Gambar 14 Hubungan titik noise dengan Eps1 Pada ST-DBSCAN selain parameter Eps1 dan MinPts juga menggunakan
parameter Eps2 pada penelitian ini untuk mengukur waktu terjadinya kebakaran. Dalam menentukan nilai Eps2 dilakukan beberapa percobaan untuk mencari hasil
penggerombolan optimal dengan jumlah penggerombolan kecil dan titik noise yang kecil. Untuk itu dilakukan pengeplotan hasil menggunakan nilai Eps1=0.2
dan nilai Eps2 yang bervariasi yaitu 7, 15, 30 dan 35 sehingga didapatkan nilai penggerombolan dan titik noise yang paling kecil pada nilai Eps2=30 dan 35
Gambar 15.
Gambar 15 Hubungan banyak titik noise, penggerombolan dan Eps2 Setelah melalui beberapa percobaan akan digunakan k = 4, dengan nilai
Eps=0.2 yang mewakili jarak sekitar 22,2 km. Radius 0.2 juga dipilih dengan pertimbangan sifat hotspot pada MODIS dengan lingkup 1 Km sehingga terdapat
kemungkinan kebakaran hutan yang menggerombol. Parameter Eps ini akan menghasilkan penggerombolan yang relatif sedikit, tetapi mereka akan menjadi
kelompok yang berkorelasi.
4.4. Penggerombolan DBSCAN
Pada data hotspot kebakaran hutan tahun 2002-2003 terdapat 4822 data titik kebakaran hutan yang terdapat di Sumatra Selatan. Dari data tersebut dengan
50 100
150
0.125 0.175
0.2
B a
ny a
k No
is e
Nilai Eps1
Noise K=4 Noise K=7
Noise K=11 Noise K=15
Noise K=18
200 400
600
7 15
30 35
J um
la h
Peng g
ero m
b o
la n
No is
e
Nilai Eps2
Penggerombola n
Noise
dilakukan penggerombolan menggunakan DBSCAN pada lokasi lintang dan bujur hotspot. Hasil DBSCAN pada hotspot tahun 2002-2003 dengan radius jarak
maksimum antara satu titik dengan titik tetangga terdekat adalah 0.2 derajat Eps dan jumlah minimal anggota suatu penggerombolan 4 MinPts diperoleh 38
penggerombolan dan 6 titik noise. Penggerombolan terbentuk berdasarkan kedekatan jarak antara hotspot
satu dengan yang lain. Setiap anggota penggerombolan memiliki persamaan yaitu berkumpul dan memiliki jarak radius 0.2 derajat antar hotspot. Yang membedakan
antar hotspot satu dengan yang lain adalah jarak pada titik paling luar border antar kelompok yang memiliki jarak lebih besar dari 0.2 derajat sehingga
membentuk penggerombolan yang terpisah. Waktu terjadinya hotspot diabaikan dalam penentuan penggerombolan dan setiap penggerombolan yang terbentuk
memiliki anggota hotspot yang terjadi pada tahun 2002-2003 dan dalam waktu yang berbeda-beda.
Gambar 16 merupakan 13 penggerombolan dengan jumlah anggota terbesar dengan jumlah hotspot antar penggerombolan antara 110-557 hotspot.
Dari 15 kabupaten di Sumatera Selatan daerah yang memiliki penggerombolan dengan jumlah anggota tertinggi terdapat pada kabupaten Ogan Komering Ilir
tiga penggerombolan dengan jumlah 1464 hotspot. Selain itu terdapat penggerombolan lainnya dengan jumlah anggota yang lebih kecil berkisar antara
5-96 hotspot.
Gambar 16 Penggerombolan terbesar menggunakan DBSCAN