BAB IV ASPEK HUKUM PEMBERIAN KREDIT KEPADA PEMBORONG YANG
MENDAPAT BORONGAN PEKERJAAN DARI PEMERINTAH
A. Kaitan Pemberian Kredit Dengan Pemborongan Pekerjaan
Kredit yang diberikan kepada kontraktorpemborong KMK Konstruksi pada dasarnya tidak jauh berbeda dengan kredit yang lainnya. Perbedaan yang
mendasar adalah tujuan penggunaan kreditnya, yang kemudian berdasarkan tujuan tersebut menimbulkan perbedaan syarat-syarat dengan kredit lain seperti kredit
usaha rakyat, kredit kendaraan bermotor, dan lain-lain. Hal ini dapat dilihat dari pengertian KMK Konstruksi yang diberikan oleh BRI, yaitu kredit modal kerja
untuk membiayai kebutuhan modal kerja kontraktor yang memperoleh kontrak pengadaan atau penyelesaian suatu proyek. Perlu diperhatikan bahwa pemberian
kredit ini baru ada setelah kontraktor resmi mendapat borongan pekerjaan, jadi harus dibedakan dengan bank garansi yang harus ada sebelum kontraktor diberi
borongan. Dalam pemberian KMK Konstruksi, juga dapat disertai dengan pemberian fasilitas lain seperti bank garansi.
Ada dua aspek yang perlu diperhatikan dalam pemberian kredit kepada kontraktor, yaitu :
1. Kedudukan Kontrak Pemborongan Dalam Pemberian Kredit
Faktor utama yang diperhatikan BRI dalam pemberian KMK Konstruksi adalah kontrak kerja tertulis yang sah. Suatu kontrak kerja
Universitas Sumatera Utara
yang layak dinilai untuk diberikan kredit sekurang-kurangnya haruslah memuat uraian tentang :
Para pihak, yang memuat secara jelas identitas
pemilikpemberi proyek dan kontraktor.
Rumusan pekerjaan, yang memuat uraian yang jelas dan rinci tentang lingkup pekerjaan, nilai proyek, serta batasan waktu
pelaksanaan.
Hak dan kewajiban, yang memuat hak pemilikpemberi proyek untuk memperoleh hasil pekerjaan serta kewajibannya untuk
memenuhi ketentuan yang diperjanjikan, hak kontraktor untuk memperoleh imbalan jasa serta kewajibannya untuk
melaksanakan proyek.
Cara pembayaran, yang memuat ketentuan tentang kewajiban pemilikpemberi proyek dalam melakukan pembayaran atas
hasil pekerjaan kontraktor.
Cidera janji, yang memuat tentang tanggungjawab dalam hal salah satu pihak tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana
diperjanjikan. Kontrak kerja tersebut pada dasarnya bukanlah agunan, karena
mengenai agunan telah diatur tersendiri dalam Surat Edaran BRI No. S.25a-DIRADK072002 tentang Kredit Modal Kerja untuk Jasa
Konstruksi KMK Konstruksi pada angka 9 disebutkan bahwa :
Universitas Sumatera Utara
a. Agunan pokok kredit sebagai first way out adalah pembayaran
termijn dari proyek yang dibiayai, berupa tagihanpiutang atas pembayaran termijn yang dilengkapi dengan :
Pengalihan hak atas piutangtagihan tersebut kepada
BRI dengan cessie. Pengalihan hak atas piutangtagihan harus memperhatikan aspek legal
sesuai dengan ketentuan yang berlaku antara lain termasuk kewenangan penandatanganan cessie dan
disetujui oleh pemilikpemberi proyek
Pemberian kuasa yang tidak dapat dicabut kembali dari pihak debitur kepada BRI yang menyatakan bahwa
BRI diberikan kuasa untuk menerima termijn dari bouwheer dan apabila perlu dimintakan persetujuan
dari bouwheer. Tanda persetujuan tersebut dapat dituangkan dalam perjanjian kontrak pengerjaan
proyek dan tidak diperkenankan melakukan perubahanpenghapusan klausula tanpa adanya
persetujuan terlebih dahulu dari BRI, serta kewajiban bagi bouwheer untuk pembayaran termijn melalui
rekening escrow yang dibuka BRI b.
Agunan tambahan. Di samping agunan pokok apabila diperlukan dapat pula ditambahkan agunan di luar proyek yang
Universitas Sumatera Utara
dibiayai, baik berupa barang tidak bergerak maupun barang bergerak sebagai agunan tambahan.
Dengan demikian, kontrak hanya sebagai syarat formil yang kemudian menjadi dasar bagi BRI untuk meminta agunan sebenarnya,
yaitu pengalihan hak atas piutang melalui cessie dan pemberian kuasa penerimaan pembayaran dari bouwheer.
2. Resiko Dalam Pemberian Kredit