Pada kabupaten OKU penggerombolan regular muncul pada bulan Agustus – September. Kabupaten OKU Selatan memiliki juga penggerombolan regular
yang muncul pada bulan September – Oktober. Pada OKU Timur
penggerombolan iregular terjadi pada bulan Agustus – November 2002 dan Juli –
Agustus 2003 Gambar 26.
Keterangan Regular OKU
Regular OKU Selatan Irregular OKU Timur
Gambar 26 Penggerombolan OKU, OKU Selatan, dan OKU Timur Tipe Penggerombolan occasional ditemukan pada wilayah perbatasan
kabupaten Musi Banyuasin dan Banyuasin yang terjadi pada bulan Oktober 2003, penggerombolan kabupaten Empat Lawang pada bulan September-November
2002, dan penggerombolan kabupaten Banyuasin pada bulan September-Oktober 2002 Gambar 27.
Gambar 27 Penggerombolan jarang terjadi
Secara umum penggerombolan hotspot kebakaran hutan tahun 2002-2003 banyak terjadi pada bulan Juli
– November dan sebaliknya sedikit terjadi pada bulan Desember
– Juni Tabel 4. Tabel 4 Data penggerombolan terbagi dalam bulan
Bulan 2002
2003 Penggerombolan
Jumlah titik
Penggerombolan Jumlah
titik 1
70 5
3-4 72
6 2-4
73 7
4-6 74
11 5-7
75,76,77,78 118
5-6 1
5 6-7
2,3 10
79,81,82,83,85,86,87, 124
6-8 4
18 80,84,88,89,91
165 7-8
92,93.94,95,97 109
7-9 5,6,7
148 96,98,99,100,101,102,
103,104,105,106,107, 108,109,110,111,112,
113,114,115 815
8-9 8,9,11,12,20
234 116,117,118,119,120,
121,122,123,125,127, 132,
307
8-10 10,13,14,15,16,17
,18,19 21,22,23,24,25,26
,27 697
124,126,128,129,130,1 31,
133,136 269
9-10 28,31,33,34,35,36
,37,38 40,41,42
197 66,68,90,134,135,137,1
38, 139,140,141,144,145,1
46 284
9 142,143
9 9-11
29,30,32,39,43,44 ,45,46
665 69,71
18
10-11 47,48,49,50,52,53
,54 59,60,61,62,65
366
10 51,56,57,58,63,64 72
55 4
11 67
8 Penggerombolan kebakaran hutan memiliki perbedaan bentuk dalam ruang
dan waktu. Penggerombolan dalam ruang yang luas tetapi dalam waktu yang pendek dapat diartikan banyak terjadi kebakaran hutan dalam waktu yang pendek.
Penggerombolan yang kompak dalam ruang dan terjadi berulang pada ruang yang
sama dapat diartikan daerah penggerombolan memiliki kerawanan yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan daerah lain.
4.6. Pembahasan Umum
Dalam penelitian ini digunakan parameter jarak dan waktu dalam mengukur kedekatan hubungan antar objek dalam suatu penggerombolan. Teknik
penggerombolan yang digunakan adalah DBSCAN dan ST-DBSCAN. Kedua metode ini memiliki kelebihan dalam mengenali penggerombolan yang terjadi
lintas wilayah administrasi terkait dalam isu administrasi dalam pemetaan yang pada umumnya berdasarkan daerahlokasi tertentu. Akibatnya memiliki implikasi
implikasi manajemen pengelolaan kebakaran hutan jika terdapat daerah penggerombolan yang rawan kebakaran hutan dan terletak diantara batas
administrasi daerah. Secara khusus berikut kekurangan dan kelebihan metode- metode:
4.6.1. DBSCAN
Penggunaan metode DBSCAN memiliki kelebihan pada kecepatan
pemrosesan data besar dalam waktu singkat dan penggerombolan yang dihasilkan merupakan agregasi titik yang memiliki jarak radius tertentu dalam waktu yang
beragam. Dalam penelitian ini dengan menggunakan data 4822 hotspot waktu pemrosesan yang dibutuhkan hanya 15 detik. Metode ini baik jika digunakan
dalam mencari lokasi penggerombolan tanpa memperhatikan waktu dan memiliki jumlah data yang besar
Metode DBSCAN memiliki kekurangan jika rata-rata jarak antar titik sama maka penggerombolan yang terjadi akan memusat dalam satu penggerombolan
besar sehingga terbentuk satu tipe penggerombolan yang sejenis. DBSCAN juga tidak bisa diaplikasikan dalam mengenali penggerombolan dengan kerapatan yang
beragam. Dalam penelitian ini DBSCAN yang diaplikasikan pada seluruh data dapat
mengenali beberapa penggerombolan. Penggerombolan yang dihasilkan mampu mengenali beberapa pola spasial wilayah dengan kerapatan hotspot yang tinggi.
Tetapi tidak bisa mengenali pola-pola temporal yang menyangkut waktu kejadian suatu hotspot.
DBSCAN yang diaplikasikan pada data hotspot per bulan menghasilkan penggerombolan
yang menyebar
rata keseluruh
wilayah, dominasi
penggerombolan tidak begitu terlihat jelas, meskipun periode terjadinya penggerombolan diketahui tetapi secara spasial menyangkut lokasi kurang
memberikan perbedaan lokasi penggerombolan yang terjadi.
4.6.2. ST-DBSCAN
Penggunaan metode
ST_DBSCAN memiliki
kelebihan dalam
menggerombolkan data spatiotemporal sehingga dapat dicari pola keterkaitan hasil penggerombolan dengan waktu terjadi kebakaran hutan diantaranya tipe
penggerombolan stasionary, muncul kembali, jarang dan trek. Jika metode ST- DBSCAN dibuat dalam periode waktu yang lama bisa dihasilkan data keteraturan.
Data keteraturan memuat dalam suatu periode waktu terjadinya penggerombolan dalam lokasi yang sama, penggerombolan dalam lokasi yang berbeda, rata-rata
jarak waktu dalam suatu penggerombolan, dan jumlah anggota dalam penggerombolan.
Tetapi metode ST-DBSCAN memiliki kelemahan dalam kecepatan pemrosesan data. Dalam penelitian ini dengan menggunakan data 4822 hotspot
waktu pemrosesan yang dibutuhkan 6 jam. Kelemahan itu dapat diatasi dengan menggunakan pemrosesan paralel yang telah dilakukan Derya Birant penemu
metode ST-DBSCAN.
4.6.3. DBSCAN dan ST-DBSCAN
Meskipun ST-DBSCAN merupakan lanjutan dari DBSCAN tetapi
penggerombolan yang terjadi tidak selalu sama. Suatu penggerombolan bisa saja muncul pada DBSCAN tetapi tidak muncul dalam ST-DBSCAN. Sebuah
penggerombolan besar pada DBSCAN bisa menjadi beberapa penggerombolan kecil pada ST-DBSCAN.
Pada DBSCAN antara satu penggerombolan dengan penggerombolan yang lain dipisahkan oleh anggota penggerombolan yang merupakan titik terluar dan
memiliki jarak kurang dari Eps1 yang diberikan sedangkan pada ST-DBSCAN selain titik terluar yang memiliki jarak kurang dari Eps pada titik lain juga
dipisahkan variabel waktu Gambar 28.