1. Kerangka Teori
Dalam melakukan penelitian hukum sangat penting adanya kerangka teori dan kerangka konsep yang bertujuan adanya pembatasan-pembatasan terhadap konsep
atau teori supaya tidak terdapat berbagai pandangan ataupun pendapat terhadap suatu objek.
Kerangka Teori Menurut Hadari Nawawi adalah “Berisi uraian tentang pemahaman teori dan hasil penelitian terdahulu yang
terkait. Pemahaman ini bisa dalam arti meletakkan kedudukan masing-masing dalam masalah yang sedang teliti, dan pada akhirnya menyatakan posisi atau
pendirian peneliti disertai dengan alasan-alasan dan bukan bermaksud untuk memamerkan teori dan hasil-hasil penelitian ilmiah pakar terdahulu sehingga
pembaca diberitahu mengenai sumber tertulis yang telah dipilih oleh peneliti, hal ini juga dimaksudkan untuk memberitahukan mengapa dan bagaimana teori
hasil penelitian para peneliti terdahulu dalam melakukan penelitiannya”.
15
Kerangka teori diperlukan dalam suatu penelitian supaya penelitian tersebut mempunyai dasar-dasar yang kokoh, dan bukan hanya sekedar coba-coba dalam
melakukan penelitian. Setiap melakukan penelitian pasti membahas teori-teori yang mendukung atau sesuai dengan tema dari penelitian. Teori bermanfaat untuk
memberikan dukungan analisis terhadap tema yang sedang dilakukan penelitian dan dapat memberikan dasar-dasar dalam mengemukakan hipotesa dalam penelitian,
hipotesa dapat digunakan sebagai alat ukur sekaligus tujuan yang akan dicapai dalam suatu penelitian yang kemudian dibuktikan kebenarannya serta apabila relevan
dengan hasil penelitian maka dimasukkan ke dalam kesimpulan suatu penelitian.
15
Hadari Nawawi, Metode Penelitian Bidang Sosial, Yogyakarta : Gajah Mada University Press, 1995, hlm 39-40.
Universitas Sumatera Utara
Teori memberikan penjelasan dengan cara mengorganisasikan dan mensistematisasikan masalah yang dibicarakan dan teori bisa juga mengandung
subjektivitas, apalagi berhadapan dengan suatu fenomena yang cukup kompleks seperti hukum ini.
16
M. Solly Lubis mengatakan bahwa teori merupakan pengetahuan ilmiah yang mencakup penjelasan mengenai suatu sektor tertentu dari sebuah disiplin
keilmuan.
17
Sedangkan menurut D.H.M Meuwissen menyebut ada tiga tugas teori hukum yaitu :
18
a. Menganalisis dan menerangkan konsep hukum dan konsep-konsep yuridis
rechtsleer b.
Hubungan Hukum dengan logika c.
Metodologi Hukum Teori sebagai pisau analisis yang digunakan untuk dijadikan panduan dalam
melakukan analisis, dengan memberikan penilaian terhadap penemuan fakta atau peristiwa hukum yang ada. Berdasarkan uraian mengenai teori hukum maka hukum
yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori perlindungan hukum. Teori Perlindungan Hukum merupakan salah satu teori yang sangat penting untuk dikaji,
karena fokus kajian teori ini pada perlindungan hukum yang diberikan kepada masyarakat. Masyarakat yang didasarkan pada teori ini yaitu masyarakat yang
16
Satjipto Rahardjo, Ilmu Hukum, Bandung : PT. Citra Aditya Bakti, 2010, hlm 259.
17
M. Solly Lubis, Filsafat Ilmu dan Penelitian, Medan : PT. Sofmedia, 2012, hlm 30.
18
D.H.M. Meuwissen, Teori Hukum, Jurnal Hukum Pro Justitia, Tahun XII, No. 2, April 1994, h.16 sebagaimana dikutip dalam Titon Slamet Kurnia, et.al, Pendidikan Hukum, Ilmu Hukum
Penelitian Hukum di Indonesia sebuah Reorientasi, Salatiga : Pustaka Pelajar, 2013, hlm 79.
Universitas Sumatera Utara
berbeda pada posisi yang lemah, baik secara ekonomis maupun lemah dari aspek yuridis.
19
Istilah Teori Perlindungan Hukum berasal dari bahasa Inggris, yaitu legal protection theory, sedangkan dalam bahasa Belanda, disebut dengan theorie van de
wettelijke bescherming, dan dalam bahasa Jerman disebut dengan theorie der rechtliche schutz.
20
Teori Perlindungan Hukum merupakan teori yang mengkaji dan menganalisis tentang ujud atau bentuk atau tujuan perlindungan, subjek hukum yang
dilindungi serta objek perlindungan yang diberikan oleh hukum kepada subjeknya. Teori ini dikembangkan oleh Roscou Pound, Sudikno Mertokusumo, dan Antonio
Fortin.
21
Pada dasarnya, teori Perlindungan Hukum merupakan teori yang berkaitan pemberian pelayanan kepada masyarakat. Kepentingan manusia adalah suatu tuntutan
yang dilindungi dan dipenuhi manusia dalam bidang hukum.
22
19
Salim HS Erlies Septiana Nurbani, Penerapan Teori Hukum Pada Penelitian Tesis dan Disertasi, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2013, hlm 259.
Pemikiran Roscoe Pound mengenai hukum sebagai suatu institusi sosial yang tercipta untuk memuaskan
keinginan-keinginan manusia, keinginan sosial “dengan cara memberikan pengaruh bagi kita sebanyak-banyaknya dengan pengorbanan sekecil mungkin sedemikian jauh
agar keinginan-keinginan bisa terpenuhi dan tuntutan-tuntutan terpuaskan dengan suatu peraturan pelaksanaan manusia melalui masyarakat yang terorganisir secara
politis”. Esensi peraturan legal ini merupakan jaminan dan perlindungan akan
20
Ibid.
21
Ibid., hlm 3.
22
Salim HS Erlies Septiana Nurbani, Op. Cit, hlm 266.
Universitas Sumatera Utara
berbagai kepentingan dan dibutuhkan modifikasi tradisionil serta peraturan perundang-undangan yang diwariskan terhadap kondisi sosial yang ada.
“Kepentingan Interest. Roscoe Pound mendefinisikan suatu kepentingan sebagai “permintaan atau kehendak hasrat ataupun pengharapan dimana umat
manusia baik secara individu ataupun dalam kelompok atau persekutuan ataupun relasi, mencari kepuasan ; karena itu keserasian hubungan manusia dan
pengaturan perilaku manusia melalui kekuatan suatu masyarakat yang diorganisir secara politis harus dipertimbangkan”. Pengenalan dan definisi
kepentingan menuntut : suatu inventaris dan klasifikasi kepentingan ; keputusan terhadap seleksi kepentingan agar dikenal secara resmi ; studi mengenai cara-
cara menetapkan batas dan menjamin kepentingan yang dikenal. Ini merupakan “keseimbangan kepentingan” masyarakat individu dan sosial dimana
merupakan problem utama bagi para ahli hukum dan para pembuat undang- undang”.
23
Roscoe Pound membagi kepentingan manusia yang dilindungi hukum menjadi tiga macam, yang meliputi :
24
1 Public Interest Kepentingan Umum
2 Sosial Interest Kepentingan Masyarakat
3 Privat Interest Kepentingan Individual
Kepentingan Publik. Dalam hal ini mengkaitkan pada tuntutan-tuntutan yang dipandang dari segi kebutuhan hidup publik yaitu :
25
a Kepentingan-kepentingan negara dipandang sebagai “Juristic Person”,
maksudnya mengenai integritasnya, kebebasan tindakan, keamanan, dan sebagainya.
b Kepentingan negara sebagai pelindung kepentingan sosial.
23
L.B. Curzon Terjemahan, Jurisprudance, hlm 185.
24
Salim HS Erlies Septiana Nurbani, Op. Cit, hlm 275.
25
L.B. Curzon, Op.Cit, hlm 186
Universitas Sumatera Utara
Kepentingan Sosial. Kebutuhan-kebutuhan penting ini merupakan tuntutan atau hasrat kelompok sosial selaku komunitas, yakni sebagai berikut:
26
1 Kesejahteraan umum ; mencakup tuntutan untuk tenteram dan mengatur
melawan tindakan yang mungkin mengancam berbagai eksistensi masyarakat. 2
Kesejahteraan lembaga sosial domestik, religius, politik, dan ekonomi. 3
Moral umum utama ; yakni kesejahteraan hidup sosial melawan tindak ofensif yang mengancam perasaan moral pada umumnya.
4 Pelestarian sumberdaya sosial.
5 Kemajuan umum. “penilaian diri atas kelompok sosial kearah perkembangan
kekuasaan manusia yang lebih tinggi dan lebih lengkap”, misalnya, meliputi bicara bebas dan kemajuan budaya.
6 Kehidupan individu ; kebutuhan terpenting dari segala-galanya ; melibatkan
tuntutan atau permintaan masing-masing individu untuk “menghidupkan kehidupan manusia” menurut standar-standar masyarakat.
Kepentingan Individual. “ada kepentingan personalitas atau kepentingan dalam kaitan domestik atau kepentingan substansi”. Kesemuanya termasuk
tuntutan dan permintaan yang berkaitan dengan kehidupan individu. Karena itu ada :
27
a “Personalitas”. Dalam hal ini melibatkan kepentingan menyinggung tentang
eksistensi fisik dan spiritual individu ; misalkan keamanan fisik, kesehatan, kebebasan dari paksaan dan desakan, bebas memilih lokasi, bebas
berkeyakinan dan opini.
b “Relasi-relasi domestik”. Disini mencakup kepentingan para orang tua dan
anak-anak serta perlindungan perkawinan. c
Substansi. Dalam hal ini mengenai kepentingan harta milik, kebebasan kontrak dan persekutuan ; yakni tuntutan-tuntutan atau permintaan-
permintaan itu “ditegaskan oleh individu-individu dengan sebutan eksistensi ekonomi individu”
Jaminan kepentingan. Hukum berusaha memuaskan, mendamaikan, mengharmoniskan dan mengatur tuntutan-tuntutan dan permintaan-permintaan
26
Ibid.,hlm 186-187
27
Ibid., hlm 185-186.
Universitas Sumatera Utara
yang simpang siur bertentangan. Dalam hal ini berupaya untuk memberikan pengaruh terhadap “total kepentingan terbesar atau kepentingan yang paling
berat dalam peradaban kita, dengan pengorbanan terkecil dalam skema kepentingan secara menyeluruh”. Kepentingan harus disetarakan dan ditimbang
pada bidang yang sama. Pound menyatakan tidak ada standar untuk evaluasi dan penimbangan kepentingan. Penyetaraan perlu penggunaan bentuk-bentuk
hukum berikut :
28
1} Peraturan rules ; yakni “aturan yang menetapkan suatu batasan,
konsekuensi legal terinci pada suatu batasan, statemen fakta-fakta terinci” 2}
Prinsip ; yakni “point-point permulaan yang otoritatif agar pemikiran legal berlaku secara kontinyu dan sah di mana kasus-kasus tidak terselesaikan atau
tidak sempurna atau pun secara nyata terselesaikan melalui peraturan dalam makna yang lebih sempit”
3} Konsepsi ; yakni “kategori-kategori otoritatif pada mana kasus-kasus atau
situasi terkait, sebagai akibatnya serangkaian peraturan, prinsip-prinsip dan standar-standar menjadi berperan”.
4} Standart ; yakni “batas-batas umum perbuatan yang diijinkan untuk
diterapkan menurut keadaan sekitar dari tiap-tiap kasus”.
Menurut Sudikno Mertokusumo mengemukakan tidak hanya tentang tujuan hukum, tetapi juga tentang fungsi hukum dan perlindungan hukum. Ia
berpendapat bahwa: “Dalam fungsinya sebagai perlindungan kepentingan manusia hukum
mempunyai tujuan. Hukum mempunyai sasaran yang hendak dicapai. Adapun tujuan pokok hukum adalah menciptakan tatanan masyarakat yang tertib,
menciptakan ketertiban dan keseimbangan. Dengan tercapainya ketertiban di dalam masyarakat diharapkan kepentingan manusia akan terlindungi. Dalam
mencapai tujuannya itu hukum bertugas membagi hak dan kewajiban antar
28
Ibid., hlm 187.
Universitas Sumatera Utara
perorangan di dalam masyarakat, membagi wewenang dan mengatur cara memecahkan masalah hukum serta memelihara kepastian hukum”.
29
Hal mengenai perlindungan hukum yang telah dikemukakan Sudikno Mertokusumo diatas menimbulkan adanya substansi hukum yang diawali dengan
memahami kata “recht”, dengan memahami kata “recht” maka akan menimbulkan subjectief recht dan objectief recht yang berarti adanya hak dan kewajiban.
30
Hal tersebut memberikan P. Scholten berpendapat bahwa “keseluruhan sistem hukum perdata itu didasarkan pada subjectief recht”. Sebaliknya Algra memberikan
pendapat dengan mengatakan bahwa “objectief recht adalah dasar dari subjectief recht”. Perbedaan kedua pendapat itu terletak pada sudut pandangan. Algra melihat
dari sudut daya kerjanya yang menyatakan subjectief recht baru timbul jika “objectief recht” sudah ditetapkan, dengan ditetapkan objectief recht maka hukum memerlukan
terjadinya peristiwa yang memberi hak atau membebani kewajiban apabila peristiwa itu terjadi. P. Scholten melihat “subjectief recht” melekat pada setiap individu sejak
dilahirkan sampai mati yang melihatnya secara historis teoritis, sedangkan Algra melihatnya secara positif operasional.
Hak dan kewajiban setiap orang sifatnya adalah individual yang melekat pada individu orang
tersebut.
31
Setiap hak memiliki 4 empat unsur yaitu subjek hukum, objek hukum, hubungan hukum yang mengikat pihak lain dengan kewajiban dan perlindungan
29
Sudikno Mertokusumo, Mengenal Hukum Suatu Pengantar, Yogyakarta : Liberty, 1999, hlm 71.
30
Ibid., hlm 50
31
Ibid., hlm 52
Universitas Sumatera Utara
hukum. Hak milik itu ada subjeknya, yaitu pemilik. Sebaliknya, setiap orang terikat oleh kewajiban untuk menghormati hubungan antara pemilik dan objek yang
dimilikinya. Hak pada hakikatnya merupakan hubungan antara subjek hukum dengan objek hukum atau subjek hukum dengan subjek hukum lain yang dilindungi oleh
hukum dan menimbulkan kewajiban.
32
Kewajiban yang dimaksud adalah suatu beban yang bersifat kontraktual. Hak dan kewajiban itu timbul apabila terjadi hubungan hukum dan antara dua pihak yang
didasarkan pada suatu kontrak atau perjanjian. Jadi selama hubungan hukum yang lahir dari perjanjian itu belum berakhir, maka pada salah satu pihak ada beban
kontraktual, ada keharusan atau kewajiban untuk memenuhinya. Sebaliknya apa yang dinamakan tanggung jawab adalah beban yang sifatnya moral.
Pada dasarnya sejak lahirnya kewajiban sudah lahir pula tanggung jawab. Akan tetapi, kalau kemudian kewajibannya tidak dilaksanakan dan hubungan hukumnya
hapus karena kedaluwarsa bukan karena berakhirnya hubungan hukum yang disebabkan karena telah dipenuhinya kewajiban, maka tanggung jawab itu tampak
lebih menonjol. Jadi kewajiban merupakan beban kontraktual, sedangkan tanggung jawab merupakan beban moral.
33
Menurut pendapat yang dikemukan oleh Sudikno Mertukusumo mengenai kata “recht” hal tersebut diikuti oleh Tan Kamello. Tan Kamello berpendapat bahwa
“dengan memahami kata “recht” maka akan menimbulkan “subjective recht dan
32
Ibid., hlm 60
33
Ibid., hlm 61
Universitas Sumatera Utara
objective recht”. Subjective recht dan objective recht yang dikemukakan Tan Kamello adalah hak dan kewajiban. Hak yang dimaksud adalah hak untuk memberi
kenikmatan dan keleluasaan kepada individu dalam melaksanakannya, sedangkan kewajiban yang dimaksud adalah pembatasan dan beban sehingga menonjolkan segi
aktif dalam hubungan hukum. Akibat adanya hubungan hukum akan menimbulkan hak. Hak dan kewajiban bukanlah merupakan kumpulan peraturan atau kaidah,
melainkan merupakan perimbangan kekuasaan dalam bentuk hak individual di satu pihak yang tercermin pada kewajiban pada pihak lawan. Kalau ada hak maka ada
kewajiban. Hak dan kewajiban ini merupakan kewenangan yang diberikan kepada seseorang oleh hukum.
Menurut Antonio Fortin menyajikan tentang teori perlindungan hukum. Antonio mengemukakan :
“Pentingnya perlindungan internasional hak asasi manusia. Perlindungan internasional berarti suatu perlindungan secara langsung kepada individu yang
dilakukan oleh badan-badan yang ada dalam masyarakat internasional. Perlindungan semacam itu dapat didasarkan kepada konvensi internasional,
hukum kebiasaan internasional atau prinsip-prinsip umum hukum internasional. Dipandang dari segi tujuan dari dilakukannya tindakan perlindungan,
perlindungan internasional dapat dikelompokkan ke dalam tiga kategori utama, yang meliputi antisipatoris atau preventif, kuratif atau mitigasi, dan pemulihan
atau kompensatoris”.
34
Menurut Fitzgerald, dia menjelaskan teori Perlindungan Hukum bahwa “bertujuan mengintegrasikan dan mengkoordinasikan berbagai kepentingan
34
Sigit Riyanto, “Kajian Hukum Internasional tentang Pengarug Kedaulatan Negara terhadap Perlindungan Pengungsi Internal” ringkasan disertasi Program Pascasarjana Fakultas Hukum
Universitas Gadjah Mada Yogyakarta,2009, hlm 16. Sebagaimana dikutip dalam Salim HS Erlies Septiana Nurbani, Op. Cit, hlm 270.
Universitas Sumatera Utara
dalam masyarakat karena dalam suatu lalu lintas kepentingan, perlindungan terhadap kepentingan tertentu hanya dapat dilakukan dengan cara membatasi
berbagai kepentingan di lain pihak”.
35
Menurut Theresia Geme mengartikan Perlindungan Hukum adalah Berkaitan dengan tindakan negara untuk
melakukan sesuatu dengan memberlakukan hukum negara secara eksklusif dengan tujuan untuk memberikan jaminan kepastian hak-hak seseorang atau
kelompok orang.
36
Menurut pendapat Phillipus M. Hadjon bahwa “perlindungan hukum bagi rakyat sebagai tindakan pemerintah yang bersifat preventif dan represif”.
37
Perlindungan hukum di luar perjanjian adalah dimaksudkan bahwa para pihak akan melaksanakan hak dan kewajiban sesuai isi kontrak yang dimuat
dalam perjanjian pengadaan barang dan jasa. Apabila salah satu pihak tidak melaksanakan hak dan kewajiban, maka pihak yang dirugikan berhak untuk
mengajukan gugatan ke pengadilan. Tujuan perlindungan hukum di dalam perjanjian adalah mengatur hak-hak dan
kewajiban para pihak harus diatur secara lengkap dan konkret. Dan tidak ada yang dirugikan antara satu dengan pihak lainnya.
35
Satjipto Raharjo, Op. Cit, hlm 53.
36
Maria Theresia Geme, Perlindungan Hukum terhadap Masyarakat Hukum Adat dalam Pengelolaan Cagar Alam Watu Ata Kabupaten Ngada, Provinsi Nusa Tenggara Timur, disertasi
Program Doktor Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Brawijaya Malang, 2012, hlm 99. Sebagaimana dikutip dalam Salim HS Erlies Septiana Nurbani, Op. Cit, hlm 262.
37
Phillipus M. Hadjon, Perlindungan Hukum bagi Rakyat Indonesia, Surabaya : PT. Bina Ilmu, 1987, hlm 2.
Universitas Sumatera Utara
Dalam teori Perlindungan Hukum terkait dengan isi Perjanjian berdasarkan surat perjanjian upah borong partisipatif Nomor
05023122DS2014 adanya ketidakseimbangan sehingga perlu dilindungi hak pelaksana pekerjaan debitur dikarenakan adanya pergantian pejabat di
lingkungan Pekerjaan Umum Kabupaten Deli Serdang disebabkan kasus korupsi
38
Dikaitkan dengan kontrak surat perjanjian upah borong partisipatif nomor 05023122DS2014 terdapat hak-hak yang dirugikan berupa tidak
dibayarnya sisa pembayaran yang dilakukan oleh DLT sebagai pengganti FL Kepala Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Deli Serdang dengan WP. Sehingga
diperlukan perlindungan hukum terhadap pihak yang mengalami kerugian yaitu pihak WP.
yang melibatkan pejabat tersebut.
Teori Perlindungan Hukum sebagaimana diuraikan diatas dipandang tepatrelevan untuk menjawab permasalahan dalam penelitian ini dengan
pertimbangan sebagai berikut : a}
Kepentingan Individual Private Interest sebab didalam kepentingan individu hak pemberi kerja berupa proyek atau kerja sama sudah dipenuhi
oleh pihak pelaksana pekerjaan dan prestasi berupa kewajiban membayar sisa pembayaran kepada pelaksana pekerjaan sedangkan untuk pelaksana
pekerjaan haknya tidak dipenuh oleh pemberi kerja berupa kewajiban atas sisa pembayaran dan prestasi yang dilakukan sudah dipenuhi berupa proyek
38
Lihat salinan Putusan Nomor 51PID.SUS.K2013PT-MDN
Universitas Sumatera Utara
atau kerja sama sudah dilaksanakan sesuai ketentuan yang berada di dalam perjanjian.
b} Untuk mengetahui sejauh mana hukum melindungi subjek hukum baik
pemberi kerja maupun pelaksana pekerjaan dari kerugian yang dilakukan oleh para pihak atau pihak ketiga.
c} Untuk melindungi kedua belah pihak, dalam hal ini untuk pemberi kerja
telah dilindungi dengan adanya jaminan pelaksanaan pekerjaan. Salah satu bentuk perlindungan hukum dalam perjanjian adalah melalui
asas keseimbangan. Asas keseimbangan adalah asas yang menghendaki kedua belah pihak memenuhi dan melaksanakan perjanjian. Kreditur mempunyai
kekuatan untuk menuntut prestasi dan jika diperlukan dapat menuntut pelunasan prestasi melalui kekayaan debitur, namun debitur memikul pula
kewajiban untuk melaksanakan perjanjian itu dengan itikad baik. Asas keseimbangan dilandaskan pada ideologi yang melatarbelakangi
tertib hukum Indonesia. Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 adalah sumber tata nilai dan mencerminkan cara pandang masyarakat Indonesia.
Pemerintah Indonesia adalah wakil dan cerminan masyarakat, dan juga menjaga arah perkembangan tertib hukum sehingga tolok ukur tata nilai pancasila dan
Undang-Undang Dasar 1945 tetap terjaga sebagai ideal yang setiap kali hendak diejawantahkan.
39
39
Herlien Budiono, Op. Cit, hlm 357
Universitas Sumatera Utara
Asas keseimbangan dilandaskan pada upaya mencapai suatu keadaan seimbang yang sebagai akibat darinya harus memunculkan pengalihan
kekayaan secara absah. Tidak terpenuhinya keseimbangan, dalam konteks asas keseimbangan, bukan semata menegaskan fakta dan keadaan, melainkan lebih
dari itu berpengaruh terhadap kekuatan yuridikal perjanjian dimaksud.
40
Asas keseimbangan menawarkan, dalam kaitan dengan situasi tidak seimbang yang terjadi selama atau setelah ditutupnya perjanjian, suatu
pertanggungjawaban umum pemberlakuan keragaman norma serta juga untuk menilai dan menetapkan apakah terjadi keterikatan kontraktual yang adil.
Dalam tercipta atau terbentuknya perjanjian, keseimbangan bisa muncul sebagai akibat
perilaku para pihak sendiri ataupun sebagai konsekuensi dari substansi muatan isi perjanjian atau pelaksanaan perjanjian.
41
Menyeimbangkan situasi dan kondisi dapat dilakukan dengan melakukan penyesuaian ataupun pengakhiran setelah dilakukan perundingan. Asas
keseimbangan memiliki tujuan utama kepatutan sosial sociale gezindheid atau menjamin tercapainya keseimbangan antara satu individu dan lainnnya atau
antara individu dan masyarakat.
42
40
Ibid., hlm 317
Jiwa keseimbangan, sebagaimana tercakup dalam asas keseimbangan, terungkap melalui kehendak, kepercayaan, dan
pernyataan, dan sebab itu pula cakupan isinya berbeda dari yang muncul dalam pemikiran hukum Barat tradisional. Kehendak dilandaskan pada tata nilai dan
41
Ibid., hlm 358
42
Ibid., hlm 413
Universitas Sumatera Utara
norma yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat Indonesia, yakni kehendak untuk mencapai kepatutan sosial dalam jiwa atau semangat
keseimbangan.
2. Kerangka Konsepsi