Penyidik anak Penerapan Asas Kepentingan Terbaik Bagi Anak (The Best Interest Of The Child) Dalam Upaya Menjauhkan Anak Dari Pidana Penjara

pengawasan Psl.30 Ayat 2. Saran dari Pembimbing Kemasyarakatan agar anak klien-nya diberikan tindakan dan hakim dalam putusannya mempertimbangkan saran Pembimbing Kemasyarakatan serta memutus berupa tindakan Psl 24. Sedangkan Psl 24 Ayat a anak dikembalikan ke orang tua maka pengawasan dan pembimbingan dilakukan oleh Pembimbing Kemasyarakatan dan jika putusannya berupa tindakan menyerahkan kepada Departemen Sosial atau organisasi sosial kemasyarakatan yang bergerak dibidang pendidikan, pembinaan dan latihan kerja sesuai Psl 24 Ayat c Pasal 62 Ayat 1 Anak pidana yang telah menjalani pidana penjara 23 dua per tiga dari pidana yang dijatuhkan yang sekurang kurangnya 9 sembilan bulan dan berkelakuan baik, dapat diberikan Pembebasan Bersyarat PB. Pasal 62 Ayat 2 menyatakan, anak pidana sebagaimana yang dimaksud dalam ayat 1 berada dibawah pengawasan Jaksa dan bimbingan kemasyarakatan yang dilaksanakan oleh PK Balai Pemasyarakatan. 94

1. Penyidik anak

Sistem Peradilan Pidana Anak adalah sistem pengendalian kenakalan anak yang terdiri dari lembaga-lembaga yang menangani : a. Penangkapan dan Penahanan Undang-Undang No. 3 Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak yang merupakan Undang-Undang khusus lex specialis, namun didalamnya tidak mengatur bagaimana cara penangkapan dan penahanan anak yang seharusnya 94 Penjelasan tersbut sesuaiberdasarkan dengan pasal demi pasal yang ada pada Undang-Undang Pengadilan Anak UU No.3 Tahun 1997 Tentang Pengadilan Anak Universitas Sumatera Utara dilakukan oleh pihak kepolisian. Undang-Undang No.3 tahun 1997 pasal 43 Ayat 1 mengatakan penangkapan anak nakal dilakukan sesuai dengan Kitab Undang Undang Hukum Acara Pidana dan belum ada KUHAP khusus anak. Dalam melakukan tindakan penangkapan, asas praduga tak bersalah harus dihormati dan dijunjung tinggi sesuai dengan harkat dan martabat anak 95 Pengalaman Pembimbing Kemasyarakatan BAPAS I Medan ketika melakukan interviu kepada tersangka klien pemasyarakatan dan juga orang tuakeluarga dalam rangka melakukan tugas proses pembuatan Penelitian Kemasyarakatan LITMAS, sering ditemukan permasalahan bahwa orang tuakeluarga tersangka merasakan keberatan dengan cara-cara petugas kepolisian yang melakukan penangkapan dan penahanan terhadap anaknya, antara lain anak ditangkap ketika di sekolah dan berpakaian sekolah, anak ditangkap dimalam hari ketika anak sedang istirahat, anak ditangkap tampa pemberitahuan terlebih dahulu oleh orang tuakeluarga, pemerintah setempat. 96 95 Maidin Gultom, Op,Cit, hal.97 96 Berdasarkan hasil penelitian, wawancara dilakukan kepada beberapa orang Pembimbing Kemaysarakatan BAPAS Klas I Medan, berkaitan pengalamannya ketika melakukan proses pembuatan penelitian kemasarakatan LITMAS peradilan anak. Hal ini sangat tidak baik bagi perkembangan jiwa anak, anak dipermalukan, dimuka orang banyakteman- teman sekolahnya, yang sebaiknya dapat dilakukan dengan cara yang lebih profesional yang menjadi pembeda dengan cara menangkapan terhadap orang dewasa. Demikian pula dengan penahanan, anak yang belum pasti bersalah sudah dimasukkan ke dalam selRumah Tahanan Polisi RTP dan digabungkan Universitas Sumatera Utara dengan orang dewasa karena di kepolisian seltahanan anak pada umumnya belum tersedia. Undang Undang No.3 tahun 1997 Pasal 44 ayat 1 menentukan bahwa untuk kepentingan penyidikan, Penyidik berwenang melakukan tindak pidana kenakalan berdasarkan bukti permulaan yang cukup. Dasar diperkenakan suatu penahanan anak, adalah adanya dugaan keras berdasarkan bukti yang cukup, bahwa anak melakukan tindak pidana kenakalan. Penahanan dilakukan apabila anak melakukan tindak pidana penjara 5 lima tahun keatas, atau tindak pidana tertentu yang ditentukan oleh undang-undang. Dalam hal ini, muncul persoalan dalam menentukan ”diduga keras”, dan ”bukti permulaan”, sebab bisa saja penyidik salah duga atau menduga-duga saja, hal ini tidak mencerminkan perlindungan anak. Anak dapat menjadi korban ketidakcermatan atau ketidaktelitian penyidik. Menentukan bukti yang cukup sebagai bukti permulaan, dalam KUHAP tidak diatur dengan tegas, hal ini tidak mencerminkan perlindungan anak. 97 Undang Undang No.3 tahun 1997 Pasal 45 ayat 1 menentukan bahwa penahanan dilakukan setelah dengan sungguh-sungguh mempertimbangkan kepentingan anak dan atau kepentingan masyarakat. Penyidik yang melakukan tindakan penahanan, harus terlebih dahulu mempertimbangkan dengan matang akibat dari penahanan, dari segi kepentingan anak, seperti pertumbuhan dan perkembangan anak baik fisik, mental maupun sosial. Selain itu 97 Maidin Gultom, Op,Cit, hal.98 Universitas Sumatera Utara dipertimbangkan dengan matang kepentingan masyarakat, misalnya dengan ditahannya tersangka akan membuat masyarakat menjadi aman dan tenteram. Hal ini sulit didalam penerapannya, sebab dalam mempertimbangkan kepentingan yang dilindungi dengan melakukan penahanan, tidak mudah dan menyulitkan pihak penyidik yang melakukan tindakan penahanan. Dalam tindakan penahanan, penyidik seharusnya melibatkan pihak yang berkompeten, seperti Pembimbing Kemayarakatan, Psikolog, Kriminolog, dan ahli lain yang diperlukan, sehingga Penyidik anak tidak salah mengambil keputusan dalam melakukan penahanan. 98 98 Ibid hal.99 b. Proses Penyidikan Dalam melakukan penyidikan anak, penyidik harus memiliki pengetahuan yang cukup seperti psikologi anak dapat menyelami jiwa anak dan mengerti kemauan anak, psikiatri, sosiologi, berdedikasi, dapat menyelami jiwa anak dan mengerti kemauan anak. Undang Undang No.3 tahun 1997 Pasal 42 ayat 1 Penyidik wajib memeriksa tersangka dalam suasana kekeluargaan. Ayat 2 dalam melakukan penyidikan terhadap anak nakal, penyidik wajib meminta pertimbangan atau saran dari Pembimbing Kemasyarakatan, dan apabila perlu juga dapat meminta pertimbangan atau saran dari ahli pendidikan, ahli kesehatan jiwa, ahli agama atau petugas kemasyarakatan lainnya. Universitas Sumatera Utara Dengan demikian tidak ada lagi penyidik yang bersikap tidak ramah terhadap anak, sehingga perlakuan juga harus berbeda dengan penanganan terhadap orang dewasa, perlakuan kasar, membentakmarah, megancam seharusnya tidak dilakukan lagi. Pertimbangan dan saran dari Pembimbing Kemasyarakatan di dalam hasil Penelitian Kemasyarakatan LITMAS yang berpegang pada asas kepentingan terbaik bagi anak seharusnya wajib dipedomanidilaksanakan bukan hanya sekedar melengkapi berkas untuk melimpahkan ke penuntutan, ini adalah hal yang keliru dan sangat tidak profesional, ego sektoral harus benar-benar dibuang jauh demi kepentingan terbaik bagi anak.

2. Penuntut Umum Anak