. Perkembangan pendapat umum mulai muncul pada abad
5 SM, pada saat diadakannya pertemuan kota limited town meeting yang membahas berbagai persoalan dalam masyarakat Yunani. Pendapat umum sangat
diperlukan sebagai masukan dalam memandang suatu permasalahan sosial yang dihadapi oleh masyarakat. Proses komunikasi yang terjadi di masyarakat akan
membuat penafsiran yang berbeda dalam memandang suatu isu. Suatu isu dapat dijadikan objek pendapat umum jika masalah yang dibicarakan tersebut
menyangkut hajat hidup orang banyak dan merupakan permasalahan yang kontradiktif dalam masyarakat.
Pendapat umum merupakan kekuatan dahsyat yang dapat mempengaruhi baik atau buruk citra suatu lembaga. Sifat dan karakteristik
pendapat umum adalah selalu berlandas pada nilai “kebenaran” Sastropoetro,1987: 15. Tumbuhnya pendapat umum lebih banyak ditentukan oleh
peristiwa-peristriwa politik yang dapat menyentuh kepentingan khalayak atau rakyat banyak.
Inti dari pendapat umum adalah diakuinya pendapat masyarakat. Masyarakat mempunyai cara-cara tertentu agar pendapatnya diketahui oleh orang
lain atau diterima oleh pembuat kebijakan. Di sini pendapat umum diterima dan mampu mempengaruhi kekuasaan dan kebijakan sehingga apa yang difikirkan
masyarakat menjadi penting untuk diketahui. Ekspresi untuk menyatakan pendapat umum itu berbeda-beda dari satu masa ke masa lain, bergantung pada
bagaimana pendapat itu harus disuarakan. Secara umum dalam sejarah dikenal teknik ekspresi pendapat umum berturut-turut ; orator, cetakan, kerumunan, petisi,
ruang diskusi, coffe house, gerakan revolusi, pemogokan, pemilihan umum, straw polls pemungutan suara tidak resmi, surat kabar modern, surat untuk pejabat
publik, perencanaan agenda media massa, dan metode yang terbaru adalah survei yang lebih dikenal sebagai polling Eriyanto, 1999 : 4.
Polling lahir dari pemikiran untuk apa menyertakan banyak orang kalau sedikit orang sebenarnya cukup dapat mewakili suara masyarakat. Sejak
diterapkan prinsip-prinsip ilmiah untuk melakukan survei membawa perkembangan baru dalam metode pengumpulan pendapat umum. Pemakaian
prinsip ilmiah untuk mengukur pendapat umum berbarengan dengan perkembangan metode ilmiah. Artinya, pengukuran pendapat umum mengambil
dan memanfaatkan metode penelitian ilmu pengetahuan agar secara tepat mengukur pendapat umum.
Hasil polling menjadi lebih efektif jika bisa disampaikan kepada masyarakat luas. Agar polling mempunyai daya paksa, polling mempunyai
keharusan dimuat dalam media massa. Media mempunyai kebebasan untuk menyelenggrakan berbagai polling, termasuk polling mengenai tema-tema yang
sensitif yang berhubungan dengan msyarakat. Penyelenggaraan dan publikasi polling dapat dilakukan oleh berbagai media massa baik itu media cetak ataupun
media elektronik. Harian Kompas merupakan salah satu media yang secara rurtin menyelenggarakan jejak pendapat dengan metode polling. Untuk
mempertahankan keakuraatan hasil polling, harian Kompas selalu menyertakan metode jejak pendapat yang digunakan dalam menyelenggarakan jejak pendapat
tersebut. Hasil polling yang sudah dipublikasikan dapat dimanfaatkan oleh
pemerintah, kelompok masyarakat atau LSM untuk mengetahui apa yang diinginkan oleh masyarakat, sehingga dapat dijadikan sebagai acuan dalam
memperbaiki kinerja organisasi. Apabila hasil polling tidak dipublikasikan nasibnya akan sama dengan hasil penelitian akademis yang tidak mempunyai
pengaruh selain menambah pengetahuan terhadap suatu masalah. Ekspresi pendapat umum tidak hanya digunakan oleh pemerintah dalam
penetapan kebijakan, tapi kebijakan yang dihasilkan pemerintah juga bisa dijadikan objek dari polling yang akan diadakan. Terkadang kebijakan yang
dihasilkan tidak menguntungkan semua lapisan masyarakat. Lembaga Swadaya Masyarakat LSM sebagai sebuah lembaga yang peduli terhadap nasib rakyat
terutama rakyat yang telah dirugikan oleh kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah membutuhkan data yang valid dan terpercaya untuk dapat terus
memperjuangkan kepentingan masyarakat. Lembaga Swadaya Masyarakat LSM lahir untuk membantu masyarakat
yang tidak tersentuh tangan pembangunan dan dirugikan oleh kebijakan pemerintah atas pembangunan. Secara sederhana, Abdul Hakim Garuda
Nusantara mengatakan bahwa LSM adalah gerakan yang tumbuh berdasarkan nilai-nilai kerakyatan yang mempunyai tujuan untuk menumbuhkan kesadaran
dan kemandirian masyarakat, yang akhirnya meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Polling mengenai potensi buruh yang dilakukan oleh harian Kompas Kompas, 5 Mei 2008, dapat dijadikan suatu masukan bagi LSM dalam
menetukan kebijakan lembaga. Data yang diperoleh menggambarkan bagaimana pandangan masyarakat mengenai sejauhmana kebijakan yang dibuat oleh
Pemerintah berpihak kepada kaum buruh, sehingga data tersebut dapat dijadikan masukan untuk tetap berpihak pada keinginan rakyat.
Hasil polling dapat dijadikan acuan dalam memandang suatu permasalahan, seperti dalam memandang masalah nasib kaum buruh atau pekerja
di Indonesia. LSM diharapkan mampu menentukan sikap, menyatukan persepsi, dan pada akhirnya segera menetukan kebijakan dalam mengatasi permasalahan
yang dihadapi oleh masyarakat. Pada penelitian ini penulis lebih menitik beratkan pada LSM yang
bersifat mobilisasi yaitu organisasi yang memusatkan kegiatannya kepada pendidikan dan mobilisasi rakyat miskin sekitar isu yang berkaitan dengan
ekologi, Hak Azasi Manusia HAM, status kaum perempuan, hak-hak hukum dalam hubungan dengan kepemilikan tanah dan penggantian kompensasi bagi
tanah yang harus disita, menjamin hak sewa bagi pedagang kecil, scavengers orang-orang yang tidak memiliki rumah atau tempat tinggal tetap dan penghuni
liar di kota-kota besar, karena pada LSM ini pendapat dan keadaan masyarakat sangat diperhatikan guna memberikan hak yang sepantasnya kepada mereka.
Lembaga Swadaya Masyarakat LSM yang ada di kota Medan dengan jumlah lebih dari 100 lembaga, bergerak di berbagai bidang. Seperti bidang
pendidikan, kebudayaan, ekologi, perempuan, gerakan sosial, perlindungan anak jalanan, pembelaan HAM, dan lain-lain.
Berdasarkan uraian di atas, peneliti merasa tertarik untuk melakukan suatu penelitian tentang bagaimanakah peran poliing pada harian Kompas dalam
penetuan kebijakan Lembaga Swadaya Masyarakat LSM Kota Medan.
I.2 Perumusan Masalah