Syarat sah Perjanjian Borongan

b Proyek-proyek yang sifatnya menyangkut segi keamanan seperti gudang penyimpanan senjata, percetakan uang negara dan sebagainya. c Tidak adanya pemborong yang mau mengerjakan proyek tersebut

2. Syarat sah Perjanjian Borongan

Salah satu persoalan penting di dalam hukum perjanjian atau kontrak adalah penentuan keabsahan suatu perjanjian. Tolok ukur keabsahan perjanjian tersebut di dalam sistem hukum perjanjian Indonesia ditemukan dalam Pasal 1320 KUHPerdata. 107 Pasal 1320 KUHPerdata menentukan adanya 4 empat syarat sahnya suatu perjanjian yaitu : 108 a. Kesepakatan mereka yang mengikatkan dirinya de toesteming van degenen die zich verbinden. b. Kecakapan untuk membuat suatu perjanjian de bekwaamheid om eene verbintenis aan te gaan. c. Suatu hal tertentu een bepaald onderwerp ; dan d. Suatu sebab yang halal eene geoorloofde oorzaak. Keempat syarat tersebut selanjutnya, dalam doktrin ilmu hukum yang berkembang, digolongkan ke dalam : 109 107 Ridwan Khairandy, Hukum Kontrak Indonesia ; Dalam Perspektif Perbandingan Bagian Pertama, Cet II, Yogyakarta : FH UII Press, 2014, hlm 167 108 Ibid., hlm 168 109 Kartini Muljadi dan Gunawan Widjaja, Perikatan yang lahir dari perjanjian, Cet I, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2003, hlm 93 Universitas Sumatera Utara 1 Dua syarat pokok yang menyangkut subyek pihak yang mengadakan perjanjian syarat subyektif, dan 2 Dua syarat pokok lainnya yang berhubungan langsung dengan obyek perjanjian syarat obyektif. Syarat subyektif mencakup adanya syarat kesepakatan secara bebas dari para pihak yang berjanji, dan kecakapan dari pihak-pihak yang melaksanakan perjanjian. Sedangkan syarat obyektif merupakan obyek yang diperjanjikan, dan causa dari obyek berupa prestasi yang disepakati untuk dilaksanakan. 110 Tidak terpenuhinya salah satu syarat dari ke empat syarat tersebut menyebabkan cacat dalam perjanjian, dan perjanjian diancam dengan kebatalan, baik dalam bentuk dibatalkan jika terdapat pelanggaran terhadap syarat subyektif, maupun batal demi hukum dalam hal tidak terpenuhinya syarat obyektif. 111 Berikut penjelasan dari 4 empat syarat perjanjian : a Kesepakatan mereka yang mengikatkan dirinya Sepakat mereka yang mengikatkan dirinya mengandung makna bahwa para pihak yang membuat perjanjian telah sepakat atau ada persesuaian kemauan atau saling menyetujui kehendak masing-masing, yang dilahirkan oleh para pihak dengan tidak ada paksaan,kekeliruan 110 Ibid., hlm 94 111 Ibid. Universitas Sumatera Utara dan penipuan. 112 Persetujuan mana dapat dinyatakan secara tegas maupun secara diam-diam. 113 Menurut Mariam Darus Badrulzam, bahwa : “Dengan diperlukannya kata sepakat mengadakan perjanjian, maka berarti bahwa kedua belah pihak haruslah mempunyai kebebasan kehendak. Para pihak tidak mendapat suatu tekanan yang mengakibatkan adanya “cacat” bagi perwujudan kehendak tersebut. Pengertian sepakat dilukiskan sebagai pernyataan kehendak yang disetujui overenstemende wisverklaring antara para pihak. Pernyataan pihak yang menawarkan dinamakan tawaran offerte. Pernyataan pihak yang menerima tawaran dinamakan akseptasi acceptatie 114 Yang dimaksud dengan dengan kesepakatan dalam hal ini adalah kesepakatan para pihak yang melakukan perjanjian diantaranya yang memborongkan bouwheer dengan pemborongkontraktor. Kesepakatan dalam hal perjanjian upah borong dilakukan antara bapak FL selaku Kepala Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Deli Serdang dengan pihak swasta selaku pemborong yang dilakukan oleh WP. Kesepakatan terjadi ketika adanya proses negoisasi yang dilakukan para pihak. Negoisasi merupakan komunikasi yang dilakukan oleh pihak-pihak yang akan berkontrak dengan maksud untuk mempertemukan perbedaan-perbedaan maksud dan tujuan dari masing-masing pihak berkontrak untuk masuk pada suatu bentuk yang 112 Paksaan dwang, kekeliruan dwaling dan penipuan bedrog merupakan 3 hal yang mengakibatkan kesepakatan tidak sempurna Pasal 1321 sd 1328 KUHPerdata 113 Riduan Syahrani, Seluk Beluk dan Asas-asas Hukum Perdata, Bandung : PT. Alumni, 2006, hlm 205-206 114 Mariam Darus Badrulzaman, Kompilasi Hukum Perikatan, Bandung : Alumni, 2000, hlm 73. Universitas Sumatera Utara dapat disepakati oleh masing-masing pihak berkontrak tersebut sebagai suatu kewajiban yang harus dipenuhinya. Pada sisi lain akan memberikan konsekuensi hak kepadanya. b Kecakapan untuk membuat suatu perjanjian Cakap bekwaam merupakan syarat umum untuk dapat melakukan perbuatan hukum secara sah yaitu harus sudah dewasa, sehat akal pikiran dan tidak dilarang oleh suatu peraturan perundang-undangan untuk melakukan sesuatu perbuatan tertentu. 115 Menurut Pasal 1330 KUHPerdata, mereka yang tidak cakap membuat suatu perjanjian adalah : 1} Orang yang belum dewasa. 2} Mereka yang ditaruh di bawah pengampuan. 3} Orang perempuan dalam hal-hal yang ditetapkan oleh undang- undang dan pada umumnya semua orang kepada siapa undang- undang telah melarang membuat perjanjian-perjanjian tertentu. Akibat hukum dari ketidakcakapan adalah bahwa perjanjian yang telah dibuat dan dapat di mintakan pembatalannya kepada hakim. Yang dimaksud dengan kecapakan dalam hal ini adalah keabsahan untuk bertindak sebagai para pihak dalam perjanjian pemborongan. Dalam perjanjian pemborongan ini dilakukan berdasarkan orang yang cakap dan berwenang untuk melakukan perbuatan hukum adalah orang yang sudah dewasa. Untuk menentukan ukuran kedewasaan seseorang 115 Riduan Syahrani, Op.Cit, hlm 208. Universitas Sumatera Utara ditentukan dengan orang tersebut sudah berumur 21 tahun dan atau orang tersebut sudah pernah kawin. c Suatu hal tertentu Suatu hal tertentu dalam perjanjian adalah barangjasa yang menjadi obyek suatu perjanjian. Menurut Pasal 1332 KUHPerdata ditentukan bahwa “barang-barang yang bisa dijadikan obyek perjanjian hanyalah barang-barang yang dapat diperdagangkan”. Lazimnya barang-barang yang diperdagangkan untuk kepentingan umum, dianggap sebagai barang-barang diluar perdagangan sehingga tidak dapat dijadikan obyek perjanjian. Sedangkan menurut Pasal 1333 KUHPerdata ayat 1 menyebutkan bahwa “suatu perjanjian harus mempunyai sebagai pokok suatu barang yang paling sedikit ditentukan jenisnya”. Mengenai jumlahnya tidak menjadi masalah asalkan di kemudian hari ditentukan atau dihitung. 116 d Suatu sebab yang halal Yang dimaksud dengan suatu halal tertentu dalam hal ini adalah perjanjian untuk melakukan program rehabilitasipemeliharaan jalan dan jembatan. Suatu sebab yang halal merupakan syarat yang keempat untuk sahnya perjanjian. Melihat ketentuan dalam Pasal 1335 KUHPerdata menyatakan bahwa “suatu perjanjian tanpa sebab, atau yang telah 116 Pasal 1333 ayat 2 KUHPerdata Universitas Sumatera Utara dibuat karena sesuatu yang palsu atau terlarang, tidak mempunyai kekuatan”. Perjanjian tanpa sebab apabila perjanjian itu dibuat dengan tujuan yang tidak pasti atau kabur. Perjanjian yang dibuat karena sebab yang palsu, tujuannya untuk menutupi apa yang sebenarnya hendak dicapai dalam perjanjian tersebut. Akhirnya, Pasal 1337 KUHPerdata menentukan bahwa “sesuatu sebab dalam perjanjian tidak boleh bertentangan dengan undang-undang, kesusilaan dan ketertiban umum”. 117

3. Hak dan Kewajiban Para Pihak dalam Perjanjian Borongan

Dokumen yang terkait

Perlindungan Hukum Terhadap Pekerja Dalam Perjanjian Kerja Dengan Sistem Outsourcing Di Indonesia

1 47 91

Perlindungan Hukum Terhadap Kreditor Dalam Terjadi Eksekusi Jaminan Fidusia (Studi di Kota Medan)

5 78 107

Perlindungan Hukum Terhadap Kreditur Dalam Perjanjian Kredit Tanpa Agunan

2 37 3

Perlindungan Hukum Terhadap Pekerja/Buruh Dalam Perjanjian Kerja Waktu Tertentu (Pkwt) Ditinjau Dari Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan

4 75 129

Perlindungan Hukum Terhadap Debitur (Pelaksana Pekerjaan) Dalam Pelaksanaan Perjanjian Upah Borong (Partisipatif) Dalam Proyek Swakelola Di Lingkungan Pekerjaan Umum Kabupaten Deli Serdang

0 0 11

Perlindungan Hukum Terhadap Debitur (Pelaksana Pekerjaan) Dalam Pelaksanaan Perjanjian Upah Borong (Partisipatif) Dalam Proyek Swakelola Di Lingkungan Pekerjaan Umum Kabupaten Deli Serdang

0 0 2

Perlindungan Hukum Terhadap Debitur (Pelaksana Pekerjaan) Dalam Pelaksanaan Perjanjian Upah Borong (Partisipatif) Dalam Proyek Swakelola Di Lingkungan Pekerjaan Umum Kabupaten Deli Serdang

0 0 42

Perlindungan Hukum Terhadap Debitur (Pelaksana Pekerjaan) Dalam Pelaksanaan Perjanjian Upah Borong (Partisipatif) Dalam Proyek Swakelola Di Lingkungan Pekerjaan Umum Kabupaten Deli Serdang

0 2 85

Perlindungan Hukum Terhadap Debitur (Pelaksana Pekerjaan) Dalam Pelaksanaan Perjanjian Upah Borong (Partisipatif) Dalam Proyek Swakelola Di Lingkungan Pekerjaan Umum Kabupaten Deli Serdang Chapter III V

0 0 113

Perlindungan Hukum Terhadap Debitur (Pelaksana Pekerjaan) Dalam Pelaksanaan Perjanjian Upah Borong (Partisipatif) Dalam Proyek Swakelola Di Lingkungan Pekerjaan Umum Kabupaten Deli Serdang

0 0 5