sembilan puluh orang atau sekitar 4,77 dari keseluruhan. Sedangkan pada tahun 2012 hingga bulan Juni perkara pidana 1658 seribu enam ratus lima puluh delapan orang,
sedang perkara anak 71 tujuh puluh satu orang, atau sekitar 4,28. Jumlah tersebut diatas belum termasuk perkara perdata, tipikor tindak pidana korupsi dan lain-lain.
Kendala utama adalah masih digabungnya peradilan anak dibawah peradilan umum, sebaiknya agar pelaksanaan proses persidangan anakperadilan anak adalah
suatu peradilan yang khusus dan berdiri sendiri gedungnyapun sebaiknya terpisah dari gedung pengadilan umum, sehingga diharapkan benar-benar berbeda cara
penanganan dengan orang dewasa, pengaruh bergabungnya pengadilan anak dengan pengadilan umum, hal ini membuat para hakim kurang terkonsentrasi dalam
menangani perkara anak, sebab dalam satu hari saja sudah beberapa kali menangani perkara orang dewasa, lalu menangani perkara anak, hal ini sangat sulit untuk
melakukan perubahan sikap. Sedangkan bagi anak berada di tempat yang begitu padat PN Medan juga sangat tidak baik bagi perkembangan jiwa anak.
D. Lembaga Pemasyarakatan
Secara substansi, Undang - Undang No.12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan tidak ada mengatur pembinaan atau perlakuan khusus terhadap
warga binaan pemasyarakatan WBP anak, atau anak pidana. Seyogiyanya anak berhadapan hukum mendapatkan kesempatan yang seluas-luasnya untuk
tumbuh dan berkembang secara wajar, baik secara rohani, jamani dan sosial. Untuk mewujudkan kesejahteraan anak yang berhadapan dengan hukum
diperlukan perhatian yang lebih besar dengan mewujudkan pembinaan anak
Universitas Sumatera Utara
didik WBP di lembaga pemasyarakatan menuju lembaga pemasyarakatan anak sebagai lembaga pendidikan dan lembaga pembinaan yang dapat menjamin
pemberian kesempatan, pemeliharaan dan usaha menghilangkan hambatan, yang kesemuanya harus bermuara kepada esensi anak dan hak anak.
116
Hendaknya Undang-Undang Pemasyarakatan mengatur secara khusus tentang keutamaan
pendidikan wajib pendidikan bagi anak dan dalam pelaksanaanya didukung dengan sarana dan prasarana yang sangat memadai, sehingga anak diharapkan
dengan diberikan pendidikan yang benar dan maksimal dapat merubah prilakuknya menjadi lebih baik dan dapat mencapai masa depan yang lebih
gemilang.
116
Mohammad Kemal Dermawan dkk UNICEF dan Pusat Kajian Kriminolog Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Unversitas Indonesia, Op,Cit, hal.225
Universitas Sumatera Utara
Tabel V Kondisi Penghuni LAPAS Anak Medan
Berdasarkan Usia No.
Kondisi Usia Anak dibawah
umur 18 tahun Usia Anak diatas
umur 18 tahun Jumlah
1 31-05 2010
30-06-2010 31-07-2010
31-08-2010 30-09-2010
31-10-2010 30-11-2010
31-12-2010 380 orang
379 orang 352 orang
359 orang 340 orang
333 orang 328 orang
273 orang 299 orang
298 orang 296 orang
280 orang 264 orang
259 orang 326 orang
332 orang 679 orang
677 orang 648 orang
639 orang 604 orang
592 orang 654 orang
605 orang
2. 31-01-2011
28-02-2011 31-03-2011
30-04-2011 31-05-2011
30-06-2011 31-07-2011
31-08-2011 30-09-2011
31-10-2011 30-11-2011
31-12-2011 339 orang
332 orang 323 orang
317 orang 316 orang
313 orang 309 orang
308 orang 298 orang
311 orang 268 orang
273 orang 232 orang
228 orang 242 orang
243 orang 268 orang
288 orang 278 orang
261 orang 273 orang
305 orang 319 orang
332 orang 571 orang
560 orang 565 orang
560 orang 584 orang
601orang 587 orang
569 orang 571 orang
616 orang
587 orang 605 orang
3. 31-01-2011
29-02-2011 31-03-2011
30-04-2011 31-05-2011
30-06-2011 272 orang
318 orang 276 orang
273 orang 253 orang
255 orang 310 orang
264 orang 323 orang
329 orang 324 orang
332 orang 582 orang
582 orang 599 orang
602 orang 577 orang
587 orang
Sumber data ; Diperoleh dari Sub Seksi Registrasi LP Anak Medan Dari data yang terhimpun dari LP Anak Medan ternyata dari segi nama
”Lembaga Pemasyarakatan Kelas II-A Anak Medan” , sudah tidak sesuai lagi jika dilihat dari isi penghuninya yang juga banyak dihuni oleh usia diatas 18 delapan
belas tahun yang tidak lagi tergolong anak dewasa.
Universitas Sumatera Utara
Kapasitas daya tampung LP Anak Medan maksimal hanya 250 orang, namun kenyataannya penghuni LP Anak Medan dihuni melebihi kapasitas bahkan rata-rata
lebih dari 100 over kapasitasnya, sehingga kosentrasi petugas lebih pada ketertiban dan keamanan, sebab jika terjadi pelarian petugas akan mendapat
hukuman disiplin hal ini sangat memberi resiko, bisa-bisa pangkat akan jadi taruhan, diturunkan, ini cukup memberikan hukuman bagi petugas. Kosentrasi lebih pada
ketertiban dan pengamanan dari pada pembinaan hal ini juga dapat dibuktikan, jika pada pelaksanaan ulang tahun pemasyarakatan di Kota Medan, petugas Lembaga
Pemasyarakatan yang berhasil menangkap penggunapemakai narkoba dari Warga Binaan Pemasyarakatan WBP atau Anak didik pemasyarakatan dan juga jika
berhasil menangkap WBP atau Anak didik pemasyarakatan yang hendak melarikan diri petugas tersebut akan mendapatkan penghargaan sementara masalah pembinaan
yang majadi tujuan utama pemasyarakatan sangat kurang mendapatkan perhatian kurang termotivasi.
Universitas Sumatera Utara
Tabel VI Keadaan Pegawai LAPAS Klas IIA Anak Medan
Kondisi Pada Bulan Juni Tahun 2012 Tingkat
Pendidikan PejabatanStaf
Keterangan SD : -
Pejabat Struktural : 14 orang Laki laki : 63 orang
SMP : 1 orang KPLP : 7 orang
Perempuan : 19 orang SLTA : 44 orang
BINADIK : 17orang Jumlah : 82 orang
D3 : 3 orang ADM.KANTIB : 3 orang
D3 = Perawat = 1 orang AKIP = 2 orang
S1 = S.Sos =1 orang AKS = 1 orang
SH = 24 orang S2 = Msi = 1 orang
MM = 1 orang SPKJ = 1 orang
S1 : 26 orang TU : 8 orang S2 : 8 orang Regu Pengamanan : 30 orang
S3 : - Kegiatan Kerja : 3 orang
Sumber : Kasub Bagian TU, Karus KepegawaianKeuangan Tabel III tersebut diatas dapat dijelaskan bahwa dari jumlah pegawai yang
berpendidikan SMP adalah 4,8 , berpendidikan SLTA adalah 53,7 ; pegawai yang berpendidikan S1 adalah 31,7 ; berpendidikan S2 adalah 9,8 . Dan dari
keterangan tersebut diatas gelar Msi = 1 orang dan ketika S1–nya adalah bergelar SPd.I Sarjana Pendidikan Islam, sedangkan SPKJ adalah Spesialis Kedokteran
Jiwa. Dari latar belakang pendidikan pegawai LAPAS Anak Medan merupakan
kendala untuk bekerja secara profesional dalam melaksanakan tugas pembinaan terhadap ABH, karena yang paling dibutuhkan sesungguhnya adalah mayoritas
berlatarbelakang pendidikan antara lain sarjana pendidikan, psikolog anak, dokter umum, dokter gigi dan lain-lain yang berkaitan dengan tumbuh kembang anak dan
kepetingan terbaik bagi anak.
Universitas Sumatera Utara
Terbatasnya anggaran dana, SDM yang tidak memadai, sarana yang tidak mendukung, ditambah penghuni yang terlalu padat dan kurangnya perhatian dan
motivasi dari pengambil kebijakan khusus di pemsyarakatan adalah hal utama menyebabkan kegitan pembinaan tidak terlaksana secara baik dan profesional.
Banyak bantuan datang dari pihak luar, seperti bantuan berupa pendidikan formal paket B dan atau C dari PKBM Puspa Medan Pusat Kegiatan Belajar
Masyarakat , namun sifatnya bantuan juga mengalami keterbatasan sehingga tidak dapat dilakukan secara kontiniu.
Jika kita lihat dari kebiasaan-kebiasaan, cara berpikir, dan cara bertindak dalam penanganan ABH maka sependapat kita apa yang disampikan oleh Mark
Constanzo seorang Prefesor Psikologi dan co-director pada the Center for Applied Phsychological Research Pusat Riset Psikologi Terapan di Claremont McKenna
College. Budaya penjara yang khas, penjara berpengamanan maksimum adalah
subkultur yang khas dengan aturan-aturan, norma-norma, hierarki kekuasaan, penghargaan, dan hukumannya sendiri. Para ilmuwan sosial yang pernah
meneliti penjara menulis tentang proses prosonization – yaitu asimilasi narapidana baru ke dalam nilai-nilai, norma-norma, dan bahasa penjara.
Selain itu tampaknya juga ada komponen yang kuat dari budaya penjara yang diimpor dari dunia luar Jacobs, 1983. Banyak narapidana yang berasal dari
budaya jalanan di mana apa yang dipersepsi sebagai sikap tidak menghormati atau mengancam kehormatan harus dijawab dengan kekerasan
Nisbett dan Cohen, 1996. Kedua proses ini – prisonisasi dan impor budaya yang keras – saling berkombinasi seingga menghasilkan lingkungan yang
sangat brutal. Di dalam penjara yang self-contained memaksa narapidana mengekang diri, sebagian narapidana lebih menjauhkan diri dari masalah
sehingga mereka dapat segera menyelesaikan masa hukumannya dan meninggalkan penjara. Sebagian lainnya menganggap dirinya sendiri sebagai
Universitas Sumatera Utara
”conveicts” orang hukuman yang tidak memiliki harapan untuk menjalani kehidupan produktif di luar penjara Siberman, 1995 .
117
Berbagai alasan yang tepat, dari berbagai pakarpemerhatipeneliti baik di
bidang hukum, sosial maupun pisikologi mengatakan tidak tepat kalau anak bersalah atau melanggar hukum diberi sanksihukuman berupa pidana penjara. Namun
demikian masih banyak pula penegak hukum tidak sependapat. Demikian pula halnya ABH khusus perempuan yang berada di LAPAS
Wanita Medan, walaupun jumlahnya lebih kecil akan tetapi, sangat tidak baik untuk digabungkan dengan orang yang dewasa. Ketidakberdayaan pemerintah untuk
membangun bangunan khusus untuk penempatan anak didik pemasayarakatan wanita di Medan, sehingga pidana penjara yang dijatuhkan kepada anak wanita
tidak hanya mencabut kemerdekaanya saja akan tetapi secara tidak langsung juga merusak mental stigma anak dan merusak masa depan anak.
117
Mark Constanzo, , Op,Cit, hal.454
Universitas Sumatera Utara
Tabel VII Kondisi Penghuni LAPAS WANITA Medan
Akhir Bulan Juni 2012 No. Dewasa Anak
Jumlah Keterangan
1 412
9 421
Kapasitas daya tampung 150 orang Dewasa terdiri 2 orang asing
Warga Negara Vietnam
2 Jenis Tindak
Pidana Anak Lamanya
Pidana Jenis Tindak Pidana Narkotika
1 orang hukuman 10 tahun 2 orang hukuman 6 tahun
2 orang hukuman 4 tahun 3 orang hukuman 3 tahun
Ada Anak bayi 2 orang karena ibunya WBP
a. Narkotika
8 orang anak 3 sd 10
tahun b
Pembunhan 1 orang anak
10 tahun
Sumber : LAPAS Wanita Medan Pada Bidang Registrasi Dari data tersebut diatas LAPAS Wanita Medan dengan kapasitas 150 orang
akan tetapi dihuni 421 orang + bayi 2 orang over kapasitas hampir 330, sedangkan anak didik pemasyarakatan berjumlah 9 orang 2,14 yang beradabergabung
dengan orang dewasa, tentunya akan mengalami kendala dalam pembinaan tehadap anak sebab pengaruh orang dewasa terhadap anak juga sangat besar, anak akan
meniru pilaku tidak benar dari orang dewasa yang kebanyakan. Perlakuan khusus yang akan diberikan terhadap anak juga sulit dilakukan sebab LAPAS Wanita
tersebut memang diperuntukkan bagi wanita dewasa, sehingga sarana dan prasarana untuk anak tidak tersedia.
118
Budaya yang berkembang di masyarakat pada umumnya, sudah terbentuk dalam waktu yang cukup lama, sifat dendam, tidak bisa menerima keadaan atau
E. Masyarakat