DBSCAN ST-DBSCAN DBSCAN dan ST-DBSCAN

Pada tahap ini dilakukan penerapan hasil perancangan. Tahap dimulai dengan penjabaran tentang perangkat yang akan digunakan terlebih dahulu. Dalam tahap implementasi ini, dibutuhkan beberapa perangkat keras dan perangkat lunak sebagai alat untuk pembangunan sistem. Perangkat-perangkat tersebut adalah : - Perangkat Keras Perangkat keras yang dibutuhkan yaitu Processor IntelR Core i7-2640M 2.8 GHz, Memory 6 GB. - Perangkat Lunak Perangkat lunak yang dibutuhkan yaitu Sistem Operasi Microsoft® Windows 7 Professional 64-bit, dan Matlab 7. Berdasarkan hasil dari perancangan antarmuka yang berupa sketsa, kemudian diimplementasikan hasil desain tersebut ke dalam sebuah aplikasi untuk diproses lebih lanjut Gambar 36. Membuka file .shp untuk diolah Pemilihan metode penggerombolan Input parameter penggerombolan Pelabelan penggerombolan View titik Gambar 36 Antarmuka aplikasi.

4.7.4. Evaluasi dan Feedback

Dari evaluasi yang dilakukan di akhir siklus pertama ini, dihasilkan feedback bahwa aplikasi penggerombolan dalam melakukan eksekusi ST- DBSCAN masih memerlukan waktu proses yang lama untuk itu diperlukan perbaikan dalam mempercepat waktu eksekusi. Aplikasi penggerombolan menghasilkan informasi data hasil penggerombolan DBSCAN dan STDBSCAN dengan melakukan perubahan nilai Eps 1, Eps 2 dan MinPts. Aplikasi prototipe iterasi pertama visualisasi penggerombolan DBSCAN dan ST-DBSCAN menghasilkan label penggerombolan pada masing-masing titik tetapi belum berada pada tahap pewarnaan masing-masing penggerombolan. Untuk itu pada tahap berikutnya diperlukan pengembangan pada visualisasi pewarnaan masing-masing penggerombolan. 5 SIMPULAN DAN SARAN

5.1. Simpulan

Kesimpulan dari hasil penelitian mengenai penggerombolan hotspot menggunakan DBSCAN dan ST-DBSCAN adalah sebagai berikut: 1. Terdapat pola pola penggerombolan data spasial kebakaran hutan yang dihasilkan pada penggerombolan hotspot kebakaran hutan 2. Pada penggerombolan berbasis jarak dengan menggunakan DBSCAN dan seluruh data hotspot dihasilkan pola spasial penggerombolan hotspot. Pola ini merupakan persebaran lokasi kemunculan hotspot yang sering terjadi. Daerah Ogan Komering Ilir merupakan lokasi yang memiliki kemunculan hotspot tertinggi. 3. Pada penggerombolan berbasis jarak dan waktu dengan menggunakan ST- DBSCAN diperoleh pola spasial yang berupa lokasi penggerombolan terbesar yaitu daerah daerah Musi Rawas, Muara Enim, Musi Banyuasin, dan Ogan Komering Ilir. Pola-pola sebaran spasiotemporal yang diperoleh sebagai berikut :  Penggerombolan irregular terjadi pada OKI, Musi Banyuasin, Musi Rawas dan OKU Timur  Penggerombolan regular terjadi pada OKU, dan OKU Selatan.  Penggerombolan yang occasional pada perbatasan Musi Banyuasin dan Banyuasin, Empat Lawang dan Banyuasin 4. Penggerombolan kebakaran hutan memiliki perbedaan bentuk dalam ruang dan waktu. Penggerombolan dalam ruang yang luas tetapi dalam waktu yang