Resiko Dalam Pemberian Kredit

dibiayai, baik berupa barang tidak bergerak maupun barang bergerak sebagai agunan tambahan. Dengan demikian, kontrak hanya sebagai syarat formil yang kemudian menjadi dasar bagi BRI untuk meminta agunan sebenarnya, yaitu pengalihan hak atas piutang melalui cessie dan pemberian kuasa penerimaan pembayaran dari bouwheer.

2. Resiko Dalam Pemberian Kredit

Dalam setiap pemberian kredit pasti selalu terdapat resiko yang akan mempengaruhi kinerja bank. Hal tersebut berlaku pula dalam pemberian KMK Konstruksi kepada kontraktor yang mengadakan pemborongan pekerjaan dengan pemerintah. Menurut Surat Edaran BRI No. S.25a-DIRADK072002 tentang Kredit Modal Kerja untuk Jasa Konstruksi KMK Konstruksi, ada beberapa resiko yang mungkin timbul akibat kegagalan suatu proyek dan perlu diperhatikan dalam pemberian KMK Konstruksi, yang meliputi : a. Resiko Pada Kontraktor, antara lain : 1 Cost over run, yaitu pengeluaran biaya untuk menyelesaikan suatu proyek yang melebihi rencanaanggarannya. Pembengkakan biaya tersebut menjadi tanggungjawab kontraktor. Universitas Sumatera Utara 2 Delay, yaitu keterlambatan dalam memenuhi suatu kontrak yang akan menyebabkan kontraktor dikenakan denda. 3 Ketidaksesuain antara pengerjaan proyek dengan designbestekspesifikasi yang telah ditetapkan atau diperhitungkan konstruksi yang salah. b. Kondisi Perekonomian, antara lain : 1 Resiko yang disebabkan oleh kondisi pasar dan harga yang tidak sesuai dengan kontrak kerjaanggarannya. 2 Resiko yang disebabkan oleh kenaikan suku bunga pinjaman danatau perubahan nilai tukar uang. 3 Resiko yang disebabkan oleh adanya perubahan kebijakan pemerintah. c. Pembayaran, antara lain berupa penundaan pembayaran atau tidak dibayarnya termijn oleh pemberi proyek. Perjanjian pemborongan pekerjaan antara pemborong dengan pemerintah sebagai pemberi borongan tidak memiliki hubungan langsung dalam kaitannya dengan pemberian kredit dari BRI kepada kontraktor. Pemberian kredit kepada kontraktor hanya didasarkan pada prinsip bahwa pemborong adalah salah satu pelaku usaha tanpa mempertimbangkan langsung hubungan antara kontraktor dengan pemerintah. Dengan demikian perlakuan yang diberikan kepada kontraktor sama dengan perlakuan yang diberikan kepada pelaku usaha lainnya seperti pelaku usaha kecil menengah. Universitas Sumatera Utara Antara perjanjian pemborongan yang dibuat kontraktor dengan penerintah memiliki hubungan yang terpisah dengan perjanjian kredit antara kontraktor dengan BRI. Jadi ketika resiko pemberian kredit beralih dari kemungkinan menjadi kenyataan, maka yang dipertanggungjawabkan adalah kontraktor, bukan pemerintah. Apabila pemerintah yang lalai dalam memberikan hak pembayaran kepada kontraktor sehingga menimbulkan keterlambatan dalam pengembalian kredit, maka kontraktor akan merasa berada pada posisi terjepit antara kepentingan pemerintah dengan kepentingan BRI.

B. Ketentuan Dalam Pemberian Kredit Kepada Kontraktor