Dari hasil penggerombolan DBSCAN tahun 2002-2003 dengan input data yang telah dikelompokan per bulan dihasilkan 187 penggerombolan dan 325 titik
noise dengan jumlah penggerombolan besar pada bulan Juli - Oktober yang berarti bergerombol sampai 187 lokasi penggerombolan pada musim kering dan lembab
Gambar 18 dan 19. Pada bulan Desember-Juni hampir tidak terdapat penggerombolan yaitu pada musim basah. Menurut Sulistiyowati 2004
tingginya jumlah hotspot pada musim kering menunjukkan adanya hubungan bahwa pada bulan-bulan kering memiliki potensi sebagai penghasil hotspot. Pada
bulan-bulan itu juga biasanya kebakaran hutan dan lahan sering terjadi.
Gambar 19 Grafik jumlah hotspot tahun 2002-2003 Secara visual penggerombolan hotspot dengan melakukan pemisahan data
per bulan hampir menyebar pada seluruh lokasi sehingga sulit menemukan pola dengan persebaran pada lokasi yang hampir sama tetapi waktu penggerombolan
yang berbeda ataupun penggerombolan pada lokasi yang sama tetapi periode waktu yang berbeda Lampiran 2.
4.5. Penggerombolan ST-DBSCAN
ST-DBSCAN merupakan salah satu teknik penggerombolan spatiotemporal yang menggunakan parameter Eps1 sebagai parameter pengukur kedekatan antara
dua titik geografis garis bujur dan garis lintang, Eps2 sebagai parameter non spasial dalam penelitian ini sebagai waktu, MinPts sebagai parameter minimal
jumlah titik dalam suatu penggerombolan dan untuk menjaga penemuan
penggerombolan yang bervariasi dengan sedikit perbedaan dalam nilai non spasial dnegan nilai tetangga terdekat. Jika perbedaan Cluster_Avg nilai rata-rata atribut
non spasial dalam penggerombolan dan Object_Value nilai non spasial objek
500 1000
1500
Jan Fe
b Ma
re t
Ap ri
l Me
i Ju
n i
Ju li
Agt Se
p Ok
t N
o v
De s
Ju m
lah H
o tsp
o t
Bulan
2002 2003
yang akan diseleksi dalam penggerombolan lebih besar dari nilai batas maka
objek tidak dimasukan dalam penggerombolan. Gambar 20 merupakan ilustrasi parameter yang digunakan dalam ST-DBSCAN yaitu x, y sebagai lokasi titik yang
diukur menggunakan Eps1 dan T sebagai parameter waktu yang diukur menggunakan Eps2.
Gambar 20 Ilustrasi penggunaan parameter ST-DBSCAN Aplikasi penggerombolan ST-DBSCAN yang diaplikasikan pada kebakaran
hutan di Sumatra Sekatan dilakukan untuk menemukan pola kebakaran hutan yang memiliki kesamaan karakteristik ruang dan waktu. Konsentrasi hotspot akan
mengindikasikasikan fenomena yang menarik baik merupakan pola kemunculan yang sering terjadi ataupun yang jarang terjadi.
Pola spatiotemporal penggerombolan hotspot kebakaran hutan akan mengadopsi penggolongan tipe dari Poelitz dan Andrienko 2006 yaitu
stasionary, reappearing periodicregular, irregular, occasional, dan tracks. Tipe yang ditemukan dalam penelitian ini yaitu regular, irregular, occasional.
Tabel 2 merupakan data penggolongan tipe yang akan dijadikan lambang anggota penggerombolan untuk memudahkan ilustrasi hasil penggerombolan.
Tabel 2 Data penggolongan tipe penggerombolan Tipe Penggerombolan
Lambang Stasionary
Periodic regular X
irregular Occasional
Track Dari hasil ST-DBSCAN menggunakan radius jarak terdekat antara satu titik
dengan titik lainnya sejauh 0.2 derajat 22 km, beda waktu maksimal antara satu
titik dengan titik lainnya 30 hari dan jumlah minimal anggota dalam satu penggerombolan adalah 4 anggota maka didapatkan 147 penggerombolan dan 149
titik noise. Pada penggerombolan tersebut terdapat 11 penggerombolan terbesar dengan jumlah hotspot antara 81-219 dan 6 diantaranya merupakan
penggerombolan yang dimiliki Ogan Komering Ilir dengan total jumlah 1091 hotspot Gambar 21. Lokasi penggerombolan tersebut menyebar di daerah Musi
Rawas, Muara Enim, Musi Banyuasin, dan Ogan Komering Ilir. Informasi 11 penggerombolan terdapat pada Tabel 3.
Gambar 21 Penggerombolan terbesar Tabel 3 Data 11 penggerombolan terbesar
No Daerah
Jumlah hotspot
Waktu 39
Ogan Komering Ilir 219
September – November 2002
27 Ogan Komering Ilir
197 Agustus
– Oktober 2002 29
Ogan Komering Ilir 184
September –November 2002
30 Ogan Komering Ilir
170 September
–November 2002 49
Ogan Komering Ilir 119
Oktober –November 2002
8 Ogan Komering Ilir
98 Agustus
– September 2003 7
Musi Rawas 98
Juli – September 2002
111 Musi Rawas
98 Juli
– Agustus 2003 48
Banyuasin 104
Oktober – November 2002
107 Musi Banyuasin
81 Juli
– Agustus 2003 102
Muara Enim 118
Juli –Agustus 2003
Daerah Ogan Komering Ilir merupakan daerah dengan kepadatan hotspot paling tinggi di wilayah Sumatera Selatan dan memiliki 3 tipe penggerombolan
irregular. Penggerombolan pada tipe ini berada di lokasi yang sama tetapi periode