Studi Kasus Petugas Pemasyarakatan Anak

bentuk keadilan yang menekankan pada perbaikan akibat yang terjadi yang diakibatkan oleh tindak pidana. Konsep restorativ justice yaitu suatu konsep penyelesaian komplik yang terjadi dengan melibatkan para pihak yang berkepentingan dengan tindak pidana yang terjadi korban, pelaku, keluarga korban, keluarga pelaku, masyarakat dan penengah moderator. Musyawarah yang dilakukan ini penting untuk menentukan tindakan atau hukuman yang tepat terhadap pelaku. Tindakan atau hukuman yang diberikan bermanfaat bagi pelaku, masyarakat dan korban merasa kerugian dan ketidak seimbangan serta ketidak tertiban dalam lingkungannya sudah pulih kembali dengan hukuman yang telah dijatuhkan. 105 105 Ibid hal.1 3. Ide Peradilan Khusus Disamping itu perlu adanya peradilan khusus dalam penanganan anak yang berhadapan dengan hukum terpisah dari peradilan umum agar lebih terkonsentrasifokus dalam penanganan ABH tersebut yang ditangani oleh penegak hukum yang benar-benar menjiwai kepentingan terbaik bagi anak. Dengan mekanisme dan acaranya menggunakan diversi.

E. Studi Kasus

Studi kasus ini sangat relevan sebagai contoh atas pelanggaran ketentuan undang-undang yang dilakukan oleh penegak hukum dalam penanganan anak yang berkomplik dengan hukum, yang mana para penegak hukum tersebut dalam melaksanakan tugas dan fungsinya mengabaikan hal yang paling mendasar yaitu tidak berdasarkan pada asas-asas dari Undang-Undang Perlindungan Anak, terutama asas kepentingan terbaik bagi anak. Universitas Sumatera Utara Studi Kasus : R S Als.R seorang anak perempuan yang ketika peristiwa konkrit terjadi berusia 16 tahun. Nama RS Als.R nama itulah yang ditulis oleh PK Pembimbing Kemasyarakatan BAPAS Medan didalam LITMAS Laporan Penelitian Kemasyarakatan sebab nama yang diberi sejak kecil adalah RS dan di keluarga dan teman sepermainan serta teman sekolah dipangil R nama kecilnya, Namun surat yang di terima oleh BAPAS Medan dari Polsek ML meminta untuk dilakukannya Penelitian Kemasyarakatan An. RS Als.ANCUR bukan RS Als.R, namun PK didalam LITMAS tidak mengikuti apa yang ditulis oleh pihak polisipenyidik, RS Als.ANCUR dengan alasan PK tidak memberikan nama Als. ANCUR berdasarkan penelitiannya adalah karena yang memberi nama panggilangelar tersebut adalah orang-orang yang yang tidak bertanggung jawab dan orang-orang tersebut juga yang menjebloskan RS Als.R ke seltahanan Polsekta ML. Disamping itu PK beralasan pemberian nama atau gelar yang tidak baik tersebut sangat bertentangan dengan syariat dan akan mempengaruhi physikys anak tersebut semasa hidupnya. RS Als.R adalah salah seorang anak yang bernasif kurang baik, dari hasil penelitian yang dilakukan oleh PK bahwa RS Als.R sudah ditinggal oleh ayahnya sejak berumur sebelas tahun ayah ibunya bercerai dan ayahnya kawin lagi sedangkan ibunya terpaksa harus menggantikan peran sang suami untuk mencari nafkah, ibu bekerja ke Malaysia sebagai tukang masak di sebuah rumah makan, lalu RS Als.R tinggal bersama kedua adiknya dan seorang kakak satu mamak lain ayah di Medan, dan tiga bulan belakangan sebelum terjadi peristiwa yang mengakibat RS Als.R ditangkap oleh pihak berwajib kasus pencurian, kakaknya RS Als.R harus pula ke Aceh ikut bersama suaminya bekerja tanggung jawab Istri terhadap suami, lalu RS Als.R dan kedua adiknya tinggal disebuah rumah kontrakan Kec.MA dan dekat rumah kontrakan tersebut ada paman RS Als.R keluarga dari ibunya yang diharapkan juga oleh ibu RS Als.R dapat memperhatikan ketiga anaknya. Kiriman uang dari sang ibu kepada ketiga anaknya itu tergadang lancar setiap bulannya dan terkadang tidak, RS Als.R juga tergolong anak yang rajin sambil sekolah ia juga berjualan kue begitu juga kedua adiknya juga membantu berjualan kue, namun usaha berjualan kue mengalami hambatan dan akhirnya berhenti sebab modal yang digunakan juga habis untuk menutup kebutuhan hidup makan, sehingga sekolah RS Als.R pun terpaksa putus tidak sekolah lagi, lalu RS Als.R adalah anak yang tidak putus asa dalam mempertahankan hidupnya dan memperjuangkan kedua adiknya, ia bekerja menjadi pembantu rumah tangga menyuci pakaian dan menjadi penjaga bayi Baby sister, walaupun upahnya tidak seberapa namun terpaksa harus dilakukan oleh RS Als.R dan sekali-sekali berharap mendapatkan makanan gratis dari tempat ia bekerja majikan. Lingkungan tempat tinggal RS Als.R dapat digolongkan kurang baik bagi pertumbuhan jiwa seorang anak yang labil dan mudah terpengaruh dan dipengaruhi untuk melakukan perbuatan pelanggaran hukum kenapa tidak sebab RS Universitas Sumatera Utara Als.R yang masih tergolong anak-anak, pendidikan yang rendah, belum berpengalaman dan ekonomi yang tergolong miskin, sementara tinggal dilingkungan yang tergolong tidak baik peredaran narkoba, judi tergolong marak dan ada yang berprofesi sebagai WTS dll yang akhirnya juga merupakan faktor penyebab klien menjadi tersangka dalam pelanggaran hukum tindak pidana pencurian. Awalnya dari hasil interviue pertama kepada RS Als.R, ia tidak mengatakan terus terang kepada Penyidik juru periksa dan begitu juga kepada PK tentang kronologis yang sebenarnya, singkat cerita ia mengatakan dirinya telah silap ketika melihat sebuah laci tempat uang disimpan, disebuah toko tempat kejadian dalam keadaan terbuka, lalu diambilnya dicuri uang yang ada di dalam laci tersebut. Ketika PK menanyakan apa yang melatar belakangi sehingga sampai melakukan pencurian, RS Als.R menjawab dengan alasan terpaksa sebab adiknya sangat membutuh uang untuk biayakeperluan sekolah. Dengan pertanyaan lain secara rinci, bersama siapa temannya pergi, sebelum sampai ke TKP terlebih dahulu kemana, artinya pertanayaan PK terurut mulai titik awal bergerak, darimana ?, jam berapa ?, kemana saja ?, dengan siapa ?, naik apa ? dan apa saja yang dilakukan ? Pembimbing Kemasyarakatan menemukan kejanggalan dan kecurigaan, dan mencoba untuk lebih familyer dalam melakukan interviue namun RS Als.R tetap memberi keterangan seperti apa yang ada didalam hasil pemeriksaan oleh penyidik BAP. Lalu PK melanjutkan penelitian ke lapangan dimana klien bertempat tinggal dan didapat imformasi teman klien yang sama-sama pergi ke sebuah toko ke TKP adalah empat orang ibu orang dewasa yang telah berkeluarga adalah tergolong orang yang tidak baik prilakunya bahkan informasi yang didapat berstatus sebagai WTS Wanita Tuna Susila, sehingga semakin kuat kecurigaan PK bahwa RS Als.R adalah seorang anak yang telah diperalat dimamfaatkan untuk melakukan tindak pidana yang menguntungkan bagi keempat ibu tersebut artinya RS Als.R adalah korban orang dewasa yang tidak bertanggung jawab, begitu juga informasi yang diperoleh dari kakak RS Als.R ketika dilakukan interviue sebagai pihak keluarga tentang siapa sesungguhnya keempat ibu tersebut. Lalu berdasarkan data dan informasi yang diperoleh PK di lapangan dimana RS Als.R bertempat tinggal, dilanjutkan melakukan interviue ulang kedua kepada kliennya RS Als.R, interviue yang kedua juga dilakukan di LP Wanita Medan dan disaksikanikut bersama kakak serta abang ipar RS Als.R yang ingin menjenguk adiknya, belum pernah bertemu setelah ditangkap dari interviue kedua, PK baru mendapatkan data dan informasi yang sesungguhnya dari RS Als.R yang terjadi pada diri RS Als.R, kesimpulannya Interviue yang pertama kepada RS Als.R ternyata tidak benar, RS Als.R berbohong karena merasa takut sebab telah diancam oleh keempat ibu tersebut untuk tidak menceritakan yang sesungguhnya dan RS Als.R juga dijanjikan akan diurus oleh keempat ibu tersebut hingga bebas, ternyata perbuatanperistiwa pencuriaan tersebut semua telah direncanakan malamnya sebelum melakukan pencurian esok harinya. Saat melakukan perencanaan tersebut dan mengajak RS Als.R. RS Als.R sempat menolak ajakan dari keempat ibu tersebut untuk ikut melakukan pencurian Universitas Sumatera Utara dengan alasan takut ketahuantertangkap oleh pihak kepolisian, namun dengan bujuk rayu oleh keempat ibu tersebut dan juga dijanjikan bila berhasil akan mendapatkan uang sehingga RS Als.R pun akhirnya luluh dan menyetujui ajakan tersebut, yang mana dalam fikiran dan hatinya berubah berbalik 360 derajat yang tadinya adalah rasa takut ketahuan dan akan tertangkap berubah dengan harapan keberasilan mendapatkan uang dan bisa membantu biaya sekolah adiknya. Selanjutnya PK melanjutkan penelitiannya kepada pihak korban juga ikut kakak RS Als.R dan abang ipar RS Als.R setelah mendapatkan data dan informasi dari pihak korban yang juga mencurigai bahwa kejadian tersebut adalah telah direncanakan sebelumnya. disamping itu PK juga memainkan perannya sebagai mediator antara pihak korban dan pihak keluarga tesangka RS Als.R yang hasilnya adalah pihak korban pada prinsifnya dapat memaafkan RS Als.R lalu dibuat surat perdamaian antara keluarga RS Als.R dan pihak korban, namun proses hukum tetap dilanjutkan, dengan demikian PK berharap surat tersebut setidaknya dapat menjadi bahan pertimbangan oleh hakim untuk meringankan hukuman RS Als.R nantinya. Ketika kejadian pada hari Senin tanggal 01 Nopember 2010 di sebuah toko “B M“ Kec.M L, walau telah direncanakan dan strategi telah diatur namun akhirnya ketahuan juga RS Als.R tertangkap tangan melakukan pencurian uang dari dalam laci toko tersebut sebesar Rp.78.000,-, setelah RS Als.R tertangkap maka ke empat ibu tersebut Ibu DS, Ibu I B, Ibu Si dan Ibu Sr, memainkan peran selanjutnya yaitu bermain sandiwara, dengan pura-pura memarahi RS Als.R dan memukulimenampar RS Als.R , namun usaha mereka untuk bermain sandiwara dan mengembalikan uang yang dicuri serta memarahi dan memukulimenampar RS Als.R, meminta maaf kepada pihak korban pemilik toko dan tidak membuahi hasil juga, sebab pemilik toko yang mencurigai keempat ibu tersebut dan masyarakat yang telah ramai mengetahui menyaksikan hingga jalan raya sampai macet, sepakat untuk membawamenyerahkan kepada pihak yang berwajib kepolisian. Ketika sampai di kepolisian kelimanya diperiksa dan akhirnya RS Als.R dijadikan tersangka sedangkan keempat ibu tersebut berhasil memainkan perannya sandiwaraaction yang ketiga mengelabui petugas penyidikjuru periksa atau mungkin juga telah bersekongkol, sehingga keempat ibu-ibu tersebut dinyatakan bebas dan hanya dijadikan sebagai saksi. Sehingga nasib anak Indonesia yang salah satunya bernama RS Als.R semakin pahit dan getir, berada dalam tahanan . Setelah LITMAS selesai dibuat oleh PK dan menyampaikan hasil LITMAS tersebut kepada pihak penyidik yang menangani perkara tersebut dan sekaligus melakukan menceritakanmenyampikan bahwa terjadi beda pendapatkontropersi, yang mana menurut penyidik tersangka RS Als.R adalah melakukan pencurian dengan kemauannya sendiri sedangkan hasil penelitian PK ditemukan bahwa perkara tersebut telah direncanakan sebelumya dan RS Als.R adalah yang dipengaruhi untuk ikut melakukan tindakan pidana pencurian, lalu beberapa hari kemudian PK mendapat khabar berkas pihak penyidik yang dilimpahkan ke Jaksa dikembalikan karena sangat bertentangan dengan hasil LITMAS informasi juga Universitas Sumatera Utara diketahui dari JPU yang menangani perkara sehingga tersangka RS Als.R diperiksa kembali oleh pihak penyidik. Pada hari Selasa tgl, 14 Desember 2010, PK mendapat informasi melalui via HP pukul 11.57 WIB dari pihak kejaksaan bahwa PK dimohon hadir di persidangan PN LP di LD untuk mendampingi tersangka RS Als.R sidang akan dilaksanakan sekira pukul 13.00 WIB, sedangkan surat pemberitahuan secara resmikedinasan belum dikirimkan, namun demikian PK yang bersangkutan setelah mendapatkan informasi via hand phone segera mohon izin kepada Kasi atasan untuk menghadirinya dan PK diperintahkan untuk membuat surat tugas dan menyiapkan berkas yang dibutuhkan di persidangan. Dengan kecepatan yang cukup tinggi PK yang bersangkutan mengendarai sepeda motor, PK berusaha untuk sampai ketujuan tepat waktu. Sesampainya PK ke Pengadilan Negeri LP di LD, selanjutnya menemui JPU yang bersangkutan, tetapi apa yang didapat, JPU meminta maaf bahwa sidang telah selesai digelar, semangat PK yang tadinya menggebu-gebu untuk melakukan pendampingan anak RS Als.R dipersidangan akhirnya berubah dengan rasa kecewa yang amat sangat, lalu PK mencoba untuk menyabarkan diri dan bertanya lagi kepada JPU tersebut, siapa saja yang hadir dalam persidangan tadi ?, apakah keluarga tedakwa ada yang hadir ? Dijawab oleh JPU yang bersangkutan, tidak ada yang hadir, lalu ditanya lagi oleh PK apakah ada saksi yang di hadirkan JPU menjawab tidak ada, lalu PK bertanya lagi kepada JPU kapan rencananya sidang lagi ? Dijawab minggu depan Selasa tgl..21 Desember 2010, Apa acaranya ? dijawab Jaksa “tuntutan”, semakin timbul rasa marah PK. PK menemui Hakim yang telah menyidangkan perkara RS Als.R, dan menyampaikan keberatan, bahwa PK baru mendapatkan informasi via HP untuk mendampingi sidang dan telah berupaya sampai kepersidangan namun sidang telah digelar, hakim hanya memberikan komentar “Kata Jaksa, PK BAPAS tidak hadir”, maka sidang tetap dilanjutkan, lalu PK pada saat itu tidak lagi mau mempermasalahkan tidak dihadirinya PK dipersidangan, selanjutnya PK menceritakan sekilas tentang kronologis kepada hakim yang telah menyidangkan klien tersebut, yang pada intinya klien RS Als.R telah diperalat oleh temanya keempat ibu tersebut yang hanya dijadikan oleh polisi sebagai saksi , sang hakim meresponnya “O begitu rupanya, ceritanya” , lalu PK bertanya kapan dan apa acara selanjutnya, lalu Hakim menjawab “Minggu depan acara tuntutan, saya sudah katakan pada Jaksanya agar dituntut yang ringan saja” Pembimbing Kemasyarakatan menyampai permohonan kepada Hakim agar anak diputus dengan diberikan tindakan kepada orang tuakeluarga AKOT sebagaimana yang ada dalam LITMAS, hakim tersebut merasa keberatan dan mengatakan pendapatnya, kalau AKOT itu hanya bisa diberikan kepada anak yang umurnya di bawah 12 tahun. Mendengar pernyataan Hakim tersebut akhirnya terjadi lagi perdebatan sebab menurut PK tidak demikian, lalu Hakim menunjukkan UU No, 3 Tahun 1997 Tentang Pengadilan Anak, pasal 26 kepada PK dan membacakannya, lalu PK mengatakan kalau begitu kita menafsirkan beda, menurut PK bisa tidak harus umur dibawah 12 tahun. Universitas Sumatera Utara Lalu PK mengatakan bagaimana kalau ditempatkan di Panti sosial , hakim juga tidak sependapat dengan alasan terdakwa dibutuhkan oleh adik-adiknya sementara RS Als.R aja dalam tahanan, terkesan dalam perdebatan tersebut bahwa hakim ingin menunjukkan arogansinya dialah yang merasa pintarnya,. lalu PK menanyakan apa acara selanjutnya, lalu Hakim minta tolong panggilkan Jaksa yang besangkutan, setelah dipanggil Jaksa-pun datang lalu mengatakan, “Minggu depan kita sidang tuntut aja yang ringan” saran hakim, lalu PK mohon izin pulang dan terakhir mengatakan “Mohon minggu depan saya diikut sertakan dalam persidangan” lalu dijawab hakim “Ya minggu depan kita sidang”. PK pun keluar dari ruang Hakim dan sempat terdengar oleh PK, “Nanti Pak jaksa temui saya ya ”. Pada tanggal 21 Desember 2010 sidang kedua dilaksanakan, yang hadir dipersidangan PK, terdakwa , Jaksa, panitra dan Hakim, ketika Hakim menyuruh Jaksa membacakan tuntutan lalu PK angkat tangan dan mengatakan untuk diberikan kesempatan menyampaikan hasil penelitiannya lalu hakim mengatakan apakah yang mau disampaikan sudah ada di dalam LITMAS ini, lalu dijawab PK “Tidak, yang mau disampaikan adalah apa yang telah dibicarakan dirapatkan dengan atasan”, akhirnya catatantertulis PK tersebut yang mau disampaikan ada tiga point yang dianggap penting, lalu Hakim memintanya, setelah dibaca lalu hakim mengatakan kepada Jaksa sidang kita tunda dan menurut PK BAPAS agar dihadirkan keempat saksi ibu-ibu tersebut, hingga akhirnya pembacaan tututan tidak jadi . Pada tanggal 28 Desember 2010 sidang ketiga digelar namun keempat ibu tersebut yang menyuruh RS Als.R melakukan pencurian tidak dihadirkan yang dihadirkan hanya saksi korban dan tetangga korban. Pada tanggal 03 Januari 2011 acara tuntutan dibacakan dan begitu juga dengan putusan, jaksa menuntut tiga bulan penjara dan hakim memutus sama dengan tuntutan jaksa. Demikian kenyataan yang terjadi, ternyata mimpi PK untuk mendapatkan putusan berupa tindakan anak dikembalikan ke orang tua AKOT saja tidak berhasil, RS Als.R tidak hanya korban dari keempat orang dewasa yang tidak bertanggung jawab namun juga korban dari penegak hukum yang belum menjiwai tentang anak. Dan jika kita simak lagi cerita peristiwa diatas maka dapat diambil kesimpulkan bahwa penegak hukum tersebut juga pelanggar hukum, sidang digelar tanpa hadirnya PK, anak tidak didampingi pengacara, anak tidak didampingi keluarga, saksi yang seharusnya dihadirkan tidak dihadirkan dan belum adanya perlakuan khusus terhadap anak yang berkonplik dengan hukum. Peristiwa tersebut juga telah disampaikandilaporkan PK ke Komisi Perlindungan Anak Indonesia Daerah KPAID dengan maksud agar ada tindakan lanjutan dan memohon agar peristiwa tersebut juga disampaikan ke Poldasu sehingga keempat orang ibu-ibu yang mengajakmempengaruhi dan mencelakakan RS Als.R tersebut ditangkap. 106 106 Saiful Azhar “Mereka Tidak Berpihak pada Anak” Majalah Pledoi Media Komunikasi Transformasi Hak Anak Edisi III 2011 hal.46-49 Universitas Sumatera Utara

1. Kronologis Pelanggaran Hukum