Hak dan Kewajiban Para Pihak dalam Perjanjian Borongan

dibuat karena sesuatu yang palsu atau terlarang, tidak mempunyai kekuatan”. Perjanjian tanpa sebab apabila perjanjian itu dibuat dengan tujuan yang tidak pasti atau kabur. Perjanjian yang dibuat karena sebab yang palsu, tujuannya untuk menutupi apa yang sebenarnya hendak dicapai dalam perjanjian tersebut. Akhirnya, Pasal 1337 KUHPerdata menentukan bahwa “sesuatu sebab dalam perjanjian tidak boleh bertentangan dengan undang-undang, kesusilaan dan ketertiban umum”. 117

3. Hak dan Kewajiban Para Pihak dalam Perjanjian Borongan

Semua perjanjian yang tidak memenuhi sebab yang halal akibatnya perjanjian menjadi batal demi hukum. Untuk menyatakan demikian, diperlukan formalitas tertentu, yaitu dengan putusan pengadilan. Yang dimaksud dalam suatu sebab halal dalam hal ini adalah untuk melakukan rehabilitasipemeliharaan jalan dan jembatan. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata sangat menekankan sekali pada pentingnya penentuan kewajiban yang harus dipenuhi oleh pihak yang berkewajiban. Kewajiban untuk memberikan sesuatu, melakukan sesuatu 117 Undang-undang yang dimaksudkan disini adalah undang-undang dalam arti materiil yaitu semua peraturan yang mengikat kepada masyarakat. Kesusilaan mempunyai pengertian yang sangat relatif dan tidak sama wujudnya di seluruh dunia, melainkan bergantung kepada sifat-sifat yang hidup dalam suatu masyarakat dan negara. Demikian juga dengan ketertiban umum pun sangat relatif, sehingga larangan causa yang bertentangan dengan ketertiban umum amat sukar ditetapkan. Sampai sejauh mana kepentingan masyarakat terinjak-injak akibat suatu perjanjian sehingga dikatakan perjanjian itu melanggar ketertiban umum harus dinilai secara kasuistis. Sebagaimana dikutip dalam Riduan Syahrani, Op.Cit, hlm 212. Universitas Sumatera Utara dan atau untuk tidak melakukan sesuatu disebut dengan prestasi. 118 Pada umumnya dalam setiap perikatan, pemenuhan prestasi yang berhubungan dengan kedua hal tersebut schuld dan haftung terletak di pundak salah satu pihak dalam perikatan, yang pada umumnya disebut “debitur”. Prestasi untuk melaksanakan kewajiban diatas memiliki dua unsur penting. Pertama berhubungan dengan persoalan tanggung jawab atas pelaksanaan prestasi oleh pihak yang berkewajiban schuld. Kedua berkaitan dengan pertanggungjawaban pemenuhan kewajiban dari harta kekayaan pihak yang berkewajiban tanpa memperhatikan siapa pihak yang berkewajiban untuk memenuhi kewajiban haftung. 119 Walau demikian, tidak tertutup kemungkinan bahwa terdapat hubungan hukum, dimana pemenuhan prestasinya tidak dapat dituntu oleh pihak terhadap siapa kewajiban harus dipenuhi kreditur oleh karena tidak ada harta kekayaannya yang dijaminkan untuk memenuhi perikatan tersebut. Jadi dalam hal ini tidak dimungkinkan terjadinya perikatan yang prestasinya ada tetapi tidak dapat dituntut pelaksanaannya natuurlijke Jadi setiap pihak yang berkewajiban untuk memenuhi perikatan, juga dapat dimintakan pertanggungjawabannya untuk memenuhi kewajiban yang dibebankan padanya berdasarkan pada perikatan yang lahir dari hubungan hukum diantara para pihak. 118 Kartini Muljadi dan Gunawan Widjaja, Perikatan pada umumnya, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2003, hlm 20. 119 Ibid. Universitas Sumatera Utara verbintenis atau dengan kata lain dimungkinkan terbentuknya perikatan yang menimbulkan schuld tetapi tanpa haftung. 120 Menurut Pasal 1234 KUHPerdata, prestasi yang dijanjikan adalah : a. Untuk memberikan sesuatu to geven b. Untuk berbuat sesuatu to doen c. Untuk tidak berbuat sesuatu of nien to doen Prestasi ini menimbulkan adanya hak dan kewajiban para pihak. Misalnya prestasi memberikan sesuatu to geven maka pihak yang satu berkewajiban untuk menyerahkan atau melever levering sesuatubenda dan pihak lain berhak menerima benda tersebut. Hal ini diatur di dalam Pasal 1235 KUHPerdata. Dengan demikian, pemenuhan prestasi merupakan kewajiban. Prestasi tidak hanya memberikan hak kepada satu pihak lalu berkewajiban kepada pihak lain, tetapi prestasi memberikan hak sekaligus kewajiban pada masing-masing pihak. Disinilah letak keseimbangan dari suatu perjanjian karena sudah menjadi kebiasaan manusia untuk saling tergantung. Tidak ada manusia yang rela hidup hanya melaksanakan kewajiban tetapi tidak pernah menerima hak. Perjanjian yang dibuat oleh kedua belah pihak secara sah menjadi tolak ukur hubungan mereka dalam pelaksanaan hak dan kewajiban dimana mereka sepakati bersama dan berlaku sebagai undang- undang baginya. Dengan demikian, Pasal 1339 KUHPerdata 120 Ibid., hlm 21 Universitas Sumatera Utara memungkinkan munculnya hak dan kewajiban bagi para pihak diluar yang disetujui tetapi dianggap sebagai hak maupun kewajiban berdasarkan kepatutan, kebiasaan dan undang-undang yang ada. Mengenai hak-hak dan kewajiban dari para pihak dalam perjanjian pemborongan bangunan hanya sedikit sekali diatur dalam KUHPerdata. Sebagian besar hak-hak dan kewajiban diatur dalam peraturan standar pemborongan bangunan AV 1941 Algemene Voorwarden voor de uitvoering bij aaneming van openbare werken in Indonesia artinya syarat-syarat umum untuk pelaksanaan pemborongan pekerjaan umum di Indonesia, kemudian diatur secara terperinci dalam perjanjian pemborongan, juga dalam bestek dan syarat rencana kerja dan syarat. 121 AV 1941 ditetapkan dengan surat Keputusan Pemerintah Hindia Belanda tanggal 28 Mei 1941 No.9. AV 1941 terdiri atas 3 tiga bagian yaitu : 122 1 Bagian kesatu tentang syarat-syarat administratif. 2 Bagian kedua tentang syarat-syarat bahan 3 Bagian ketiga tentang syarat-syarat teknis. Diluar negeri mengenai hak-hak dan kewajiban antara pemberi tugas dan pemborong diatur dalam peraturan standarnya, baik peraturan standar pemborongan yang ditetapkan bersama oleh penguasa dan organisasi 121 Sri Soedewi Masjchun Sofwan, Op.Cit, hlm 78 122 F.X. Djumialdji 1, Op. Cit, hlm 4 Universitas Sumatera Utara perusahaan yang bersangkutan, maupun peraturan standar yang ditetapkan sendiri oleh organisasi perusahaan sendiri tanpa campur tangan penguasa. 123 Misalnya di Inggris peraturan standar diatur dalam General Conditions of contract yang bertalian dengan pekerjaan teknik sipil yang ditetapkan oleh organisasi perusahaan, yaitu the Institution of Civil Engineers, the Association of Consulting Engineers,dan Federationn of Civil Engineering Contractors. 124 Di Indonesia hak-hak dan kewajiban dari para pihak yaitu pemberi tugas dan pemborong, dalam peraturan perundangan yang baru tentang pemborongan bangunan nanti hendaknya sebanyak mungkin dapat diatur dalam undang-undang secara khusus, sehingga ketentuan undang-undang tersebut dapat diterapkan langsung pada perjanjian pemborong bangunan, manakala dalam perjanjian tersebut tidak mengatur sendiri secara khusus. 125 Hak dari pemberi tugas adalah berhak atas hasil akhir yang dicapai oleh pihak pemborong sesuai dengan apa yang diperjanjikan termasuk jaminan mutu dan kualitas pekerjaan. Sedangkan kewajiban pemberi tugas adalah membayar jumlah harga borongan sebagaimana yang 123 Sri Soedewi Masjchun Sofwan, Loc. Cit. 124 Harding Boulton, The Making of business contract, Sweet Maxwell, Londen, 1972, p. 106, sebagaimana dikutip Sri Soedewi Masjchun Sofwan, Ibid., hlm 79 125 Ibid. Universitas Sumatera Utara tercantum dalam kontrak apabila pekerjaan telah diselesaikan sesuai dengan perjanjian dan pembayaran dilakukan secara bertahap. 126 Hak dari pemborong adalah berhak atas pembayaran sesuai dengan perjanjian apabila pemborong telah menyelesaikan pekerjaannya, sedangkan kewajiban melaksanakan pekerjaan pemborongan sesuai dengan kontrak, rencana kerja dan syarat-syarat yang telah ditetapkan bestek. Bestek adalah uraian tentang rencana pekerjaan dan syarat-syarat yang ditetapkan disertai dengan gambar. 127 Dalam Lampiran II, III, IV-B,V Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 disebutkan bahwa hak dan kewajiban pihak pengguna barangjasa dan pihak penyedia barangjasa dapat disimpulkan sebagai berikut : a Hak dan Kewajiban pihak penggunaPPK barangjasa : 1 Mengawasi dan memeriksa pekerjaan yang dilaksanakan oleh penyedia. 2 Meminta laporan-laporan secara periodik mengenai pelaksanaan pekerjaan yang dilakukan oleh penyedia. 3 Membayar pekerjaan sesuai dengan harga yang tercantum dalam kontrak yang telah ditetapkan kepada penyedia, dan 4 Memberikan fasilitas berupa sarana dan prasarana yang dibutuhkan oleh penyedia untuk kelancaran pelaksanaan pekerjaan sesuai ketentuan kontrak. 5 Mengatur mengenai peralatan dan bahan yang disediakan oleh penggunaPPK untuk kebutuhan pelaksanaan pekerjaan oleh penyedia. Pada saat berakhirnya kontrak, penyedia harus menyerahkan peralatan dan bahan sisa sesusai dengan instruksi penggunaPPK. b Hak dan Kewajiban penyedia : 126 Ibid., hlm 80 127 Ibid. Universitas Sumatera Utara 1 Berhak menerima pembayaran untuk pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan harga yang telah ditentukan dalam kontrak. 2 Berhak meminta fasilitas-fasilitas dalam bentuk sarana dan prasarana dari pihak penggunaPPK barangjasa untuk kelancaran pelaksanaan pekerjaan sesuai ketentuan kontrak. 3 Wajib melaporkan pelaksanaan pekerjaan secara periodik kepada penggunaPPK. 4 Wajib melaksanakan dan menyelesaikan pekerjaan sesuai dengan jadwal pelaksanaan pekerjaan yang telah ditetapkan dalam kontrak. 5 Wajib memberikan keterangan-keterangan yang diperlukan untuk pemeriksaan pelaksanaan yang dilakukan penggunaPPK. 6 Wajib menyerahkan hasil pekerjaan sesuai dengan jadwal penyerahan pekerjaan yang telah ditetapkan dalam kontrak, dan 7 Penyedia harus mengambil langkah-langkah yang memadai untuk melindungi lingkungan tempat kerja dan membatasi perusakan dan gangguan kepada masyarakat maupun miliknya akibat kegiatan penyedia. 8 Penyedia melaksanakan perjanjian dan kewajiban-kewajiban yang dibebankan kepadanya dengan penuh bertanggungjawab, ketekunan, efisien dan ekonomis serta memenuhi kriteria teknik profesional dan melindungi secara efektif peralatan, mesin, material yang berkaitan dengan pekerjaan dalam kontrak. 9 Penyedia dalam melaksanakan jasa konsultasi sesuai dengan hukum yang berlaku di Indonesia. PenggunaPPK secara tertulis akan memberitahukan kepada penyedia mengenai kebiasaan-kebiasaan setempat. 10 Penyedia tidak akan menerima keuntungan untuk mereka sendiri dari komisi usaha trade commision, rabat discount atau pembayaran-pembayaran lain yang berhubungan dengan kegiatan pelaksanaan jasa konsultasi. 11 Penyedia setuju bahwa selama pelaksanaan kontrak, penyedia dinyatakan tidak berwenang untuk melaksanakan jasa konsultasi maupun mengadakan barang yang tidak sesuai dengan kontrak. 12 Penyedia dilarang baik secara langsung atau tidak langsung melakukan kegiatan yang akan menimbulkan pertentangan kepentingan conflict of interest dengan kegiatan yang merupakan tugas penyedia. 13 Tanggung jawab penyedia merupakan ketentuan mengenai hal- hal pertanggungjawaban penyedia sesuai dengan hukum yang berlaku di Indonesia. Universitas Sumatera Utara 14 Pemeriksaan keuangan merupakan ketentuan mengenai kewajiban penyedia untuk merinci setiap biaya-biaya yang berhubungan dengan pelaksanaan perjanjian, sehingga dapat dilakukan pemeriksaan keuangan. Selain itu, dengan sepengetahuan penyedia atau kuasanya, penggunaPPK dapat memeriksa dan menggandakan dokumen pengeluaran yang telah diaudit sampai 1 satu tahun setelah berakhirnya kontrak. 15 Ketentuan mengenai dokumen-dokumen yang disiapkan oleh penyedia dan menjadi hak milik penggunaPPK : mengatur bahwa semua rancangan, gambar-gambar, spesifikasi, disain, laporan dan dokumen-dokumen lain serta software yang disiapkan oleh penyedia jasa menjadi hak milik penggunaPPK. Penyedia, segera setelah pekerjaan selesai atau berakhirnya kontrak harus menyerahkan seluruh dokumen dan data pendukung lainnya kepada penggunaPPK. Penyedia dapat menyimpan salinan dari dokumen-dokumen tersebut. - FIDIC Dalam Perjanjian Jasa Konstruksi FIDIC singkatan dari Federation Internationale des Ingenieurs- Conseils International Federation of Consulting Engineers didirikan pada tahun 1913 oleh sekelompok Insinyur dari Perancis dan Swiss. Yayasan ini ditemukan dalam upaya untuk menciptakan satu set seragam dokumentasi untuk perjanjian kontrak yang berlaku untuk digunakan dalam berbagai jenis proyek konstruksi, dan juga untuk menyederhanakan proses penawaran untuk menjadi lebih “user friendly”. Perlu diingat bahwa FIDIC kontrak adalah perjanjian antara majikan dan kontraktor. 128 FIDIC ditulis dalam “user friendly” dan bahasa yang sederhana, dengan struktur yang jelas dan logis. Selain itu, bentuk-bentuk FIDIC 128 Vivaldi Octavianto Rosadi, Gambaran Umum Kontrak FIDIC, http:viocsa.mhs.narotama.ac.id20160426gambaran-umum-dari-bentuk-fidic-kontrak-apa-fidic, diakses pada tanggal 09 Agustus 2016 pukul 23:30 WIB Universitas Sumatera Utara kontrak konsisten dalam bahasa dan struktur satu sama lain sehingga mudah dan praktis untuk menyiapkan dua, atau kontrak bahkan lebih untuk pekerjaan yang sama. Misalnya : majikan-kontraktor dan kontraktor-subkontraktor. Dengan konflik minimal dan penyesuaian antara kontrak, pada saaat yang sama, masing-masing kontrak selesai dan dapat berdiri sendiri. 129 Kontrak kerja berdasarkan FIDIC yaitu : 130 - Definisi dan Interprestasi Pada bagian ini berisi mengenai istilah-istilah hukum, pihak-pihak yang terkait dan penjelasannya di dalam kontrak. Pada bab ini dijelaskan secara mendetail untuk menghindari adanya kesalahan interprestasi. - Pengawas Memuat ketentuan tentang jumlah, klasifikasi dan kualifikasi pengawas untuk melaksanakan pekerjaan konstruksi. Dalam bab ini dijelaskan bahwa pengawas ditunjuk langsung oleh pemberi kerja untuk mengawasi proyek. Dari mulainya proyek sampai dengan berakhirnya. Pengawas memiliki tugas untuk menjembatani antara kontraktor dan pemberi kerja, serta dituntut untuk bersikap adil dalam menghadapi permasalahn yang timbul. - Penggunaan Kontrak dan Pemakaian Subkontraktor Pada bagian ini menjelaskan tentang : - Bahwa kontrak kerja yang telah disetujui oleh kedua belah pihak antara pemberi kerja dan kontraktor tidak dapat dilaksanakan tanpa persetujuan dari pihak pengawas. 129 Ibid 130 Zona Atmadilaga, Kontrak Konstruksi, http:kampuzsipil.blogspot.co.id201210kontrak- konstruksi.html, diakses pada tanggal 09 Agustus 2016 pukul 23:30 WIB Universitas Sumatera Utara - Bahwa seluruh pekerjaan yang telah disepakati tidak boleh sepenuhnya diberikan kepada subkontraktor tanpa persetujuan dari pengawas dan kontraktor bertanggung jawab sepenuhnya mengenai hasil pekerjaan subkontraktor. Memuat mengenai cara penugasan sub kontraktor dalam suatu proyek kewajiban sub kontraktor. - Dokumen Kontrak Pada bagian ini menjelaskan tentang : - Bahwa kontrak tunduk sesuai dengan peraturan yang berlaku pada tempat dimana proyek berada. - Dokumen kontrak yang ada berisikan dokumen-dokumen pendukung lainnya seperti : spesifikasi, syarat umum, syarat khusus - Bahwa data-data teknis seperti keadaan lapangan, jenis tanah dan sebagainya, dibuat oleh kontraktor serta disetujui oleh pengawas untuk digunakan sebagaimana semestinya. Prinsip dan norma hukum yang terkait dengan kontrak konstruksi telah berkembang demikian pesat dan bahkan melahirkan cabang baru yang merupakan spesialisasi dari hukum kontrak. Perkembangan hukum kontrak konstruksi ini dalam banyak hal terjadi karena peran dari organisasi Internasional yang berkecimpung dalam dunia konstruksi seperti FIDIC Federation Internasionale Des Ingenieurs Conseils, JCT Joint Contract Tribunals, AIA American Institute of Architects dan SIA Singapore Institute of Architects. 131 131 Perbedaannya dengan model hukum PGCS yang diterbitkan oleh UNCITRAL adalah bahwa sekalipun model hukum ini cakupannya lebih luas yakni meliputi seluruh jenis objek pengadaan, tetapi dari segi prosesnya model ini hanya menyangkut pengadaan sementara model yang dihasilkan oleh organisasi Internasional bidang konstruksi, seperti misalnya FIDIC, lebih komprehensif karena tidak hanya memberikan pedoman aspek pengadaan tetapi juga aspek kontraknya. Berbagai jenis model kontrak Universitas Sumatera Utara conditions of contract dan model penyelesaian sengketa kontrak konstruksi telah diciptakan oleh organisasi-organisasi ini. Dengan tidak mengesampingkan lembaga yang lain, perhatian terhadap produk model- model kontrak yang dirancang dan diterbitkan oleh FIDIC akan sangat bermanfaat sebagai bahan kajian kontrak pengadaan oleh pemerintah khususnya yang terkait dengan bidang konstruksi. 132 Dalam kaitan ini FIDIC bahkan secara khusus telah menerbitkan buku di bidang kontrak konstruksi, yakni : Red Book 133 , Yellow Book 134 , Orange Book 135 , Silver Book 136 , dan Green Book yang masing-masingnya memuat substansi kontrak konstruksi dalam jenis yang berbeda. Kecuali green book yang memuat contoh-contoh kontrak konstruksi, keempat jenis buku yang lain berisi conditions of contracts untuk jenis konstruksi yang berbeda. 137 Dalam Pasal 30 Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010, ada 4 empat jenis kontrak yang pembedaannya didasarkan pada cara pembayaran, pembebanan tahun anggaran, sumber pendanaan dan jenis 132 Dalam praktek penyelenggaraan jasa konstruksi yang dibiayai oleh Bank Dunia, model FIDIC-lah yang pada umumnya digunakan. Model-model itu seperti Build Operate Transfer BOT, Build Own Operate Transfer BOOT, dan model yang terakhir yakni Desaign Build Finance Operate DBFO. Yohanes Sogar Simamora, Op. Cit, hlm 216-217 133 Red Book memuat conditions of contracts untuk pekerjaan konstruksi yang berupa civil engineering. 134 Yellow Book memuat conditions of contracts untuk pekerjaan mekanikal dan elektrikal termasuk pembangunan tiang pancang erection. 135 Orange Book untuk kontak tipe design-build dan turn key 136 Silver Book memuat jenis kontrak BOT dan standar baru untuk kontrak turn key. 137 Yohanes Sogar Simamora, Op. Cit, hlm 217 Universitas Sumatera Utara pekerjaan. Kontrak yang didasarkan pada bentuk cara pembayaran dibedakan menjadi : kontrak lumpsum, kontrak harga satuan, kontrak gabungan lumpsum dan harga satuan, kontrak persentase dan kontrak terima jadi turn key. 138 Kontrak yang didasarkan pembebanan tahun anggaran dibedakan menjadi kontrak tahun tunggal dan kontrak tahun jamak. Untuk kontrak berdasarkan sumber pendanaan terdapat kontrak pengadaan tunggal, kontrak pengadaan bersama dan kontrak payung framework contract. Sedangkan untuk kontrak yang didasarkan pada jenis pekerjaan dibedakan menjadi kontrak pengadaan pekerjaan tunggal dan kontrak pengadaan pekerjaan terintegrasi. 139

4. Upah dalam Perjanjian Borongan

Dokumen yang terkait

Perlindungan Hukum Terhadap Pekerja Dalam Perjanjian Kerja Dengan Sistem Outsourcing Di Indonesia

1 47 91

Perlindungan Hukum Terhadap Kreditor Dalam Terjadi Eksekusi Jaminan Fidusia (Studi di Kota Medan)

5 78 107

Perlindungan Hukum Terhadap Kreditur Dalam Perjanjian Kredit Tanpa Agunan

2 37 3

Perlindungan Hukum Terhadap Pekerja/Buruh Dalam Perjanjian Kerja Waktu Tertentu (Pkwt) Ditinjau Dari Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan

4 75 129

Perlindungan Hukum Terhadap Debitur (Pelaksana Pekerjaan) Dalam Pelaksanaan Perjanjian Upah Borong (Partisipatif) Dalam Proyek Swakelola Di Lingkungan Pekerjaan Umum Kabupaten Deli Serdang

0 0 11

Perlindungan Hukum Terhadap Debitur (Pelaksana Pekerjaan) Dalam Pelaksanaan Perjanjian Upah Borong (Partisipatif) Dalam Proyek Swakelola Di Lingkungan Pekerjaan Umum Kabupaten Deli Serdang

0 0 2

Perlindungan Hukum Terhadap Debitur (Pelaksana Pekerjaan) Dalam Pelaksanaan Perjanjian Upah Borong (Partisipatif) Dalam Proyek Swakelola Di Lingkungan Pekerjaan Umum Kabupaten Deli Serdang

0 0 42

Perlindungan Hukum Terhadap Debitur (Pelaksana Pekerjaan) Dalam Pelaksanaan Perjanjian Upah Borong (Partisipatif) Dalam Proyek Swakelola Di Lingkungan Pekerjaan Umum Kabupaten Deli Serdang

0 2 85

Perlindungan Hukum Terhadap Debitur (Pelaksana Pekerjaan) Dalam Pelaksanaan Perjanjian Upah Borong (Partisipatif) Dalam Proyek Swakelola Di Lingkungan Pekerjaan Umum Kabupaten Deli Serdang Chapter III V

0 0 113

Perlindungan Hukum Terhadap Debitur (Pelaksana Pekerjaan) Dalam Pelaksanaan Perjanjian Upah Borong (Partisipatif) Dalam Proyek Swakelola Di Lingkungan Pekerjaan Umum Kabupaten Deli Serdang

0 0 5