kelompok kecil atau besar mafia yang tidak jarang pula mendapatkan perlindungan dari penegak hukum yang tidak bertanggungjawab.
5. Keputusan Bersama Tentang Penanganan Anak Yang Berhadapan Dengan Hukum
Terbitnya Surat Keputusan Bersama SKB yang di tandatangani oleh Ketua Makamah Agung, Jaksa Agung, Kepala Kepolisian Negara, Menteri
Hukum dan HAM, Menteri Sosial, dan Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak pada tanggal 22 Desember 2009 tentang Penanganan Anak
yang Berhadapan Hukum, tepatnya pada acara puncak Peringatan Hari ibu ke-81, merupakan terobosan hukum yang bersejarah dalam penanganan ABH di
Indonesia. Dikeluarkannya SKB ini dilatarbelakangi oleh keinginan pihak-pihak tersebut untuk memperbaiki situasi dan kondisi anak yang berhadapan dengan
hukum dengan menggunakan prinsip –prinsip keadilan restoratif yang tidak hanya legal justice tetapi juga mempertimbangkan social justice dan moral justice.
Hal ini dikarenakan hasil kajian dan pemetaan fakta diberbagai Lapas Anak di lapangan menunjukkan situasi dan kondisi ABH sangat memprihatinkan,
lebih kurang 90 ABH dijatuhi hukuman pidana penjara.
71
71
DS.Dewi dan Fatahillah A,Syukur, Mediasi Penal: Penerapan Restorative Justice di Pengadilan Anak, Indie Publising Jakarta, 2011 hal.45-46
Surat Keputusan Bersama ini lahir karena, yaitu :
Universitas Sumatera Utara
a. Penanganan ABH oleh aparat penegak hukum belum menunjukkan kemajuan yang signifikan dalam perlindungannya sesuai dengan peraturan perundang
undangan. b. Sehingga perlu adanya kerjasama yang terpadu antara penegak hukum dalam
pelaksanaan sistem peradilan pidana terpadu untuk pemenuhan kepentingan terbaik bagi anak
Surat Keputusan Bersama ini lahir mempunyai tujuan, yaitu : a.
Terwujudnya persamaan persepsi di antara jejaring kerja dalam penanganan anak yang berhadapan dengan hukum.
b. Meningkatkan koordinasi dan kerjasama dalam upaya menjamin perlindungan
khusus bagi anak yang berhadapan dengan hukum. c.
Meningkatnya efektivitas penanganan anak yang berhadapan dengan hukum secara sistimatis, komprehensif, berkesinambungan dan terpadu.
Menteri Hukum dan HAM dorong penerapan keadilan Restoratif, Banyak kasus pidana yang kerap mengusik rasa keadilan selalu menjadi perhatian
masyarakat. Salah satunya yang menimpa seorang bocah yang berinisial AAL yang dituduh mencuri sandal seorang anggota polisi.
Sebenarnya pemerintah telah membuat kesepakatan bersama dalam penanganan kasus anak bermasalah hukum ABH melalui Surat Keputusan
Bersama SKB antara menteri Hukum dan HAM, Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Menteri Sosial, Jaksa Agung RI dan
Kepolisian RI, serta Makamah Agung tentang penanganan Anak Bermasalah
Universitas Sumatera Utara
Hukum. Tujuan keputusan ini adalah terwujudnya persamaan persepsi dalam penanganan anak bermasalah hukum. SKB juga lahir untuk meningkatkan
koordinasi dan kerjasama dalam upaya menjamin perlindungan khusus bagi anak bermasalah hukum. Selain itu, SKB juga bertujuan meningkatkan efektifitas
penanganan anak yang berhadapan dengan hukum secara sistimatis komprehensif, berkesinambungan dan terpadu.
72
6. Peraturan Makamah Agung RI No.02 tahun 2012 Tentang Peyesuaian Batasan Tindakan Pidana Ringan Dan Jumlah Denda Dalam KUHP
Bab I Tindak Pidana Ringan Pasal 1, Kata kata ”dua ratus lima puluh rupiah” dalam pasal 364, 373, 379, 384, 407 dan pasal 482 KUHP dibaca menjadi
Rp.2.500.000 dua juta lima ratus rupiah. Banyaknya perkara-perkara pencurian dengan nilai barang yang kecil yang
kini diadili di pengadilan cukup mendapatkan sorotan masyarakat. Masyarakat umumnya menilai bahwa sangatlah tidak adil jika perkara tersebut diancam
dengan ancaman hukuman 5 lima tahun sebagaimana diatur dalam pasal 362 KUHP dan karena tidak sebanding dengan nilai barang dicurinya.
Makamah Agung memahami mengapa Penuntut Umum saat ini mendakwa para terdakwa dalam perkara-perkara tersebut dengan menggunakan Pasal 362
KUHP, oleh karena batasan pencurian ringan yang diatur dalam pasal 364 KUHP saat ini adalah barang atau uang yang nilainya dibawa Rp.250,00 dua ratus lima
puluh rupiah, Nilai tersebut tentunya sudah tidak sesuai dengan saat ini, sudah
72
Majalah Hukum HAM, Volume X No.48 Januari-Februari 2012
Universitas Sumatera Utara
hampir tidak ada barang yang nilainya dibawah Rp.250.00,- tersebut. Bahwa angka Rp.250.00,- tersebut merupakan angka yang ditetapkan oleh Pemerintah
dan DPR pada tahun 1960 melalui Perpu No.16 Tahun 1960 tentang Beberapa Perubahan Dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana yang kemudian disahkan
menjadi Undang-Undang melalui UU No.1 Tahun 1961 tentang Pengesahan Semua Undang-Undang Darurat dan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-
Undang Menjadi Undang-Undang. Bahwa dengan dilakukannya seluruh nilai uang yang ada dalam KUHP baik
terhadap pasal-pasal tindak pidana ringan maupun terhadap denda diharapkan kepada seluruh pengadilan untuk memperhatikan implikasi terhadap penyesuaian
ini dan sejauh mungkin mensosialisasikan hal ini kepada Kejaksaan Negeri yang ada diwilayahnya agar apabila terdapat perkara-perkara pencurian ringan maupun
tindak pidana lainnya tidak lagi mengajukan dakwaan dengan menggunakan pasal 362, 372, 378, 383, 406 maupun 480 KUHP namun pasal-pasal yang sesuai
dengan mengacu pada Peraturan Makamah Agung ini. Selain itu jika Pengadilan menemukan terdapat terdakwa tindak pidana ringan yang dikenakan penahanan
agar segera membebaskan terdakwa tersebut dari tahanan oleh karena tidak lagi memenuhi sebagaimana diatur dalam pasal 21 KUHAP. Para ketua Pengadilan
juga diharapkan dalam menerima pelimpahan perkara tindak pidana ringan tidak lagi menetapkan majelis hakim untuk menangani perkara tesebut namun cukup
Universitas Sumatera Utara
menetapkan hakim tunggal sebagaimana diatur dalam pasal 205-210 KUHAP.
73
73
Penjelasan Umum Peraturan Makamah Agung RI No.02 Tahun 2012 Tentang Penyesuaian Batasan Tindak Pidana Ringan Dan Jumlah Denda Dalam KUHP ditetapkan di Jakarta pada tanggal 27
Pebruari 2012 yang ditanda tangani oleh Ketua Makamah Agung RI, Harifin A.Tumpa.
Surat Edaran Makamah Agung RI No.02 tahun 2012 ini, jika dikaitkan dengan asas kepentingan terbaik bagi anak dalam hal pelaku tindak pidana adalah
seorang anak dapat dikatakan suatu kebijakan yang sangat baik dan sangat tepat, mengingat berdasarkan dari data yang ada khususnya kota Medan, jenis tindak
pidana yang paling banyak dilakukan oleh anak adalah jenis tindak pidana pencurian ringan masih memegang peringkat paling atas.
Dari Penelitian yang dilakukan di Kantor BAPAS Medan diperoleh data untuk penanganan anak yang berhadapan dengan hukum Pebuatan Penelitian
KemasyarakatanLITMAS dari kepolisian se kota Madya Medan terlihat pada tabel dibawah ini :
Universitas Sumatera Utara
Tabel I Perbandingan Jenis Perkara Tindak Pidana
Pencurian dengan Selain Pencurian Tahun 2009 Sd Juni 2012
No Instansi
Perkara Pencurian Perkara Selain
Pencuian
2009 2010
2011 sd
Juni 2012
2009 2010
2011 sd
Juni 2012
1. 2.
3. 4.
5. 6.
7. 8.
9.
10. Poltabes MSPolresta Mdn
Polsek Medan Kota Polsek Medan Timur
Polsek Medan Area Polsek Medan Baru
Polsek Medan Barat Polsek Medan Helvetia
Polsek Medan Sunggal Polsek Medan Labuhan
Polsekres Medan Belawan 20
22 13
7 11
8 12
16 33
18 11
11 21
11
2 10
7 22
36 20
17 19
20
6 6
7 5
16 38
8 2
7 12
8 6
8
10 4
3 26
10 4
7 12
3 3
16 18
15 22
9 9
2
11 1
2 17
13 32
36 10
8 1
17 4
5 16
9 13
14 6
7 2
10 2
5 9
1 4
T o t a l 160 152
164 70 114 118 127
60 Sumber : Sub Seksi Registrasi Klien Anak BAPAS Klas I Medan
74
Dari data tersebut diatas pada tahun 2009 perkara jenis pencurian sebesar 160 58,39 perkara, sedangkan perkara selain jenis pencurian sebesar 114
41,61 perkara. Pada tahun 2010 perkara pencurian sebesar 152 56,30perkara, sedangkan perkara selain jenis pencurian 118 43,70 perkara.
Dan pada tahun 2011 jenis perkara pencurian 164 56,36 perkara, sedangkan perkara selain jenis pencurian 127 43,64 perkara. Sehingga dapat disimpulkan
perkara jenis pencurian tahun 2009 sampai dengan Juni 2012 perkara jenis
74
BAPAS Balai Pemasyarakatan adalah Panata untuk melaksanakan bimbingan klien pemasyarakatan, yang mempunyai tupoksi tugas pokok dan fungsi antara lain yaitu melakukan
bimbingan, membuat penelitian kemasyarakatan LITMAS baik untuk progam pembinaan maupun LITMAS untuk sidang peradilan anak. Pembuatan LITMAS Peradilan Anak dilakukan karena dibutuhkan
membantu pihak kepolisian penyidik, Jaksa Penuntut Umum dan Hakim. BAPAS Klas I Medan, dalam pembuatan LITMAS Peradilan Anak mempunyai wilayah kerja yang cukup luas antara lain yang
mencakup wilayah Pengadilan Negeri PN Stabat Kabupaten Langkat, PN Binjai Kota Madya Binjai, PN Tebing Tinggi Kabupaten Serdang Bedagai, PN Lubuk Pakam Deli Serdang dan juga PN Medan
kota Madya Medan. Permintaan pembuatan LITMAS Peradilan Anak berawal dari pihak kepolisian, dan semua perkara anak ABH diwajibkan ada LITMAS Peradilan Anak, sehingga BAPAS Klas I Medan
mendapatkan data berupa Jenis Tindak Pidana yang dilakukan oleh ABH.
Universitas Sumatera Utara
pencurian tetap menjadi jenis perkara yang paling dominan dilakukan oleh anak ABH.
Banyaknya kasus pencurian tipiringtindak pidana ringan yang dilakukan oleh anak-anak, pada umumnya disebabkan oleh faktor perekonomian orang
tuakeluarga yang tergolong tidak mampuekonomi sulitmiskin, ada pula yang hanya sekedar untuk mencari uang jajan atau sekedar ikut-ikutan teman, adanya
faktor kecemburuan sosial, kurang perhatian atau kurang mendapat bimbingan dari orang tua dan faktor penyebab lainnya sehingga anak melakukan pencurian,
dan tidak sedikit pula yang mencuri barang bekas istilah Medan ”botot”, kondisi demikian ini sering sekali mengantar anak sampai ke penjara tentunya dengan
ancaman dan hukuman yang tidak setimpal sangat tidak adil jika dibandingkan dengan nilai barang yang diambilnya. Sehingga dengan adanya Surat Edaran
Makamah Agung RI No.02 tahun 2012 maka dalam hal ini dapat dijadikan pedoman bagi penegak hukum khususnya hakim dalam memutus perkara untuk
menegakkan keadilan dan melakukan perlindungan terhadap anak, kebijakan ini sangat sesuai dengan asas kepentingan terbaik bagi anak dan sangat
memungkinkan untuk dilakukan keadilan restorative.
7. Peraturan Lainnya