Modal Industri Karak Skala Rumah Tangga Pengadaan Bahan Baku dan Bahan Penolong Industri Karak Skala

commit to user 47 lebih banyak mencurahkan waktu kerjanya dalam industri karak ini. Selain itu, penghasilan yang diperoleh dari industri karak merupakan sumber penghasilan utama dan digunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Responden menjadikan industri karak sebagai usaha sampingan karena responden mempunyai perkejaan utama lain seperti pedagang dan petani. Responden mengusahakan industri karak dengan berbagai macam alasan. Data mengenai alasan responden mengusahakan industri karak dapat dilihat pada Tabel 20 berikut: Tabel 20. Alasan Mengusahakan Industri Karak Skala Rumah Tangga di Kabupaten Sukoharjo No. Uraian Jumlah orang Persentase 1. 2. 3. Usaha warisan Tidak mempunyai pekerjaan lain Pengalaman sebagai buruh 13 12 5 43,33 40,00 16,67 Jumlah 30 100,00 Sumber: Analisis Data Primer Lampiran 1 Berdasarkan Tabel 20, industri karak skala rumah tangga di Kabupaten Sukoharjo sebagian besar adalah usaha warisan sebesar 43,33 atau sebanyak 13 orang. Industri karak skala rumah tangga dikatakan sebagai usaha warisan karena merupakan usaha yang diperoleh secara turun temurun. Sebesar 40 atau sebanyak 12 orang mengusahakan industri karak karena alasan tidak mempunyai pekerjaan lain. Hal ini disebabkan karena terbatasnya ketersediaan lapangan pekerjaan lain atau pekerjaan sebelumnya tidak memberikan penghasilan yang layak bagi mereka. Alasan lain responden mengusahakan industri karak karena pengalamannya sebagai buruh yaitu sebesar 16,67 atau 5 orang. Mereka mengusahakan industri karak karena memiliki cukup pengalaman yang mereka peroleh dari menjadi buruh di industri karak yang telah berdiri lebih dulu.

2. Modal Industri Karak Skala Rumah Tangga

Modal dalam industri karak skala rumah tangga di Kabupaten Sukoharjo digunakan untuk memenuhi kebutuhan selama proses produksi commit to user 48 baik untuk pembelian bahan baku dan bahan penolong maupun untuk pembelian peralatan. Modal yang digunakan bisa berasal dari modal sendiri atau modal dari pinjaman luar. Sumber modal yang digunakan oleh responden industri karak skala rumah tangga di Kabupaten Sukoharjo dapat dilihat pada Tabel 21 berikut: Tabel 21. Sumber Modal Industri Karak Skala Rumah Tangga di Kabupaten Sukoharjo No. Uraian Jumlah orang Persentase 1. 2. Modal Sendiri Modal Pinjaman 30 100 Jumlah 30 100 Sumber: Analisis Data Primer Lampiran 1 Tabel 21 menunjukkan bahwa seluruh responden industri karak dalam menjalankan usahanya menggunakan modal sendiri yaitu sebesar 100 atau sebanyak 30 responden. Para saat dilakukan penelitian tidak ada responden yang menggunakan modal pinjaman dari bank atau lembaga perkreditan lain. Hal ini dikarenakan syarat yang diajukan oleh bank atau lembaga perkreditan memberatkan pihak responden.

3. Pengadaan Bahan Baku dan Bahan Penolong Industri Karak Skala

Rumah Tangga Bahan baku industri karak skala rumah tangga di Kabupaten Sukoharjo adalah beras. Beras yang digunakan adalah jenis beras seperti C4 dan IR64 dengan kualitas rendah yang biasanya untuk beras raskin. Beras C4 dan IR64 dengan kualitas rendah adalah sifat berasnya pero atau tidak pulen. Harga beras berkisar antara Rp 4.000- Rp 6.000 per kg. Saat dilakukan penelitian harga beras naik sebanyak 2 kali. Kenaikan harga beras yang pertama sebesar Rp 200-Rp 300 per kg dan yang kedua sebesar Rp 100-Rp 200 per kg. Beras ini juga lebih mekar atau babar bila dibandingkan dengan beras lain. Saat proses penggorengan karak bisa mengembang karena adanya sifat beras yang mekar atau babar. Bahan penolong yang dibutuhkan dalam industri karak skala rumah tangga di Kabupaten Sukoharjo meliputi bumbu-bumbu, minyak goreng, commit to user 49 kayu bakar, gas elpiji, dan plastik untuk pengemasan. Bumbu yang dibutuhkan antara lain bleng cetitet, garam, penyedap rasa, dan terasi. Bumbu yang paling banyak digunakan dalam pembuatan karak adalah bleng dan garam, sedangkan penggunaan penyedap rasa dan terasi bergantung selera masing-masing responden. Hal ini karena yang terpenting karak ada rasanya terutama rasa asin. Harga minyak goreng berkisar antara Rp 8.000-Rp 10.000 per kg. Pada saat dilakukan penelitian, harga minyak goreng mengalami kenaikan sebanyak 3 kali. Kenaikan harga minyak goreng berkisar antara Rp 100 – Rp 300 per kg. Harga kayu bakar di masing-masing daerah penelitian juga berbeda-beda. Harga kayu bakar berkisar antara Rp 4.000-Rp 10.000 per ikat. Perbedaan harga kayu bakar ini terjadi karena tiap ikat kayu bakar isi dan ukurannya berbeda-beda. Biasanya responden menggunakan kayu bakar untuk proses pembuatan adonan, sedangkan ketika proses penggorengan mereka menggunakan gas elpiji, namun ada juga responden yang selama produksinya menggunakan gas elpiji. Sebagian besar responden karak skala rumah tangga di Kabupaten Sukoharjo tidak menggunakan plastik karena plastik yang digunakan untuk membungkus karak berasal dari pedagang. Plastik pembungkus yang digunakan oleh sebagian kecil responden berukuran 11x22 cm dengan harga Rp 1.200 per bungkus atau Rp 6.000 per bendel untuk membungkus karak. Tempat pembelian bahan baku dan bahan penolong yang dibutuhkan oleh responden industri karak adalah di pasar-pasar terdekat. Mereka lebih memilih membeli di pasar karena harga yang relatif murah dan ketersediaan bahan baku dan penolong lebih lengkap. Selain itu, tiap responden telah memiliki langganan toko di pasar untuk membeli bahan baku dan bahan penolong. Sistem pembayaran dalam pembelian bahan baku dan bahan penolong adalah secara kontan. Hal ini karena responden tidak ingin mempunyai hutang kepada pedagang. Sebagian besar commit to user 50 responden mendapatkan bahan baku dan bahan penolong dengan cara diambil sendiri, hal ini karena responden merasa mampu membawa bahan- bahan untuk produksi sendiri karena jumlahnya yang tidak banyak hanya untuk kebutuhan sekali produksi. Namun ada juga responden yang mendapat bahan-bahan dengan cara diantar, hal ini karena responden membeli bahan-bahan dalam jumlah besar untuk stok. Produksi karak di Kabupaten Sukoharjo dilakukan antara 6 hari – 7 hari. Sistem pengadaan bahan baku dan bahan penolong sebagian besar responden adalah untuk 1 kali produksi karena kebutuhan bahan-bahan untuk sekali produksi jumlahnya tidak banyak. Namun ada juga responden yang membeli bahan baku dan bahan penolong untuk lebih dari 1 kali produksi atau melakukan penimbunan. Hal ini karena untuk menghindari kerugian akibat fluktuasi harga, selain itu juga untuk melakukan penyetokan untuk menghindari kehabisan bahan-bahan ketika bahan-bahan itu dibutuhkan untuk produksi serta untuk menghemat biaya transportasi.

4. Peralatan Industri Karak Skala Rumah Tangga