The Tokyo Rules Peraturan Standar Minimum Perserikatan Bangsa Bangsa JDL Havana Rules Peraturan Perserikatan Bangsa-Bangsa Untuk Undang-Undang No.3 Tahun 1997 Tentang Pengadilan Anak

terhadap keperluan-keperluan khusus berkaitan dengan tahap pertumbuhan mereka 55 Menghindari penahanan sebelum diadili, pada butir 6.1 Penahanan pra- peradilan haruslah digunakan sebagai langkah terakhir dalam proses peradilan, guna menghormati investigasi atas kejahatan yang dituduhkan dan untuk perlindungan masyarakat dan korban.

3. The Tokyo Rules Peraturan Standar Minimum Perserikatan Bangsa Bangsa

Untuk Upaya Upaya Non-Penahanan 56 Yang menjadi ”Perspektif Dasar” yaitu antara lain :

4. JDL Havana Rules Peraturan Perserikatan Bangsa-Bangsa Untuk

Perlindungan Anak Yang dicabut kebebasannya 57 b. Anak hendaknya dicabut kebebasannya sesuai dengan perinsip-perinsip dan prosedur yang ditetapkan dalam peraturan ini dan dalam Peraturan Minimum Standard Perserikatan Bangsa-Bangsa Mengenai Penyelenggaraan Pengadilan Anak Beijing Rule. Pencabutan kebebasan seorang anak hendaknya merupakan disposisi upaya terakhir dan hendanya dilakukan untuk masa a. Sistem peradilan anak hendaknya menjujung tinggi hak-hak dan keamanan dan mengedepankan kesejahteraan jasmani dan rohani anak. Pemenjaraan hendaknya digunakan sebagai upaya terakhir. 55 Majelis Umum Mukadimah Peraturan Peraturan Minimum Standard Perserikatan Bangsa- Bangsa Mengenai Admnistrasi Peradilan Bagi Anak ”Beijing Rules” 56 Peraturan Standard Minimum Perserikatan Bangsa-Bangsa Untuk Upaya-Upaya Non- Penahanan The Tokyo Rules Resolusi PBB 45110, 1990 pada bagian II tahap Pra Pradilan Psl.6 57 Peraturan Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk perlindungan Anak yang dicabut kebebasannya JDL”Havana Rules” Rosolusi No. 45113 Sidang Pleno ke 68, 14 Desember 1990. Universitas Sumatera Utara minimum yang dipandang perlu dan hendaknya dibatasi pada kasus-kasus luar biasa. Lamanya sanksi hendaknya ditentukan oleh otoritas peradilan, tanpa mengesampingkan kemungkinan pembebasan dirinya.

5. Riyadh Guidelines Pedoman Riyadh

Pedoman Perserikatan Bangsa-Bangsa Tentang Pencegahan Tindak Pidana Anak, yang menjadi prinsip-prinsip dasar antara lain : 58 a. Ketentuan mengenai kesempatan, terutama mengenai kesempatan pendidikan, dalam rangka memenuhi berbagai kebutuhan anak dan berfungsi sebagai kerangka pendukung dalam melindungi perkembangan individu seluruh anak, Prinsip 1. Pencegahan tindak pidana anak merupakan bagian utama pencegahan kejahatan dalam masyarakat. Melalui kegiatan-kegiatan yang secara sosial dan secara hukum bermanfaat, dan dengan menerapkan orientasi kemanusiaan terhadap masyarakat maupun pandangan hidup, kaum muda dapat mengembangkan sikap-sikap ”non crimogenic” Prinsip 5. Kebutuhan akan dan pentingnya kebijakan-kebijakan progresif mengenai pencegahan tindak pidana dan kajian yang sistimatis serta penjabaran upaya-upaya tersebut hendaknya diakui. Upaya-upaya ini hendaknya menghindari kriminalisasi criminalizing dan penalisasi penalizing atas suatu prilaku anak yang tidak menyebabkan kerugian serius terhadap perkembangan anak atau membahayakan orang lain. Kebijakan dan upaya-upaya berikut ini agar tercakup 58 Pedoman Perserikatan Bangsa-Bangsa Tentang Pencegahan Tindak Pidana Anak “Riyadh Guidelines” Resolution No.45112. Sidang Pleno ke 68, 14 Dsember 1990. Universitas Sumatera Utara terutama mereka yang jelas terlihat berada dalam bahaya atau menghadapi resiko sosial dan memerlukan perhatian serta perlindungan khusus. b. Pertimbangan bahwa perilaku dan perangai anak yang tidak sejalan dengan keseluruhan nilai dan norma-norma sosial seringkali merupakan bagian proses pendewasaan dan pertumbuhan dan pada kebanyakan individu , cendrung menghilang dengan sendirinya seiring dengan masa transisi ke masa dewasa. c. Kesadaran bahwa menurut pendapat utama para pakar, memberi lebel ”deviantpembangkang” kepada anak, ”pelaku pidanadelinquent” atau ”pra pelaku pidanapredelinquent” seringkali menyumbang kepada perkembangan pola konsisten perilaku yang tidak dikehendaki oleh anak.

D. Pengaturan Hak Anak Dalam Perundangan Nasional 1. Undang-Undang

Dasar 1945 Hasil Amandemen Amandemen Undang-Undang Dasar RI 1945 menyatakan secara tegas telah memberikan jaminan bagi kelangsungan hidup, tumbuh dan berkembang anak sebagaimana tercantum dalam pasal 28 B ayat 2 Undang-Undang Dasar RI 1945 yang berbunyi : ” Setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh dan berkembang serta berhak atas perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi”. Hal ini merupakan jaminan konstitusi yang menjamin perlindungan bagi anak, namun hal tersebut tidak banyak berarti bila tidak ada perhatian dan keinginan yang kuat dari semua pihak stakeholder untuk melindungi anak. Sangat jelas pengaruh KHA pada pasal ini, yaitu pada kalimat ”setiap anak berhak atas kelangsungan Universitas Sumatera Utara hidup, tumbuh dan berkembang” sebagai hak-hak dasar, sedangkan ”perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi” merupakan perlindungan khusus. 59 Peradilan Anak merupakan peradilan khusus, merupakan spesialisasi dan diferensiasinya di bawah peradilan umum. Peradilan anak diatur dalam Undang-Undang No.3 Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak. Dalam pasal 2 menentukan bahwa Pengadilan Anak adalah pelaksanaan kekuasaan

2. Undang-Undang No.3 Tahun 1997 Tentang Pengadilan Anak

Penyimpangan tingkah laku atau perbuatan melanggar hukum yang dilakukan oleh anak, disebabkan oleh faktor eksternal antara lain adanya dampak negatif dari perkembangan pembangunan yang cepat, arus globalisasi dibidang komunikasi dan imformasi, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta perubahan gaya dan cara hidup sebagian orang dewasatua telah membawa perubahan sosial yang mendasar dalam kehidupan masyarakat yang sangat berpengaruh terhadap nilai dan prilaku anak. Selain itu, anak yang kurang atau tidak memperoleh kasih sayang, asuhan, bimbingan dan pembinaan dalam perkembangan sikap, prilaku, penyesuaian diri, serta pengawasan dari orang tua, wali atau orang tua asuh akan mudah terseret dalam arus pergaulan masyarakat dan lingkungan yang kurang sehat dan merugikan perkembangan pribadinya. Demi pertumbuhan dan perkembangan mental anak, perlu ditentukan perbedaan perlakuan di dalam hukum perlakuan khusus, baik hukum acara dan ancaman pidananya. Hal ini dimaksud untuk lebih melindungi dan mengayomi anak tersebut agar dapat menyongsong masa depannya yang masih panjang. 59 Hadi Supeno, Op,Cit, hal 43 Universitas Sumatera Utara kehakiman yang berada dilingkungan peradilan umum. Di Indonesia belum ada tempat bagi suatu Peradilan Anak yang berdiri sendiri sebagai peradilan yang khusus. Peradilan anak bertujuan memberikan yang paling baik bagi anak, tanpa mengorbankan kepentingan masyarakat dan tegaknya keadilan. 60 1. Batas usia anak yang diatur dalam pengadilan anak adalah 8 hingga kurang dari 18. Pelaku tindak pidana anak dibawah usia 8 tahun akan diproses penyidikannya namun dapat diserahkan kembali pada orang tuanya atau bila tidak dapat dibina lagi diserahkan pada departemen sosial. Bentuk perlindungan yang berkaitan dengan asas kepentinan terbaik baik anak, yang diberikan kepada Anak Berhadapan Hukum ABH pada Undang- Undang No.3 Tahun 1997 antara lain : 61 2. Aparat hukum yang menjalankan proses peradilan anak adalah aparat yang mengerti masalah anak terdiri dari penyidik anak, penuntut umum anak, hakim anak, hakim banding anak, dan hakim kasasi anak. 3. Orang tua wali dan petugas kemasyarakatan yang berwenang dapat mendampingi anak selama proses pemeriksaan anak dipersidangan. 4. Petugas Pembimbing Kemasyarakatan BAPAS adalah petugas yang berwenang untuk memberikan hasil penelitian kemasyarakatan LITMAS, Dan hakim wajib menjadikan bahan pertimbangan untuk memberikan putusan yang terbaik bagi anak. 60 Maidin Gultom, Op, Cit Hal.75 61 Jika merujuk kepada Putusan Makamah Konstitusi No.1PPU-VIII2010 maka usia yang dapat dipidana minimal 12 tahun dan masimal 18 tahun. Dalam amar pertimbangannya Makamah Konstitusi menilai batas umur 12 tahun sebagai ambang batas usia pertanggungjawaban hukum bagi anak dan hal ini juga telah diterima dalam praktek sebagian negara-negara didunia. Universitas Sumatera Utara 5. Penjatuhan pidana penjara pada anak adalah setengah dari ancaman maksimal orang dewasa. 6. Pidana pokok yang dapat dijatuhkan a pidana penjara b pidana kurungan, c pidana denda, d pidana pengawasan. Sedangkan berupa tindakan yang dapat dijatuhkan ialah a mengembalikan kepada orang tua, wali atau orang tua asuh, b Menyerahkan kepada negara, untuk mengikuti pendidikan, pembinaan dan latihan kerja c Menyerahkan kepada Departmen Sosial. 7. Masa penahanan anak lebih singkat dari masa penahanan orang dewasa. 8. Sidang anak ialah sidang tertutup untuk umum dengan putusan terbuka untuk umum. Namun demikian Hadi Supeno berpendapat, tahun 1997 pemerintah mengintroduksi Undang-Undang No.3 tahun 1997 Tentang Pengadilan Anak yang dengan segala kelemahannya, untuk masanya, undang-undang ini dipandang sebagai bagian dari Perhatian negara terhadap anak. 62 Namun Undang-Undang No.3 tahun 1997 Tentang Pengadilan Anak bertentangan dengan pasal 28B Ayat 2 Undang-Undang Dasar 1945 dan lebih-lebih dengan Undang-Undang Perlindungan Anak . 63 Istilah anak nakal dalam UU Pengadilan Anak, istilah anak nakal sangat tidak tepat sebab merugikan anak secara moral karena label anak nakal tidak serta merta hilang walaupun pengadilan membebaskannya dari segala tuduhan. . 62 Hadi Supeno Op,Cit hal. 43 63 Ibid hal. 144 Universitas Sumatera Utara Defenisi anak dalam Undang-Undang No.3 Tahun 1997 Pasal 1 ayat 1 dan 2 sejak awal telah mengkriminalisasikan anak 64 a Bertentangan dengan mandat UUD 1945 yang menyatakan bahwa semua warga negara berhak memperoleh pendidikan. Ketika anak- anak berusia 8 tahun, tetapi sudah harus berurusan degan hukum, dia tidak bisa lagi memperoleh hak pendidikan sebagaimana tercantum dalam konstitusi dasar. Dari tinjauan hak pendidikan dapat disimpulkan bahwa usia pertanggungjawaban hukum seorang anak pada Undang Undang Pengadilan Anak Pasal 4 b Bertentangan dengan Undang-Undang No.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, karena tidaklah mungkin seorang anak yang berada dalam tahanan atau penjara bisa menikmati pendidikan yang berkualitas. c Bertentangan dengan Undang-Undang No.23 Tahun 2002 Tentang perlindungan anak yang mengharuskan agar setiap anak berhak memproleh pendidikan dan pengajaran dalam rangka pengembangan pribadinya dan tingkat kecerdasannya sesuai minat dan bakatnya. Demikian juga tidak mungkin amanat pasal 50 Undang Undang Perlindungan Anak akan terpenuhi karena usia 8 tahun yang sudah harus berhadapan dengan hukum akan sangat menganggu tumbuh kembang anak. Betapapun baik dan hebatnya sebuah penjara anak, itu tetaplah penjara yang mendegradasi kepribadian seorang anak bahkan menghancurkan sama sekali masa depannya. d Bahwa berdasarkan Pasal 4 Beijing Rules, ditentukan bahwa usia anak pertanggungjawaban pidana anakremaja tidak dapat ditetapkan pada usia terlalu rendah, mengingat kenyataan emosional, mental dan intlektual anak remaja. 65 Disamping itu yang paling mendasar juga bahwa penanganan anak yang berhadapan dengan hukum mekanisme dan hukum acaranya masih diserahkan pada sistem peradilan umum, sebagaimana yang dimaksud pada pasal 2 ”Peradilan Anak adalah pelaksana kekuasaan kehakiman yang berada di lingkungan peradilan umum”. Kebiasaan dari pada peradilan umum adalah 64 Ibid hal. 146 65 Ibid hal. 157 Universitas Sumatera Utara menghukum pelaku retributive justice, sehingga kebiasaan ini juga berpengaruh terhadap penanganan kepada anak, dan berakibat pada putusan terhadap anak adalah hukuman dipenjarakan, sehingga sudah saatnya ada peradilan yang khusus terpisah dari peradilan umum dengan mekanisme dan acaranya menggunakan keadilan restoratif atau diversi.

3. Undang-Undang No.39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia