Tata cara pembayaran Proyek Swakelola di Lingkungan Pekerjaan Umum Kabupaten Deli Serdang

salah satunya resiko penyesuaian harga sehingga pihak penyedia barangjasa menerima segala resiko akibat penyesuaian harga tersebut”. 279

4. Tata cara pembayaran

Dalam Pengadaan Barang dan Jasa berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah, PPK bertanggung jawab terhadap semua tahapan yang ada dalam Pengadaan Barang dan Jasa dimulai dari adanya perencanaan hingga selesainya pelaksanaan pekerjaan termasuk di dalamnya pembayaran atas tagihan yang diajukan oleh penyedia. Selesainya pelaksanaan pekerjaan ditentukan dengan dinyatakatakan adanya Berita Acara Serah Terima Pekerjaan yang ditandatangani Penyedia dan Panitia Penerima Hasil Pekerjaan sesuai dengan Pasal 95 Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010. Berita Acara Serah Terima Pekerjaan tersebut menjadi dasar bagi penyedia untuk dapat melakukanmengajukan penagihan atas pekerjaan tersebut kepada KementerianLembagaSatuan Kerja Perangkat DaerahInstansi KLDI yang bersangkutan, sedangkan bagi PPK berita acara tersebut sebagai dasar melaporkan penyelesaian pekerjaan Pengadaan Barang dan Jasa serta menyerahkan hasil pekerjaan Pengadaan Barang dan Jasa kepada PAKPA sesuai dengan ketentuan Pasal 11 ayat 1 huruf f dan huruf g Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010. 279 Hasil Wawancara dengan Staff Kepala Bidang Peningkatan Jalan dan Jembatan Dinas Pekerjaan Umum Deli Serdang Bapak Habibi Aswin pada tanggal 25 Mei 2016 Pukul 11:15 WIB Universitas Sumatera Utara Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tidak mengatur lebih lanjut tentang prosedur penagihan atas pekerjaan yang telah selesai dilaksanakan walaupun dalam hal atas keterlambatan pembayaran kepada penyedia maka PPK dapat dimintakan ganti rugi bunga yang dihitung dari nilai tagihan sesuai dengan ketentuan yang ada dalam Pasal 122 huruf a Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010, sehingga menjadi suatu permasalahan bilamana proses pengadaan dan proses pembayaran yang tidak sesuai dengan ketentuan yang dapat mengakibatkan PPK dapat dikenakan ganti rugi. Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010, sumber anggaran untuk Pengadaan Barang dan Jasa adalah APBN dan APBD sehingga tata cara untuk melakukan pembayaran atas Pengadaan Barang dan Jasa mengikuti ketentuan pengaturan pencairan alokasi dana yang bersumber dari APBN dan APBD. Proses pencairan dana yang bersumber dari APBN dapat dilihat dari Peraturan Menteri Keuangan Nomor 134PMK.062005 tentang Pedoman Pembayaran Dalam Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara dan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 170PMK.052010 tentang Penyelesaian Tagihan Atas Beban Anggaran Pendapatan Dan Belanja Negara Pada Satuan Kerja, sedangkan pencairan alokasi dana yang bersumber dari APBD berpedoman pada Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 sebagaimana telah diubah oleh Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011 tentang perubahan kedua atas Peraturan Menteri Dalam Negeri tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah. Universitas Sumatera Utara Proses lanjut mengenai pembayaran dalam Pengadaan Barang dan Jasa dapat dilihat berdasarkan Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara dan Undang-undang Nomor 1 tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara yang mengatur tentang pengeluaran negara dan daerah. Pasal 6 ayat 1 Undang- undang Nomor 17 Tahun 2003 menyatakan bahwa “Presiden selaku Kepala Pemerintahan memegang kekuasaan pengelolaan keuangan negara sebagai bagian dari kekuasaan pemerintahan”, kekuasaan pengelolaan keuangan negara tersebut kemudian dijelaskan lebih lanjut dalam ayat 2 yang menjelaskan pembagian kekuasaan pengelolaan keuangan negara tersebut. Ada 2 point dari ayat 2 terkait dengan pembayaran, yaitu : a. Untuk Kementerian NegaraLembaga, kekuasaan pengelolaan keuangan dkuasakan kepada MenteriPimpinan Lembaga selaku Pengguna AnggaranPengguna Barang. Hal ini mempunyai pengertian yang sama dengan Pasal 1 angka 19 dan Pasal 4 ayat 1 Undang-undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara. b. Untuk Pemerintah Daerah, kekuasaan pengelolaan keuangan diserahkan kepada GubernurBupatiWalikota selaku Kepala Pemerintahan Daerah dan juga selaku Pengguna AnggaranPengguna Barang untuk mengelola keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. Hal ini mempunyai pengertian yang sama dengan Pasal 5 ayat 1 Undang-undang Nomor 1 Tahun 2004 dan Pasal 5 ayat 1 Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah. Dalam Pasal 5 ayat 3 Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 disebutkan “kekuasaan pengelolaan keuangan daerah diperluas dengan pelimpahan kewenangan kepada : Kepala SKPD selaku PPKD dan Kepala SKPD selaku Pengguna AnggaranPengguna Barang. Ketentuan tersebut mengatur bahwa Pengguna Anggaran PA adalah pejabat yang diberikan kewenangan kekuasaan Universitas Sumatera Utara pengelolaan keuangan berdasarkan Undang-undang, demikian juga untuk melakukan pembayaran atas Pengadaan Barang dan Jasa merupakan bagian dari pengelolaan keuangan adalah menjadi kewenangan Pengguna Anggaran. Mekanisme pembayaran APBNAPBD terdiri dari : 280 1 Sistem panjar berupa uang persediaan UP, tambahan uang persediaan TUP, atau ganti uang GU. Untuk APBN dikenal juga dengan uang yang harus dipertanggungjawabkan UHYD yaitu uang muka yang diberikan kepada Bendaharawan. 2 Sistem Pembayaran Langsung LS Adapun uraian dari jenis-jenis pembayaran sebagai berikut : 281 a Uang persediaan UP adalah uang muka kerja yang bersifat pengisian kembali resolving yang tidak dapat dilakukan dengan pembayaran langsung LS b Ganti uang persediaan GUP pengganti uang persediaan yang tidak dapat dilakukan dengan pembayaran langsung LS. c Tambahan uang persediaan TUP permintaan tambahan uang persediaan guna melaksanakan kegiatan yang bersifat mendesak dan tidak dapat digunakan untuk pembayaran langsung dan uang persediaan. d Langsung LS pembayaran langsung kepada pihak ketiga penyedia atau non penyedia atas dasar perjanjian kontrak kerja atau surat perintah kerja lainnya dan pembayaran gaji dengan jumlah, penerima, peruntukan, dan waktu pembayaran tertentu. e Mekanisme LS adalah mekanisme pembayaran yang paling utama. Undang- undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan negara mengatur bahwa pembayaran atas beban APBND tidak boleh dilakukan sebelum barangjasa diterima kecuali diatur berbeda melalui peraturan pemerintah. Pembayaran menggunakan mekanisme LS selain pembayaran gaji menuntut prestasi terlebih dahulu baru kemudian dilakukan pembayaran oleh kuasa BUND Bendahara Umum NegaraDaerah. Oleh karena itu diharapkan seluruh pencairan dana dalam rangka pengeluaran negaradaerah 280 Abu Sopian,Op. Cit, hlm 155 281 Ibid., hlm 155-156 Universitas Sumatera Utara dilakukan melalui mekanisme pembayaran ini. Tujuannya adalah agar pembayaran atas hak tagih kepada negara dipastikan langsung diterima oleh penerima hak yang telah menyelesaikan pekerjaannya. Mekanisme Pembayaran Swakelola : Umumnya menggunakan mekanisme UP khususnya belanja nonmodal. UP merupakan uang KAS yang ada ditangan bendahara pengeluaran dengan karakteristik sebagai berikut : 282 1 Hanya diberikan sekali dalam satu tahun anggaran 2 Diberikan pada awal tahun anggaran 3 Merupakan jumlah maksimal pagu uang yang dipegang oleh bendahara pengeluaran 4 Untuk digunakan dalam melaksanakan pembayaran kegiatan-kegiatan yang bersifat swakelola. 5 Bersifat revolving adanya pengisian kembali jika telah terpakai 6 Besarnya alokasi UP tergantung pada “kebijakan”. Namun, terkait batas pembayaran apabila mengacu pada Pasal 43 Peraturan Menteri Keuangan PMK Nomor 190PMK.052012 tentang Tata Cara Pembayaran Dalam Rangka Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara. 7 Untuk APBD agar lebih pembayaran fleksibel, ketentuan UP juga dapat mengikuti Peraturan Menteri Keuangan PMK Nomor 190PMK.052012 ini. Dengan demikian, penggunaan dana UP menjadi lebih luas tidak terbatas hanya belanja nonmodal, tetapi juga belanja modal selama nilainya tidak lebih dari Rp. 50.000.000 lima puluh juta rupiah. Revisi atau updating peraturan perbendaharaan di daerah adalah hal yang lumrah sebagaimana yang direkomendasikan dalam Surat Edaran Menteri Dalam Negeri Nomor SE.900316BAKD Tahun 2007 tentang Pedoman Sistem dan Prosedur Penatausahaan dan Akuntasi, Pelaporan, dan Pertanggungjawaban Keuangan Daerah SE Mendagri 900-316-BAKD2007 bahwa dokumen perbendaharaan merupakan dokumen yang dinamis, artinya akan senantiasa diperbaharui update dan pemerintah daerah dapat menyesuaikannya sesuai kondisi daerah masing-masing dengan tetap mengacu pada ketentuan peraturan perundang-undangan. 8 Selain menggunakan mekanisme UP, pembiayaan swakelola juga dapat dilaksanakan dengan mekanisme LS untuk item atau akun-akun tertentu yang mempunyai karakteristik : a Terdapat kepastian penerima hak dan jumlah yang dibayarkan 282 Ibid., hlm 157-161 Universitas Sumatera Utara b Terdapat kepastian jumlah atau jenis barangpekerjaan yang dilaksanakan c Progres atau prestasi atau bagian pekerjaan baik sebagian atau seluruh pekerjaan yang telah selesai dilaksanakan oleh pihak ketiga secara kontraktual baik penyedia, instansi pemerintah lain maupun kelompok masyarakat. d Tidak ditemukan unsur yang kuat untuk tidak dilakukan pembayaran melalui LS. 9 Khusus untuk swakelola tipe 3 mekanisme penyaluran dana swakelola mengacu pada Peraturan Presiden Nomor 70 Tahun 2012, yaitu a Diberikan 40 empat puluh persen dari keseluruhan dana apabila kelompok masyarakat telah siap melaksanakan swakelola. b Diberikan 30 tiga puluh persen dari keseluruhan dana apabila pekerjaan telah mencapai 30 tiga puluh persen. c Diberikan 30 tiga puluh persen dari keseluruhan dana apabila pekerjaan telah mencapai 60 enam puluh persen. 10 Secara internal kelompok masyarakat mempertanggungjawabkan penggunaan keuangan sesuai dengan penggunaan seperti mendokumentasikan daftar tanda terima upah dan bukti perjanjian sesuai peraturan yang berlaku. Berdasarkan penelitian di Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Deli Serdang menyatakan untuk melakukan pembayaran dibutuhkan tahapan-tahapan sebagai berikut : Mekanisme pembayaran meliputi : a Pembayaran melalui UP Uang Persediaan b Pembayaran LS Langsung Pembayaran dengan UPTUPGUP dan LS melalui tahapan proses sebagai berikut : 283 1} Proses Pengajuan SPP 283 Hasil Wawancara dengan Bendahara Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Deli Serdang Bapak MD pada tanggal 05 Agustus 2016 Pukul 10:30 WIB Universitas Sumatera Utara Surat Permintaan Pembayaran SPP diterbitkan oleh Kepala Satuan Kerja atau dapat didelegasikan kepada Pejabat Pembuat Komitmen yang bertanggung jawab atas pelaksanaan kegiatan dan disampaikan kepada Pejabat Penguji dan Penandatangan SPM. Format SPP dan kelengkapan persyaratan diatur sebagai berikut : a} SPP-UP SPP-UP merupakan surat pernyataan dari Kuasa Pengguna Anggaran Pejabat Pembuat Komitmen yang menyatakan bahwa UP tidak untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran yang menurut ketentuan harus dengan LS. b} SPP-TUP SPP-TUP merupakan rincian penggunaan dana tambahan uang persedian dari Kuasa Pengguna Anggaran Pejabat Pembuat Komitmen bahwa dana dimasksud untuk kebutuhan mendesak. c} SPP-GUP PPK menerbitkan SPP-GUP untuk pengisian kembali UP. 2} Proses Pengujian SPP dan Penerbitan SPM Setelah menerima SPP, Pejabat Penguji dan Penandatangan SPM dengan mekanisme sebagai berikut : a} Penerimaan dan Pengujian SPP Petugas penerima SPP memeriksa kelengkapan berkas SPP, mengisi check list kelengkapan berkas SPP, mencatatnya dalam buku pengawasan Universitas Sumatera Utara penerimaan SPP dan membuatmenandatangani tanda terima SPP berkenaan, selanjutnya petugas penerima SPP menyampaikan SPP dimaksud kepada Pejabat Penguji dan Penandatangan SPM. Pejabat Penguji dan Penandatangan SPM melakukan pengujian atas SPP sebagai berikut : {1} Memeriksa secara rinci dokumen pendukung SPP sesuai dengan ketentuan yang berlaku. {2} Memeriksa ketersediaan pagu anggaran dalam DIPA untuk memperoleh keyakinan bahwa tagihan tidak melampui batas pagu anggaran. {3} Memeriksa kesesuaian rencana kerja danatau kelayakan hasil kerja yang dicapai dengan indikator keluaran. {4} Memeriksa kebenaran atas hak tagih yang menyangku antara lain : {a} Pihak yang ditunjuk untuk menerima pembayaran nama orangperusahaan, alamat, nomor rekening dan nama bank serta NPWP {b} Nilai tagihan yang harus dibayar kesesuaian danatau kelayakannya dengan prestasi kerja yang dicapai sesuai spesifikasi teknis yang tercantum dalam kontrak {c} Jadwal waktu pembayaran. {5} Memeriksa pencapaian tujuan danatau sasaran kegiatan sesuai dengan indikator keluaran yang tercantum dalam DIPA Daftar Isian Universitas Sumatera Utara Pelaksanaan Anggaran berkenaan danatau spesifikasi teknis yang sudah ditetapkan dalam kontrak. b} Berdasarkan hasil pengujian terhadap SPP maka : {1} Apabila berkas SPP yang diajukan oleh Pejabat Pembuat KomitmenKepala Satuan Kerja tidak memenuhi persyaratan maka SPP tersebut dikembalikan selambat-lambatnya 2 hari kerja sejak diterimanya SPP. {2} Apabila berkas SPP yang diajukan oleh Pejabat Pembuat KomitmenKepala Satuan Kerja memenuhi persyaratan maka diterbitkan SPM selambat-lambatnya 2 hari kerja sejak diterimanya SPP. c} Setelah dilakukan pengujian terhadap SPP-UPSPP-TUPSPP-GUPSPP- LS maka Pejabat Penguji dan Penandatangan SPM menerbitkan SPM- UPSPM-TUPSPM-GUPSPM-LS dalam rangkap 6 enam : {1} Lembar kesatu dan kedua disampaikan kepada KPPN Kantor Pusat Perbendaharaan Negara {2} Lembar ketiga disampaikan kepada Pejabat Penguji dan Penandatangan SPM. {3} Lembar keempat disampaikan kepada Petugas Unit Akuntasi Keuagan. {4} Lembar kelima disampaikan kepada Bendahara Pengeluaran. {5} Lembar keenam disampaikan kepada Pejabat Pembuat Komitmen. Universitas Sumatera Utara 3} Proses Penerbitan SP2D Surat Perintah Pencairan Dana oleh KPPN Kantor Pusat Perbendaharaan Negara Setelah diterbitkan SPM UPTUPGUPLS oleh Satuan Kerja, SPM tersebut dikirim ke KPPN untuk diterbitkan SP2D. Dalam proses yang sudah di jelaskan diatas sudah sangat jelas dimana mekanisme pembayaran telah diatur sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Tetapi dalam kasus perjanjian upah borong yang dilakukan pihak pemberi kerja dengan pemborong yang terjadi di Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Deli Serdang, dimana pihak pemberi kerja tidak membayar hasil pekerjaan yang dilakukan oleh pihak pemborong. Hal tersebut telah melanggar isi dari kontrak yang telah mereka sepakati dan ditandatangani oleh kedua belah pihak. Isi dalam kontrak tersebut telah memuat tentang adanya perlindungan. Perlindungan yang dimaksud yaitu jika terjadinya perselisihan atau pemberi kerja tidak melakukan pembayaran kepada pihak pemborong atas pekerjaan yang telah selesai di kerjakan maka pihak pemborong dapat melakukan gugatan ke Pengadilan Lubuk Pakam sesuai domisili para pihak untuk mendapatkan perlindungan atas haknya.

5. Wanprestasi dan pembatalan perjanjian

Dokumen yang terkait

Perlindungan Hukum Terhadap Pekerja Dalam Perjanjian Kerja Dengan Sistem Outsourcing Di Indonesia

1 47 91

Perlindungan Hukum Terhadap Kreditor Dalam Terjadi Eksekusi Jaminan Fidusia (Studi di Kota Medan)

5 78 107

Perlindungan Hukum Terhadap Kreditur Dalam Perjanjian Kredit Tanpa Agunan

2 37 3

Perlindungan Hukum Terhadap Pekerja/Buruh Dalam Perjanjian Kerja Waktu Tertentu (Pkwt) Ditinjau Dari Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan

4 75 129

Perlindungan Hukum Terhadap Debitur (Pelaksana Pekerjaan) Dalam Pelaksanaan Perjanjian Upah Borong (Partisipatif) Dalam Proyek Swakelola Di Lingkungan Pekerjaan Umum Kabupaten Deli Serdang

0 0 11

Perlindungan Hukum Terhadap Debitur (Pelaksana Pekerjaan) Dalam Pelaksanaan Perjanjian Upah Borong (Partisipatif) Dalam Proyek Swakelola Di Lingkungan Pekerjaan Umum Kabupaten Deli Serdang

0 0 2

Perlindungan Hukum Terhadap Debitur (Pelaksana Pekerjaan) Dalam Pelaksanaan Perjanjian Upah Borong (Partisipatif) Dalam Proyek Swakelola Di Lingkungan Pekerjaan Umum Kabupaten Deli Serdang

0 0 42

Perlindungan Hukum Terhadap Debitur (Pelaksana Pekerjaan) Dalam Pelaksanaan Perjanjian Upah Borong (Partisipatif) Dalam Proyek Swakelola Di Lingkungan Pekerjaan Umum Kabupaten Deli Serdang

0 2 85

Perlindungan Hukum Terhadap Debitur (Pelaksana Pekerjaan) Dalam Pelaksanaan Perjanjian Upah Borong (Partisipatif) Dalam Proyek Swakelola Di Lingkungan Pekerjaan Umum Kabupaten Deli Serdang Chapter III V

0 0 113

Perlindungan Hukum Terhadap Debitur (Pelaksana Pekerjaan) Dalam Pelaksanaan Perjanjian Upah Borong (Partisipatif) Dalam Proyek Swakelola Di Lingkungan Pekerjaan Umum Kabupaten Deli Serdang

0 0 5